
Oleh: Ummu Zaki
Linimasanews.id—Organisasi pangan dunia atau FAO yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB ) mengungkapkan kelaparan akut di 59 negara atau wilayah dengan jumlah 1 dari 5 orang di negara itu mengalami kelaparan. Berdasarkan laporan Report On Food Crises 2024 tercatat sebanyak 282 juta orang di 59 negara meningkat sebanyak 24 juta orang dari tahun sebelumnya. “Krisis ini menuntut tanggapan segera, mengubah sistem pangan dan mengatasi penyebab kerawanan pangan dan kekurangan gizi akan sangat penting,” kata Antonio Guterres ,sekretaris jendral PBB di website FAO org sebagaimana di kutip CNBC Sabtu (4/5/2024).
Miris, di tengah sumber daya alam yang melimpah, gaji para pejabat yang fantastis dengan gaya hedonis, masih saja ada rakyat yang kelaparan. Bukan hanya itu, di tengah-tengah gempuran bom, rakyat Gaza mengalami kelaparan. Mereka kekurangan pangan hanya untuk sepiring makanan saja mereka rela antre, itu pun dengan jatah seadanya. Di mana para pemimpin dunia di saat mereka membutuhkan bantuan, perlindungan, dan makanan untuk dimakan? Mereka hanya asik dengan kekuasaan dan jabatan mereka tanpa melihat kesengsaraan yang di alami rakyat saat ini.
Adapun kelaparan yang melanda dunia saat ini tidak lain akibat dari sistem yang diemban di negeri ini. Sistem ekonomi kapitalisme yang diemban sangat menyengsarakan rakyat, minimnya lapangan kerja, ekonomi ribawi, upah rendah, SDA dikelola asing, dan lain-lain. Semua faktor di atas sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup masyarakat yang makin hari makin sengsara.
Berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam, tidak ada aktivitas riba, bahkan riba dilarang. Semua sektor usaha berbasis sektor produktif. Negara menjamin kebutuhan pokok di segala bidang dalam kondisi tertentu.
Pemerintah memberikan nafkah kepda individu/masyarakat. Bagi perempuan tidak wajib untuk mecari nafkah SDA dikelola oleh negara secara adil.
Seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyat. Seperti Khalifah Umar Bin Khatab ra senantiasa memberi masyarakatnya makanan, harta, dan sebagainya. Dana yang diberikan bersumber dari Baitul Mal. Ketika rakyat ditimpa kelaparan, beliau memutuskan tidak akan makan mentega dan daging sampai musibah berakhir. Beliau memiliki prinsip yang teguh dan pernah mengatakan, “Biarlah aku yang pertama kali merasakan lapar dan orang yang terakhir merasa kenyang.”
Itulah sikap seorang pemimpin sejati dalam Islam, yakni memiliki sifat empati dan mengutamakan kepentingan rakyat, tidak mendatangi masyarakat ketika menjelang pemilu saja. Maka dari itu, kelaparan yang melanda dunia hanya bisa dituntaskan dengan tegaknya institusi Khilafah. Hanya sistem Islam yang diterapkan secara kaffah mampu menyelesaikan derita kelaparan yang ada di dunia. Saatnya rakyat beralih pada sistem Islam. Dalam Islam, pemimpin harus mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Wallahu a’lam.