
Oleh: Weny Z.N.
Linimasanews.id—Akhir-akhir ini, berita mengenai kasus bunuh diri di kalangan generasi muda menjadi sorotan dan menghebohkan publik, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Pasalnya, bunuh diri terjadi berturut-turut dalam waktu yang relatif singkat, makin hari makin bertambah kasusnya. Salah satu penyebabnya, hanya karena dipicu putus cinta.
Seperti baru-baru ini, jagat maya dihebohkan dengan kasus bunuh diri seorang gamer di China dengan username Fat Cat (21 tahun). Semasa hidupnya, ia rela memberikan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi keinginan kekasihnya, hingga ia harus hidup hemat. Tapi pada akhirnya, kekasihnya justru meminta putus dan memilih menjalin hubungan dengan pria lain. Fat Cat yang merasa sakit hati memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan lompat dari jembatan. Kasusnya pun viral di media sosial.
Tak berselang lama, viral kabar seorang pria berusia 20 tahun diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari Jembatan Barelang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), usai kekasihnya memutuskan hubungan asmara dengannya. Kejadian ini terjadi pada Sabtu, 11 Mei 2024 sekitar pukul 22.00 WIB. Hingga Ahad siang, 12 Mei 2024, tim SAR belum juga menemukan pria yang nekat lompat di Jembatan Barelang tersebut.
Aksi bunuh diri ini seakan-akan menjadi tren di kalangan generasi muda. Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri pun mencatat, sejak 1 Januari sampai 15 Desember 2023, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1.226 orang. Bila dirata-rata, setidaknya 3 orang melakukan aksi bunuh diri setiap hari. Angka tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 902 orang (kompas.id, 14/3/2024).
Data tersebut membuat kita miris. Saat ini para pemuda banyak yang menjadikan bunuh diri sebagai solusi atas permasalahan hidupnya. Padahal, bunuh diri adalah sebuah kemaksiatan dan Allah tidak akan menerima taubatnya.
Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa menjatuhkan diri dari gunung hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan masuk ke neraka dalam keadaan terlempar jasadnya. Ia kekal di neraka jahanam selama-lamanya.”
Berdasarkan hadits di atas, jelas bahwa bunuh diri adalah perilaku buruk dan bentuk kemaksiatan sehingga balasannya neraka Jahannam.
Lantas, apa yang menyebabkan generasi muda menjadikan bunuh diri sebagai solusi untuk mengakhiri masalah hidupnya? Ini menunjukkan betapa lemahnya mental generasi muda sekarang. Saat ini, krisis kesehatan mental (mental health) telah melanda generasi muda yang mengakibatkan kondisi psikologisnya bermasalah. Ketika menghadapi suatu masalah yang cukup sulit, mereka merasa tertekan, mudah depresi dan merasa tidak mampu untuk mengatasinya. Akhirnya, bunuh diri menjadi solusi. Mereka merasa dengan bunuh diri, masalahnya selesai.
Selain itu, rapuhnya akidah bisa menjadi faktor penyebab bunuh diri. Seseorang yang tidak memahami bahwa yang mematikan dan menghidupkannya adalah Allah, tidak paham tujuannya ia diciptakan oleh Allah, lupa dan mengabaikan bahwa setelah kehidupan dunia akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatan yang dilakukan semasa hidupnya, bisa menganggap kematian adalah akhir dari segalanya, termasuk akhir dari masalah. Padahal, anggapan ini jelas salah.
Di samping itu, generasi muda hari ini terlalu dibutakan oleh cinta. Banyak yang menjadi budak cinta alias bucin. Bucin ini menyebabkan seseorang sangat bergantung kepada kekasihnya sehingga ia rela memberikan dan melakukan apa saja yang diinginkan oleh sang kekasih.. Sementara, ketika putus cinta, ia stres, sakit hati dan merasa telah kehilangan segalanya dalam hidup. Pada akhirnya, ada yang memilih untuk bunuh diri. Padahal, seharusnya seorang hamba mestinya hanya bergantung kepada Allah.
Semua pandangan keliru ini lahir dari sistem kapitalisme sekuler yang tidak menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Sistem kapitalisme yang dianut kebanyakan orang di dunia ini menganggap tujuan hidup manusia adalah untuk mendapatkan materi dan keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka, hidup mewah, terkenal, bisa pamer di media sosial, punya harta, jabatan, dan prestasi sebagai tolok ukur kebahagiaan. Cara pandang bertahan hidup seperti ini jelas salah. Sebab, saat semua itu hilang, hilang juga tujuan hidup hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Selain itu, sistem kapitalisme ini juga menjadikan sekularisme merajalela sehingga manusia hidup dengan penuh kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Tanpa memikirkan halal atau haram, asalkan bisa memberikan kebahagiaan, dilakukan. Akhirnya, bebas bermaksiat, seperti berzina, minum khamar, dan lain-lain.
Jika kita bandingkan dengan tolok untuk Islam, seharusnya pemuda menjadi agen perubahan, pembangun peradaban yang gemilang, dan calon pemimpin ummat di masa depan. Pemuda muslim mampu memahami problematika kehidupan yang terjadi di sekitarnya dan mampu memberi solusi ketika ada permasalahan di tengah masyarakat. Ia juga merasa takut kepada Allah dan selalu merasa diawasi Allah Swt. Dengan begitu, ia tidak akan berani melakukan hal yang dilarang Allah, salah satunya bunuh diri.
Contoh pemuda di masa kegemilangan Islam, yaitu Sultan Muhammad al-Fatih yang diangkat menjadi sultan ketika usianya baru menginjak 12 tahun. Ia dikenal sebagai penakluk Konstantinopel yang dilakukannya pada usia 21 tahun.
Alhasil, sangat penting bagi kita untuk mengetahui tujuan hidup yang benar. Yaitu, sesuai dengan visi penciptaan di dunia, yaitu untuk beribadah kepada-Allah. Untuk mengetahui cara mencapai tujuan hidup yang benar, maka kita harus mengkaji Islam secara kafah. Mengkaji Islam adalah wajib, bukan sekedar kebutuhan.
Manusia makhluk lemah, terbatas, dan serba kurang. Karenanya, membutuhkan Sang Pengatur, yaitu Allah. Allah telah memberikan petunjuk hidup, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah bagi manusia agar kehidupan manusia teratur sesuai aturan-Nya. Karenanya, apa pun yang dilakukan manusia di dunia, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Dalam sistem Islam, keimanan masyarakat ini akan terjaga. Masyarakat dikontrol dan dipahamkan tentang tujuan hidup yang benar agar membentuk generasi yang bertakwa. Karena itu, hanya dengan penerapan syariat Islam secara kafah dalam institusi negaralah yang bisa membuat masyarakat makin paham Islam dan menjadikan akidah Islam sebagai asas kehidupan. Dengan begitu, tidak mudah untuk melakukan bunuh diri.