
Oleh: Devy Wulansari, S.Pd.
(Aktivis Muslimah – Tinggal di Malang)
Linimasanews.id—Viral di sosial media, seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku nyatanya dua anak kandungnya sendiri. Pelaku, K(17th) dan P(16th) mengaku kesal dan sakit hati setelah dimarahi ayahnya karena dituduh mencuri uang sang ayah (liputan6.com, 23/6/2024). Di tempat yang berbeda, seorang pemuda usia 19 tahun juga tega membunuh ayahnya sendiri lantaran kesal diminta mengantar ke kamar mandi ayahnya yang sakit stroke (liputan6.com, 21/6/2024).
Rusaknya Fitrah Anak
Sungguh sangat miris! Seorang anak dapat melakukan rangkaian perbuatan keji. Ini tanda rusaknya fitrah anak. Anak-anak yang menjadi pelaku kejahatan saat ini meningkat dari tahun ke tahun. Tidak lagi menjadi problem kasuistik, tetapi menjadi fenomena rusaknya anak-anak Indonesia. Ini merupakan fenomena gunung es karena tidak semua kasus yang terjadi dilaporkan.
Kondisi ini menunjukkan adanya problem serius, baik pada keluarga, lingkungan masyarakat ataupun negara. Belum lagi kriminalitas lainnya pun seakan tidak pernah lepas dari institusi keluarga. Apa yang terjadi dengan keluarga hari ini?
Keluarga sejatinya merupakan tempat untuk melepas penat, merilis bahagia yang menciptakan kehangatan pada anggota keluarga. Kini, keluarga seakan menjadi tempat gersang dan menakutkan. Dari keluarga, justru banyak kita dapati seseorang yang hidupnya harus berakhir ditangan orang yang mereka cintai. Kondisi saat ini tidak lepas dari penerapan sistem kapitalisme sekularisme sebagai asas pembuat kebijakan negara jelas berdampak pada semua bidang kehidupan.
Sekularisme-kapitalisme telah merusak dan merobohkan pandangan mengenai keluarga. Sekularisme melahirkan manusia-manusia miskin iman yang tidak mampu mengontrol emosinya, rapuh dan kosong jiwanya. Kapitalisme menjadikan materi sebagai tujuan, abai pada keharusan untuk birrul walidain.
Ditambah lagi sistem pendidikan sekuler tidak mendidik agar memahami birul walidain. Lahirlah generasi rusak, rusak pula hubungannya dengan Allah. Bahkan penerapan sistem hidup kapitalisme gagal memanusiakan manusia. Fitrah dan akal tidak terpelihara menjauhkan manusia dari pencipta-Nya sebagai hamba dan khalifah pembawa rahmat bagi alam semesta. Maka lahirlah generasi rusak dan merusak.
Back to Islam
Fenomena rusak ini tidak akan terjadi ketika kehidupan diatur dengan Islam secara kaffah. Dengan akidah Islam sebagai asas kehidupan, ketakwaan akan tercermin pada keluarga, lingkungan masyarakat, bahkan negara. Pendidikan anak menjadi hal penting yang diperhatikan karena anak adalah generasi masa depan yang akan membangun dan menjaga peradaban tetap mulia.
Dalam Islam, kebijakan negara akan menjaga fitrah anak sehingga anak dapat tumbuh kembang optimal dan memiliki kepribadian Islam yang mulia. Negara akan mewujudkan kesejahteraan rakyat sehingga ibu bisa optimal menjalankan perannya sebagai madrasah pertama dan utama. Islam memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Negara juga akan menegakkan sistem sanksi yang menjerakan sehingga dapat mencegah semua bentuk kejahatan termasuk kekerasan anak pada orang tua. Wallahu a’lam bishowab.