
Oleh: Siti Zulaikha, S.Pd. (Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi)
Linimasanews.id—Kekejian Yahudi laknatullah terhadap muslim Palestina sungguh telah membuka mata dunia untuk mengambil kontribusi dalam menyelesaikan persoalan ini. Gelombang demo besar-besaran terus menggema dan meluas dari seluruh penjuru dunia
Dilansir dari cnbcindonesia.com (11/5/2024), para akademisi di AS-Eropa hingga Asia turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap Palestina. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel. Mereka meyakini perusahaan-perusahaan itu mendukung dan mendanai serangan Tel Aviv di Gaza.
Pembelaan terhadap Palestina adalah perkara wajib. Akan tetapi, pembelaan ini bisa maksimal dilakukan ketika kaum muslim berada dalam persatuan yang tidak mengenal batas teritorial dan keturunan. Bila muslimin bersatu maka tidak akan ada yang bisa mengalahkan. Jika kaum muslim tercerai-berai maka tidak hanya satu, jutaan muslim ditumpahkan darahnya, dilanggar kehormatan dan dinista agamanya.
Umat Islam ibarat satu tubuh. Jika ada sebagian anggota tubuh yang sakit maka pikiran manusia akan mengomando untuk membantu anggota tubuh yang sakit tersebut. Saat ini kaum muslim Palestina mengalami genosida oleh Yahudi Laknatullah. Umat Islam sedang sakit. Karena itu, harus ditolong agar terbebas dari kebiadaban Yahudi.
Hukum-hukum internasional pada dasarnya sudah memberikan seruan kepada Yahudi untuk menghentikan aksinya. PBB sebagai lembaga internasional pun sudah mengeluarkan resolusi untuk persoalan Palestina.
Harus diakui bahwa sikap Yahudi sudah seperti binatang yang sangat licik. Tidak mampu menghadapi pasukan kaum muslim yang berperang mempertahankan bumi Palestina, mereka kemudian bergerak ke tempat-tempat pengungsian di Rafah dan membantai kaum muslim di sana. Karenanya, membela Palestina tentu tidak cukup dengan long march. Akan tetapi, long march adalah simbol pembelaan umat Islam terhadap persoalan Palestina dalam batas kemampuan menyeru dunia untuk bersatu menghancurkan Yahudi laknatullah.
Pihak yang memiliki kekuatan pada dasarnya adalah negara. Oleh karena itu, wajib untuk menyeru para penguasa muslim di seluruh dunia agar mengerahkan tentaranya, berjihad membela kaum muslim Palestina. Tetapi nyatanya, sejak masalah Palestina muncul, sampai saat ini persoalan tersebut belum selesai.
Kita tidak bisa lagi berharap kepada PBB, karena mereka semua berada dalam pengaruh Amerika Serikat yang tidak lain adalah penyokong utama dan pertama dari Zionis Yahudi. Besarnya jumlah kaum muslim dan kekuatan militer serta ekonomi negeri-negeri muslim di dunia juga tidak menjadi jaminan terselesaikannya persoalan Palestina. Lihatlah, negara Arab yang kaya, tetapi hati penguasanya justru tertutup untuk menolong dan membela muslim Palestina. Hal yang sama juga dilakukan penguasa negeri-negeri nuslim lainnya. Bukan tanpa sebab, faktanya negeri-negeri muslim hari ini terjebak pada sekat-sekat kebangsaan (national state).
Maka, tidak ada jalan lain untuk persoalan ini, kecuali kembali kepada tuntunan atau ajaran dari Allah dan rasul-Nya, yakni mengangkat seorang imam atau khalifah yang akan memimpin perjuangan pembebasan Palestina. Khalifah akan mengomando aktivitas jihad hingga kemenangan datang dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Karena itu, keberadaan Khilafah dengan khalifah sebagai pemimpinnya sangat urgen hari ini. Hanya saja, Khilafah tidak akan tegak, kecuali dengan persatuan Islam di bawah ikatan ukhuwah islamiyah. Jika ikatan ini menguat maka persatuan kaum muslim di seluruh dunia bukan mustahil.
Khilafah adalah negara berideologi Islam yang sangat berbeda dengan negara yang sedang eksis hari ini, yakni negara demokrasi berideologi kapitalisme. Demokrasi tidak konsisten dengan pemikirannya. Demokrasi menyatakan bahwa suara terbanyak adalah suara terpilih. Namun, pada persoalan Palestina, kenyataannya negara-negara yang menjunjung tinggi demokrasi justru bersikap munafik dan ingkar janji. Inilah buah penerapan sistem demokrasi buatan manusia yang batil dan cacat.
Sungguh, jihad dan Khilafah adalah solusi hakiki untuk Palestina. Umat Islam tidak boleh berdiam diri dari solusi yang telah dituntun Islam ini. Umat Islam harus terus menyuarakan solusi ini hingga terbentuk kesadaran umum dan mendorong perjuangan sungguh-sungguh untuk merealisasikannya. Di sinilah pentingnya memahami perjuangan dakwah Rasulullah saw. untuk mewujudkan perisai hakiki bagi umat Islam.