
Oleh. Eni Yulika
Linimasanews.id—Hari buruh selalu ditunggu kehadirannya oleh para buruh karena mereka bisa secara terang-terangan menyampaikan aspirasinya. Seperti yang dilakukan oleh karyawan di salah satu anak perusahaan. Seperti dikutip di kompas.com (1/5/24), sejumlah karyawan Shell Indonesia di Kota Medan, Sumatra Utara berunjuk rasa pada peringatan Hari Buruh.
Mereka meminta kejelasan uang pesangon, setelah mendapat informasi Shell akan menutup Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Medan pada 31 Mei 2024. Unjuk rasa dilakukan mulai 09.00 WIB sampai 13.00 WIB, mereka awalnya mendatangi kantor Shell di Jalan Sisingamangaraja Medan sembari membawa sejumlah spanduk bertuliskan ‘Shell Harus Bertanggung Jawab, ‘Shell Tutup Sepihak’, hingga ‘Pesangon Tidak Jelas.’
Mereka kemudian melakukan long march dari Shell Sisingamangaraja, Makam Pahlawan Medan, hingga simpang traffic light Jalan Halat. Lalu massa aksi melanjutkan pawai menggunakan sepeda motor menuju Shell di Jalan Setiabudi Medan. Koordinator aksi, Diah, mengatakan massa aksi merupakan seluruh karyawan dari tujuh Shell yang masih aktif di Kota Medan dan sekitarnya.
Unjuk rasa dilakukan dasar kekecewaan terhadap sikap Shell Indonesia yang memutuskan hubungan kerja secara sepihak. “Massa aksi sekitar ini ada 30 sampai 40 orang ini, isinya seluruh karyawan Shell di Medan. Tuntutan kami, butuh kejelasan soal pesangon, soalnya kami tidak ada menerima keterangan tertulis bahwasanya pesangon kami diberikan,” ujar Diah.
Sebelumnya diberitakan, Shell Indonesia memutuskan untuk menutup operasional semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Medan, Sumatra Utara, pada tahun ini. Shell yang saat ini memiliki sembilan SPBU di Medan akan menghentikan seluruh operasionalnya. Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea mengatakan, keputusan menutup SPBU di Medan sejalan dengan strategi Shell secara global. Menurutnya, bisnis Shell secara global mengarah pada penciptaan nilai lebih dengan emisi yang lebih rendah, atau more value with less emissions.
“Melalui pengembangan solusi energi rendah karbon dan berfokus pada disiplin, penyederhanaan serta kinerja bisnis, Shell akan menghentikan kegiatan operasi sembilan SPBU.”
Beginilah warna-warna di hari buruh, selain shell masih banyak lagi para buruh yang menyampaikan aspirasinya yang tidak lain juga menuntut hal yang sama yaitu terkait upah yang belum pantas mereka dapatkan. Ada juga yang menuntut aturan yang tidak berpihak kepada nasib mereka dihapuskan.
Terusik dengan bisnis perusahaan besar seperti shell saja masih belum memberikan kepastian kesejahteraan buruhnya apalagi perusahaan kecil di bawahnya. Ini membuktikan bahwa nasib mereka sampai saat ini belum sejahtera. Padahal seharusnya peringatan hari buruh ini menjadi hari bahagia bukan lagi hari berkeluh kesah.
Semua ini berangkat dari ketidakjelasan aturan hari ini yang tidak menjamin kesejahteraan para buruh. Para pebisnis mengambil keuntungan yang besar dengan modal yang sekecil – kecilnya. Seperti slogan ekonomi kapitalisme yang diemban. Wajar saja para buruh belum mendapatkan kehidupan yang layak. Karena belum ada aturan yang tepat untuk mensejahterakan rakyat.
Kondisi ini tidak terjadi ketika Islam diterapkan dalam kehidupan manusia. Kesejahteraan yang pernah dicapai melampaui keinginan manusia. Sejarah mencatat bagaimana peran pemimpin dan aturan negara sangatlah memengaruhi kehidupan. Seperti kisah Umar bin Khattab dan juga kisah Harun Ar Rasyid yang suka menyamar di malam hari untuk melihat rakyatnya secara langsung.
Oleh karena itu, ia mengetahui apakah mereka sudah sejahtera atau belum. Mereka juga membuat kebijakan berdasarkan kitabullah dan As-Sunnah sehingga aturan yang diterapkan tidak menzalimi rakyatnya karena satu rakyat saja yang tidak makan atau menderita karena kemiskinan, mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.
Jika aturan yang diterapkan adalah untuk menyejahterakan rakyat maka tidak akan lahir aturan yang dibenci rakyat sehingga harus diprotes setiap tahun pada hari buruh. Semua ini akan hilang ketika nafsu manusia mau tunduk kepada hukum Allah. Wallahu a’lam.