
Oleh: Ria Nurvika Ginting, S.H., M.H.
Linimasanews.id—Air merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat. Saat ini mendapatkan air bersih sangat sulit bagi masyarakat, bahkan ada yang sampai harus antre untuk mendapatkan air.
Di bulan Maret, setiap tahunnya diperingati Hari Air Sedunia. Tahun ini diangkat tema “Water for Peace”. UN-Water sebagai mekanisme koordinasi antar-lembaga PBB mengenai air dan sanitasi, memimpin peringatan Hari Air Sedunia setiap tahun yang dikoordinasikan oleh satu atau beberapa anggota dan mitra UN-Water dan satuan tugas khusus untuk mendukung negara-negara anggota PBB dan negara-negara lain.
Akses terhadap air adalah hak manusia. Namun, menurut PBB, sebanyak 2,2 miliar orang hidup tanpa layanan air minum yang dikelola dengan aman, yang berdampak buruk bagi kehidupan. Hari Air Sedunia setiap 22 Maret dinilai menjadi bentuk tindakan untuk mengatasi krisis air global. Fokus utamanya untuk mendukung tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6: air dan sanitasi untuk semua pada tahun 2030 (detiknews.com, 22/3/2024).
Tema ini sejalan dengan yang dibahas dalam World Water Forum ke-10 yang diselenggarakan sejak sabtu (18/5) dengan tema “Water for Shared Prosperity”, yakni Air untuk kebersamaan. Forum yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini menghasilkan Deklarasi Menteri yang di antaranya memuat usulan pembentukan Center of Excellence (CoE) on Water and Climate Resilience atau Pusat Keunggulan Ketahanan Air dan Iklim atau di Kawasan Asia Pasifik. Di tengah gelaran akbar tersebut, Elon Musk juga hadir menjadi salah satu pembicara dan menyinggung masalah air bisa diselesaikan dengan teknologi, di antaranya desalinasi (CNNIndonesia.com, 26/5/2024).
Gelaran ini juga mengusulkan adanya Global Water Fund atau platform pembiayaan air dunia. Platform ini nantinya akan menjadi wadah multi-pihak untuk membantu masalah pendanaan air yang efektif dan berkelanjutan. Selain itu, forum ini juga menghasilkan 113 proyek senilai US 9,4 miliar atau sekitar Rp151 triliun yang mencakup proyek percepatan penyediaan air minum bagi 3 juta rumah tangga hingga proyek pengelolaan air limbah domestik bagi 300 ribu rumah tangga di seluruh dunia (CNNIndonesia.com, 26/5/2024).
Pemerintah Indonesia dalam forum ini telah meneken nota kesepahaman terkait pendanaan proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Karian-Serpong dan Net-Zero Water Supply Infrastructure Project di Ibu Kota Nusantara (IKN) (detikbali.com, 22/5/2024).
Kebijakan yang ditetapkan di Hari Air Dunia yang dilanjutkan dengan World Water Forum ke-10 ini sekilas memiliki tujuan yang baik untuk teraksesnya air bersih bagi semua masyarakat di seluruh dunia. Akan tetapi, mengapa dunia tidak bisa berbuat apa-apa ketika ada negara yang akses mendapatkan airnya ditutup? Contohnya, Palestina yang sulit mengakses air.
Untuk negara-negara lain seperti Indonesia yang memiliki sumber air yang banyak pun sulit untuk mengakses air. Penyebabnya, kembali lagi alasannya tidak cukup atau tidak tersedianya dana untuk infrastruktur pengelolaan air. Akhirnya, investasi dan pendanaan dari luar dianggap solusi. World Water Forum pun menjadi wadah untuk mencari investor. Kembali lagi, air pun menjadi ladang bisnis. Sehingga, jikapun tersedia air, masyarakat mesti mengeluarkan biaya besar untuk dapat mengakses air ini. Mengapa ini terjadi? Padahal, seharusnya kita bisa dengan mudah mengakses air dengan biaya yang murah.
Saat ini sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalis-sekuler yang berdiri atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan. Akibatnya, standar yang dipakai dalam kehidupan adalah materi/keuntungan. Sistem kapitalis-sekuler ini membentuk manusia menjadi manusia yang serakah untuk menguasai apa pun, tanpa batasan. Inilah yang disebut kebebasan memiliki. Siapa saja asalkan memiliki modal, dapat memiliki apa pun.
Paradigma kapitalis terhadap air ini digagas pertama kali oleh Barat dalam rangka menguasai sumber-sumber air di negara-negara dunia ketiga. Mereka menganggap air merupakan barang ekonomi atau barang yang termasuk dalam lahan bisnis hingga bisa menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Proses pemanfaatan air yang boros, kurang efektif dan efesien, serta pengolahan limbah yang tak sesuai standar, baik itu limbah industri, pertanian, penduduk, dll (karena prinsip tidak mau repot dan mengeluarkan biaya yang besar untuk pengolahan limbahnya) menyebabkan pemborosan air dan meningkatkan polutan. Baik yang berefek langsung kepada air atau udara dan tanah, maupun yang berefek tak langsung terhadap perubahan iklim dan siklus ketersediaan air. Dampaknya, persediaan air bersih makin menipis. Inilah yang menyebabkan krisis air di seluruh dunia.
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Islam
Sistem Islam memberikan solusi tepat untuk masalah ini. Islam melihat masalah air ini bukan dari kurangnya alat pemuas dan bertambahnya kebutuhan, melainkan pada pendistribusian kekayaan di antara manusia. Islam memandang, Allah Swt. menciptakan manusia di bumi berikut pemenuhan kebutuhan hidupnya. Allah Swt. memberitahukan bahwa Allah telah menempatkan di bumi ini alat pemuas yang cukup bagi semua manusia yang ada, sehingga tidak akan ada masalah jika pendistribusiannya baik.
Islam memosisikan air sebagai harta milik umum, bukan sebagai barang komersial. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).”
Sumber daya air merupakan sumber daya alam (SDA) yang termasuk dalam kategori fasilitas umum yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat dan barang miliki publik (al-milkiyyah al-‘ammah). Pengelolaannya harus diserahkan kepada negara secara profesional dan semua hasil dikembalikan kepada publik. Karena itu, pengelolaannya tidak boleh diserahkan/dikuasai swasta, apalagi pihak asing.
Karena itu, sumber daya air, seperti sungai, danau, dan sebagainya merupakan milik umum. Semuanya harus dikelola oleh negara dengan segenap kewenangannya. Negara harus mampu mendistribusikan kekayaan ini dengan sebaik-baiknya kepada seluruh masyarakat, baik untuk kepentingan air minum, industri ataupun pertanian.
Islam memandang air sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang harus dapat diakses dengan mudah oleh tiap individu masyarakat. Khalifah tidak akan membiarkan rakyatnya tidak dapat mengakses air untuk kebutuhan sehari-hari, seperti yang terjadi di Palestina. Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dijamin oleh negara sebagai pengurus rakyatnya, bukan sebagai pedagang yang membisniskan segala hal untuk rakyatnya.
Hal ini hanya dapat terwujud jika sistem Islam memimpin dunia. Dengannya segala kebutuhan dasar manusia di seluruh belahan dunia dapat dijamin oleh khalifah sehingga manusia dalam kondisi sejahtera tidak kelaparan ataupun kekurangan air untuk kebutuhannya sehari-hari. Saatnya Khilafah Islamiyah memimpin dunia.