
Oleh: Nining Ummu Hanif
Linimasanews.id—Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Pekalongan secara serentak mendeklarasikan Sekolah Ramah Anak (SRA) yang dibuka oleh Wakil Wali Kota Pekalongan, Salahudin. Acara tersebut turut dihadiri oleh Kepala Kantor Kemenag Kota Pekalongan, Kasiman Mahmud Desky, di Hotel Istana Kota Pekalongan. Hampir 100%, yaitu sebanyak 42 Madrasah Ibtidaiyah (MI) di bawah naungan Kantor Kemenag Kota Pekalongan secara serentak telah mendeklarasikan sekolah ramah anak dalam agenda tersebut (TribunJateng, 20/5/24).
Mendapatkan predikat Kota Layak Anak berturut-turut membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan terus bersemangat untuk meningkatkan pemenuhan hak anak. Sebagai langkah antisipasi tindak kekerasan yang mungkin dialami anak di lingkungan pendidikan dan sekitarnya, Kantor Kemenag Kota Pekalongan terus berupaya membentuk sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak, kelurahan dan kecamatan ramah anak, dan belum lama ini Pemkot Pekalongan mewacanakan Rumah Ibadah Ramah Anak.
Sementara itu, dalam rangka Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Bhineka Tunggal Ika, ratusan pelajar SMPN 3 Pekalongan melakukan kunjungan ke 5 tempat ibadah yang ada di sekitar kawasan sekolah untuk menumbuhkan sikap toleransi. Kepala SMPN 3 Pekalongan, Durotul Azizah menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan mengajak para pelajar untuk mengunjungi sejumlah tempat ibadah di Kota Pekalongan, yakni Gereja Kristen Indonesia, Gereja Santo Petrus, Lithang Konghucu, Kelenteng Po An Thian, dan Vihara Karuna Dipa. (radarpekalongan, 13/5/24)
Efek Sekularisme
Pembentukan sekolah ramah anak dan rumah ibadah ramah anak nyatanya tidak bisa menyelesaikan persoalan generasi yang saat ini sedang marak. Yakni, dunia pendidikan menghadapi persoalan darurat narkoba, pergaulan bebas, bullying, perjudian, pinjol, kekerasan, kriminalitas karena terkikisnya iman generasi. Berbagai masalah itu justru terjadi di dunia pendidikan/sekolah karena adanya agenda moderasi beragama yang dijalankan pemerintah, yang bahkan masuk ke kurikulum pendidikan. Ditambah adanya program P5, kewirausahaan, dan lain-lain yang menyita waktu, berpotensi tidak ada lagi porsi untuk mengkaji Islam.
Fenomena ini sebenarnya adalah efek sekularisme, yaitu memisahkan urusan agama dengan urusan kehidupan. Sekularisme membuat kaum muslim menganggap urusan agama hanya yang berkaitan dengan ibadah pada Allah Swt. Hal ini pun diaplikasikan dalam sistem pendidikan, yang akhirnya membuat generasi muslim pintar secara akademik tapi pola pikir dan sikapnya, tidak mencerminkan seorang muslim. Sekularisme terbukti telah merusak tatanan beragama bagi umat Islam. Syariat Islam dijauhkan dari umat sejengkal demi sejengkal.
Moderasi beragama pun lahir dari Barat yang memiliki pemahaman sekuler. Siapa pun yang menyetujui konsep tersebut, bisa disebut telah sepakat agamanya harus disesuaikan dengan pemahaman kufur Barat. Artinya, moderasi beragama sama dengan ‘beragama sesuai keinginan Barat’. Tentu ini sangat berbahaya bagi akidah umat Islam dan dapat menghadang kebangkitan Islam. Mirisnya, agenda global ini malah dipatuhi oleh negeri-negeri muslim, tidak terkecuali Indonesia. Negeri-negeri muslim menjadi pembebek sejati agenda global yang diciptakan Barat.
Masuknya program Moderasi Beragama ke dalam program pendidikan di negeri ini akan sangat berbahaya terutama bagi umat Islam. Dengan menciptakan sikap toleransi antarumat beragama ala Barat, mereka memaksa setiap muslim agar mengakui dan menganggap bahwa semua agama adalah benar. Padahal, Allah Swt. telah berfirman, “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah agama Islam.” (QS Ali Imran: 19).
Generasi saat ini diarahkan mencampuradukan syariah Islam dengan kegiatan agama lainnya. Contohnya, mengajak anak-anak untuk masuk tempat ibadah agama lain. Hal ini sangat berbahaya terhadap pendangkalan akidah generasi muda muslim. Sebab, kegiatan ini jelas telah menyusupkan keraguan terhadap kebenaran mutlak Islam sebagai agama yang shahih yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap problem kehidupan manusia.
Alhasil, akan lahir generasi muslim yang sekuler dan makin jauh dari pemahaman dan penerapan syariat Islam. Dalam Islam, haram hukumnya masuk ke rumah ibadah orang lain. Karena Nabi, tidak mau masuk ke dalam tempat kalau di dalam (tempat) itu ada berhala.
Solusi Islam
Kebutuhan umat saat ini adalah menolak Islam versi Barat. Umat Islam mesti beragama (Islam) secara kafah sebagai solusi segala persoalan, termasuk persoalan di dunia pendidikan generasi muda. Berpegang teguh kepada agama Allah Swt. (syariah Islam) adalah kunci keselamatan dan kemuliaan manusia. Allah Swt. berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Ali ‘Imran: 103)
Persatuan dan kesatuan umat Islam penting dengan berpegang teguh pada agama Allah Swt. sangat dibutuhkan generasi muda agar tak terjebak strategi adu domba orang kafir dengan alasan moderasi Islam (Islam moderat) yang menilai pihak lain (yang berpegang teguh pada ajaran Islam) sebagai pihak radikal.
Toleransi di dalam ajaran Islam sungguh nyata. Rasa-rasanya, tidak perlu umat Islam diajari soal itu. Dalam Islam hal ini terang dan gamblang. Misalnya, Islam memerintahkan umatnya memperlakukan umat lain dengan tidak memaksa untuk ikuti ajaran Islam. Prinsipnya, ‘lakum diinukum wa liya diin (Bagimu, agamamu. Bagiku, agamaku). Dilarang memaksa orang mengikuti ajaran Islam. Umat Islam pun tidak mengikuti ajaran agama lain.
Oleh karena itu, generasi muda saat ini sangat membutuhkan edukasi tentang gambaran Islam kafah secara detail dan rinci. Dibutuhkan suasana kondusif bagi generasi muda untuk hidup dengan gaya hidup Islam, bukan sekuler (moderat). Generasi muda butuh didorong untuk aktif terlibat dalam amar makruf nahi mungkar sehingga akan lahir generasi muda yang membawa perubahan (agent of change) peradaban.
Saatnya kita semua bersemangat untuk menyelamatkan generasi muda. Kita harus hadir di tengah-tengah umat untuk terus mengawal dan melindungi umat dengan fokus pada thariqah dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu mendakwahkan Islam sebagai akidah spiritual, sekaligus sebagai akidah siyasiyah yang akan diterapkan menjadi sebuah sistem kehidupan dalam institusi negara Khilafah Islamiyah. Saatnya untuk berjuang bersama menguatkan akidah generasi, tanpa tapi, tanpa nanti. Insya Allah generasi emas akan terwujud, bukan hanya sebatas wacana.