
Oleh. Yenni Sarinah, S.Pd. (Aktivis Muslimah Selatpanjang, Riau)
Linimasanews.id—Tawuran masa kini dilakukan dengan cara kekinian, bahkan untuk mendapatkan cuan. Hal ini menunjukkan rusaknya generasi dan jelas menunjukkan betapa kebahagiaan berdasarkan materi telah menghujam kuat dalam diri umat. Banyak kaum muslim yang menghalalkan segala cara. Di sisi lain, tawuran ini menggambarkan gagalnya sistem pendidikan mencetak generasi berkualitas.
Dilansir dari IDN Times JATIM (27/06/2024), enam orang remaja anggota gangster yang menamai diri “Pasukan Angin Malam” diringkus polisi, Kamis (27/6/20324). Saat hendak tawuran, mereka diringkus di sekitar kawasan Sidotopo, Dipo ,Surabaya pada Kamis dini hari (27/06/2024). Ketika live streaming itu, petugas mendapati mereka hendak tawuran sekitar pukul 03.00 WIB.
Tidak hanya di Surabaya, di Bogor juga ricuh dengan situasi serupa. Dilansir dari Radar Bogor (30/06/2024), Aksi tawuran antara geng motor kembali terjadi di wilayah Ciomas. Dari 8 pelaku yang diamankan dan masih di usia remaja, dua di antaranya membawa senjata tajam berupa pedang pada saat mereka berada di Gang Abadi, Desa Kotabatu, Ciomas usai terlibat tawuran.
Salah Sistem Hidup, Melahirkan Generasi Salah Arah
Kehidupan yang ideal tentu tidak datang dari sesuatu yang tidak ideal. Sehingga upaya preventif yang ada dengan giat berpatroli tidak menjadikan remaja jera melakukan aksi anarkis. Ada mindset yang jauh dari kata mulia yang bercokol di dalam benak generasi muda kita. Dari mindset yang salah inilah lahir beruntun perilaku menyimpang yang merugikan orang lain.
Mindset yang salah ini tidak datang dari Islam, namun kebanyakan orang menjadikan Islam sebagai musuh. Padahal, Islam datang sebagai rahmat bagi semesta alam. Ketika orang banyak mulai meremehkan ajaran Islam, maka sejak saat itulah kejahatan itu menang dan menguasai generasi muda.
Pada dasarnya, baik buruknya pribadi seseorang tergantung dengan apa ia dididik dan dari siapa ia memperoleh pendidikan. Jika sistem saat ini dituntut karena gagal mendidik generasi menjadi baik. Justru yang menjadi titik koreksi adalah apakah sistem yang diterapkan saat ini memiliki standar kebaikan yang hakiki?
Pendidikan Islam Beserta Institusinya Menjadi Penting
Kebaikan dari sistem yang dijalankan saat ini jelas jauh dari kata baik. Karena dasar dari Kapitalisme bukan dari sudut pandang akidah, tetapi justru materialisme. Yang menjadikan ujung tombak kebahagiaan hidup didasarkan pada perolehan materi saja. Dengan slogan labil seperti “muda foya-foya, tua kaya raya.”
Berbeda dengan sistem Islam, yang menjadikan akidah sebagai landasan pendidikan dan akhirat sebagai tujuan yang mulia. Islam memiliki tujuan Pendidikan yang luhur dan menjadikan anak dapat bertahan hidup dalam situasi apa pun dengan tetap terikat aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam memahamkan tujuan hidup setiap muslim adalah untuk ibadah dan membawa manfaat untuk umat.
Sehingga perbuatan buruk tidak akan mungkin dimunculkan ke ranah publik karena masing-masing individu yang telah terdidik dengan Islam seyogianya akan memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami. Setiap muslim meyakini setiap amal buruk akan ada konsekuensinya. Begitupun ketika amal baik dipublikasikan, akan ada jariyah kebaikannya.
Menjadi poin penting bagi kita bersama, bahwa mengubah generasi muda menjadi lebih baik dalam kehidupannya hanya dengan satu cara, mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah umat dan mengusahakan kembalinya institusi yang mau bersinergi dengan ide dan metode yang Islami pula. Bukan Islam ala kadarnya, tetapi Islam yang total dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam bish shawab.