
Oleh: Diana Nayla
Linimasanews.id—Alhamdulillah, sebanyak tiga juta kaum muslim kembali bisa melaksanakan ibadah haji tahun ini di tanah suci. Ibadah haji adalah salah satu bentuk totalitas seorang hamba dalam meraih rida Allah sebagai manifestasi pelaksanaan rukun Islam kelima. Rukun utama dalam penyelenggaraan haji adalah wukuf di Arafah, sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
الحج عرفة
“(Inti) ibadah haji adalah wukuf di Arafah.” (HR At-Tirmidzi)
Penentuan awal bulan Zulhijah, sebagaimana sabda Rasulullah saw., ditentukan oleh Amir Makkah. Husayn bin Harits Al-Jadali telah menyatakan, “Amir Makkah, Al-Harits bin Hatib, telah menyampaikan khotbah kepada kami, seraya berkata,
عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ أَنْ نَنْسُكَ لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ لَمْ نَرَهُ، وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلٍ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا
“Kami telah diperintahkan oleh Rasulullah saw. untuk mengerjakan manasik (ibadah haji) karena melihat hilal (bulan Zulhijah). Jika kami tidak melihat hilal, lalu ada dua orang saksi yang adil melihat hilal, maka kami pun akan mengerjakan manasik haji berdasarkan kesaksian mereka berdua.” (HR Abu Dawud dan Ad-Daraquthni)
Kali ini, perbedaan penetapan Iduladha kembali terjadi. Pemerintah menetapkan bahwa Hari Raya Iduladha jatuh pada hari Senin, 17 Juni 2024. Sedangkan pemerintah Arab Saudi telah menetapkan wukuf di Arafah tanggal 9 Zulhijah jatuh pada Sabtu, 15 Juni 2024.
Selayaknya kaum muslim bersatu dalam pelaksanaan Iduladha sebagaimana mereka bersatu dalam pelaksanaan ibadah haji. Hal ini sebagaimana yang pernah terwujud pada masa Nabi saw. dan Khulafaurasyidin. Ironisnya, perbedaan hari raya ini disebabkan oleh paham nasiolisme dan konsep negara bangsa (nation state).
Konsep tersebut dirancang oleh negara-negara Barat imperialis dalam rangka memecah belah kaum muslim dan mengoyak tali persaudaraan ukhuwah islamiah di tengah-tengah umat. Nasionalisme telah membuat penentuan Hari Raya Iduladha tidak berdasarkan dalil syar’i sebagaimana hadis tersebut di atas, yakni mengikuti keputusan Amir Makkah.
Hilal lokal masih dijadikan sebagai dalih dalam pencarian hilal. Padahal, tidak bisa dimungkiri bahwa pada faktanya bulan hanya ada 1 (satu). Jika negeri di sebelah barat lebih dahulu melihat hilal karena ketinggian hilal sudah mencapai 3 (tiga) derajat maka hal yang amat wajar bahwa negeri sebelah timur masih belum bisa melihat hilal karena faktor posisi ketinggian hilal yang belum mencapai 3 (tiga) derajat.
Sudah saatnya kaum muslim bersatu dalam pelaksanaan ibadah Hari Raya Iduladha, terlebih perbedaan antara negeri ini dengan Makkah tidak sampai 6 jam. Itu semua terwujud manakala umat bersatu di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Khalifah akan menyatukan kaum muslim dalam rangka melindungi dan menjaga semua kepentingan umat.
Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sungguh imam (khalifah) adalah perisai, orang-orang berperang di belakang dia dan menjadikan dirinya pelindung.” (HR Muslim)
Tanpa Khilafah, umat masih tercerai berai akibat sekat nasionalisme. Umat dibuat resah tatkala terjadi perbedaan penentuan 1 Zulhijah, bagi yang sudah paham karena pengambilan kaidah fikih akan saling menghargai. Namun, bagi yang tidak menghendaki terjadinya kesatuan umat, hal tersebut akan dijadikan sebagai pemecah belah.
Urgensitas adanya satu kepemimpinan umat lewat seorang khalifah akan menyatukan umat dengan pengambilan pendapat sesuai kaidah syarak. Keputusan seorang khalifah akan menjadi dalil syarak yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk melaksanakannya di mana pun ia berada.
Dengan Khilafah, kesatuan kaum muslim terwujud. Tidak akan ada lagi perbedaan penentuan Hari Raya Iduladha. Dengan demikian, umat Islam akan merasa tenang karena tidak ada lagi perbedaan di tengah-tengah umat. Hanya Khilafah Islamiah yang mampu memberikan keharmonisan tatanan kehidupan dunia di bawah syariat Islam.
Sungguh, lewat penerapan syariat Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiah akan mengantarkan pada keberkahan dan kemaslahatan bagi manusia. Hal itu terwujud tidak hanya bagi kaum muslim, melainkan membawa rahmat pula bagi seluruh umat manusia. Wallahualam.