
Oleh: Ummu Nazwa
Linimasanews.id—Selamat datang Tahun Baru Islam 1446 Hijriah. Segenap kaum muslim menyambut dengan penuh kegembiraan. Banyak orang yang melantunkan salawat untuk memperingati hijrahnya Nabi saw. Namun, apakah momentum Tahun Baru Islam ini hanya menjadi sebatas peringatan seremonial saja seperti tahun- tahun sebelumnya? Tidakkah kita menginginkan adanya perubahan yang lebih baik di setiap tatanan kehidupan? Apakah kita akan semakin baik dihadapan Allah Swt. dan menjalankan syariat-Nya? Ataukah kita malah semakin jauh dari petunjuk- Nya dan mengulang kesalahan-kesalahan yang sama?
Tahun Baru Islam identik dengan peristiwa hijrahnya Nabi saw. dari negeri syirik atau Darul Kufur (Makkah) ke Darul Islam (Madinah). Saat itu, kaum muslim dari Madinah telah menyatakan kesiapan mereka untuk melindungi Nabi saw. Mereka pun siap menjadikan negeri mereka (Madinah) sebagai tujuan hijrah dan penegakan kekuasaan Islam.
Makkah yang kala itu ditinggalkan oleh Nabi saw. dan kaum muslim adalah negeri yang menjalankan aturan-aturan jahiliah. Masyarakat Arab jahiliah mempertahankan sistem kehidupan mereka seperti syirik, perdukunan, tahayul, perjudian, riba, kecurangan, dan melakukan penindasan terhadap kaum perempuan, serta perbuatan buruk lainnya.
Pada saat yang sama, mereka juga terus-menerus memusuhi Islam sebagai agama baru yang datang menentang pemikiran dan kebiasaan kufur mereka. Apalagi ketika Nabi saw. mendakwahkan Islam secara terang-terangan, mereka pun makin memperlihatkan kekejamannya.
Mulai saat itu, Nabi saw. mendakwahi berbagai kabilah di luar Makkah dan memohon kepada Allah Swt. agar diberi kekuasaan yang dapat mengokohkan dakwah Islam. Jelas, peristiwa hijrahnya Nabi saw. bukanlah dalam rangka melarikan diri tetapi demi menegakkan institusi negara yang menjalankan sistem kehidupan Islam, dari kejahiliyahan kepada syariat Islam (kaffah.ID, 5/7/2024).
Menilik makna kata jahiliah, identik dengan kondisi yang bertentangan dengan ketentuan syariat Islam. Seperti halnya hari ini, jahiliah berganti wajah menjadi makin modern. Aktivitas manusia saat ini lebih parah dibandingkan dengan zaman jahiliyah dahulu. Jika dahulu mereka berbuat jahiliah hanya pada taraf sesembahan pada benda-benda, kini perbuatan tersebut bukan hanya penyembahan kepada benda saja, tetapi juga kepada sistem aturan hidupnya.
Selain itu, saat ini negara menerapkan sistem kapitalisme yang bersandar pada asas pemisahan agama dari kehidupan manusia dan kebebasan sebagai napasnya. Agama hanya dipakai untuk mengurusi urusan ibadah yang sifatnya ritual saja. Sedangkan dalam pengaturan kehidupan, manusia diberikan kebebasan untuk mengatur kehidupan tanpa ada intervensi dari aturan agama. Ini jelas merupakan kebatilan. Sebab sejatinya, manusia adalah makhluk yang memiliki kelemahan, tidak dapat menjangkau sesuatu di balik yang tampak di depannya, dan memiliki keterbatasan.
Sekarang, gaya hidup hedonisme atau mencari kepuasan fisik menjadi tujuan hidup manusia, khususnya generasi muda. Dampaknya tingkat perzinaan di kalangan remaja makin meningkat. Hari ini juga kita dapati banyak masyarakat terjerat pinjol akibat kebutuhan perut yang tak terpenuhi, ditambah lagi rakyat terus dibebani dengan kenaikan pajak dan banyaknya pungutan.
Karena itu, umat saat ini wajib melakukan perubahan secara total, meninggalkan segala hal yang Allah Swt. larang menuju ketaatan total kepada-Nya. Untuk itu, kita harus berhijrah. Bukan saja hijrah secara pribadi, seperti memperbaiki ibadah dan akhlak.
Akan tetapi, hijrah secara total dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah. Hal ini tidak mungkin terlaksana tanpa adanya institusi negara. Dari sinilah, umat wajib menyadari bahwa eksistensi Negara Islam atau Khilafah Islam harus segera diwujudkan. Wallahualam bissawab.