
Oleh. Ai Hamzah
Linimasanews.id—Setiap musim haji tiba, dipastikan media televisi/sosial kerap menayangkan para calon jemaah haji yang bisa berangkat menunaikan ibadah haji. Berbagai pengalaman diangkat, ada tukang pulung, tukang kerupuk keliling, tukang pijat, atau tukang sayur keliling. Dengan menabung bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, mereka akhirnya bisa mewujudkan cita-cita untuk menunaikan ibadah haji. Dengan waktu yang panjang dan ikhtiar yang maksimal, Allah pun berkenan mengundangnya ke tanah suci.
Seorang pedagang sayur keliling warga Polewali Mandar, Sulawesi Barat bakal naik haji tahun ini, berkah dari hasil berjualan sayur. Pedagang ini mengaku sudah berjualan sejak tahun 2002, sekitar 22 tahun lamanya ia menabung dan akhirnya berhasil mendaftar ibadah haji. Tahun 2024 ini, ia masuk gelombang atau ke kloter 2 haji 2024, berangkat pada 28 Mei nanti. Dia berangkat lewat Embarkasi Hasanuddin Makassar (tvonenews.com).
Tidak sedikit kisah seperti ini terjadi pada jemaah haji di negeri ini. Mereka butuh perjuangan lebih ketika ingin mewujudkan asa ibadah haji. Harga yang tinggi membuat kalangan menengah dan bawah mengubur dalam-dalam cita-cita naik haji. Bukan waktu yang sebentar yang mereka lalui untuk mengumpulkan nominal biaya ongkos haji. Di mana dari tahun ke tahun, ongkos haji terus mengalami kenaikan. Sampai tahun ini, ongkos ibadah haji di negeri ini mencapai hampir 60 juta, itu pun tergantung Embarkasi.
Keputusan Presiden (Keppres) tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji 1445 Hijriah/2024 Masehi yang bersumber dari Biaya Perjalanan Ibadah Haji dan Nilai Manfaat sudah terbit. Keppres Nomor 6 tahun 2024 ini ditandatangani Presiden pada 9 Januari 2024. Keppres ini mengatur Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) per embarkasi. Ketentuan biaya ini berlaku bagi jemaah haji, Petugas Haji Daerah (PHD), dan Pembimbing Kelompok Bimbingan lbadah Haji dan Umrah (KBIHU). Dengan biaya Embarkasi Jakarta (Pondok Gede dan Bekasi) sebesar Rp58.498.334,00 (Kemenag.co.id, 10/1/2024).
Berbicara ibadah haji, bukan hanya sekadar urusan uang saja. Tetapi lebih dari itu, mereka harus berjuang lebih untuk bisa menunaikan ibadah haji. Pikiran dan fisik mereka curahkan demi tertunaikannya rukun Islam yang kelima ini. Waktu yang panjang harus mereka lalui untuk menabung sedikit demi sedikit agar bisa berangkat ibadah haji memenuhi perintah Allah. Pun ketika harus menunggu lama karena kuota yang terbatas. Tidak sedikit mereka yang menunggu tidak bisa menunaikan ibadah haji karena Allah telah memanggilnya. Sungguh perkara ibadah haji ini tidak hanya sekadar materi. Rasulullah saw. bersabda,
«الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ».
“Imam/khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seperti juga ditegaskan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat.”
Begitulah penguasa di dalam Islam, bagaikan penggembala yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya. Apalagi perkara ibadah, perkara yang sudah diperintahkan oleh Sang Maha Kuasa Allah Swt. Sudah selayaknya difasilitasi dengan baik oleh penguasa sehingga umat bisa dengan mudah melakukan ibadah. Kemudahan-kemudahan dalam ibadah haji khususnya akan dengan mudah juga mewujudkan cita cita umat, untuk bisa berkunjung ke masjidil Haram langsung salat dihadapan Ka’bah dan ke masjid Nabawi, ziarah ke makam Rasulullah saw. Tanah suci Haramain.
Khalifah Harun Ar-Rasyid misalnya ketika tiba pelaksanaan haji. Beliau saat itu melaksanakan ibadah haji, dan tidak lupa Khalifah Harun Ar-Rasyid memberi kepada para jemaah haji yang miskin di sepanjang perjalanan. Selalu ada sejumlah orang zuhud yang beliau biayai dalam rombongannya. Ketika pada tahun tertentu, beliau tidak bisa berangkat haji sendiri, beliau mengirimkan beberapa wakil yang berkedudukan tinggi bersama 300 pegawai. Semua biaya, beliau yang menanggung. Masyaallah. Wallahu a’lam.