
Suara Pembaca
Perjalanan PT Sepatu Bata Tbk. harus berakhir di Purwakarta setelah 30 tahun beroperasi. Keputusan penghentian aktivitas produksi diambil akibat perusahaan merugi imbas permintaan yang terus mengalami penurunan. Mirisnya, penutupan pabrik sepatu Bata dilakukan sehari menjelang perayaan hari buruh, yakni pada Selasa, 30 April 2024 (7/5).
Produk sepatu Bata sendiri bukanlah produk asli dalam negeri melainkan produk sepatu asal Eropa, yaitu Cekoslowakia. Setidaknya ada sekitar 233 karyawan yang telah kehilangan pekerjaannya. Namun, karyawan yang terdampak PHK usia produktif sebagian akan dialihkan ke pabrik di sekitar Purwakarta.
Bata adalah satu dari sekian banyak tutupnya perusahaan disebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor industri padat karya yang lebih memperhatikan sektor industri padat modal yang jauh lebih menjanjikan. Tak heran jika beberapa subsektor industri manufaktur sulit untuk berkembang di Indonesia. Padahal, sektor inilah yang banyak menyerap tenaga kerja.
Di satu sisi, perusahaan tetap diminta untuk menaikkan upah pekerja (UMP) dan mengikuti aturan regulasi tenaga kerja yang kompleks, seperti iuran BPJS tenaga kerja. Namun di sisi lain, pemerintah tidak mampu meningkatkan keterampilan tenaga kerja, penurunan biaya logistik, serta insentif-insentif lainnya. Sehingga membuat perusahaan sulit mengerek produktivitasnya.
Berbeda dengan Islam, tujuan industri adalah demi kemaslahatan umat. Maka, negara akan terus mendorong dan menjaga keberlangsungan industri manufaktur untuk tetap eksis. Sebab, visi misi politik industri adalah jihad di jalan Allah (militer), maka tidak akan ada lagi satu sumber daya alam (bahan baku) yang dikuasai oleh asing karena sangat penting bagi berlangsungnya antara satu industri dengan industri yang lainnya. Negara tidak hanya mengandalkan industri tekstil dan garmen saja untuk menyerap padat karya, tapi industri minyak, industri baja dan lain sebagainya yang mandiri secara alat, modal dan SDM.
Mia Annisa, Bekasi