
Oleh: Lisa Herlina (Kontributor LinimasaNews)
Linimasanews.id—Hijrah bermakna perpindahan orang atau sekelompok orang dari suatu daerah atau negeri ke daerah atau negeri lain. Adapun menurut istilah, hijrah ialah peristiwa berpindahnya Nabi saw., yaitu di saat Beliau meninggalkan darul kufur (Makkah) menuju ke darul Islam (Madinah) juga sebagai awal perhitungan kalender Hijriyah.
Lalu, bagaimana kita saat ini, apa saja yang harus dicontoh dari peristiwa hijrahnya Rasulullah tersebut? Jangan lupakan sejarah ketika Rasulullah pertama kali bersama para laki-laki penduduk Madinah yang melakukan 6 poin janji setia di Bukit Aqobah. Isi baiatnya, tidak seorang pun di antara mereka yang menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak berdusta dan tidak melakukan maksiat. Jika memenuhi semua poin itu, maka baginya surga. Jika mengingkari sedikit saja dari hal tersebut, maka urusannya dikembalikan kepada Allah. Jika Allah berkehendak maka Dia pasti akan mengampuni ataupun mengazabnya.
Dari sanalah awal diterimanya Islam, yaitu oleh sebab hati yang bersih mengakuinya. Jika ada setitik hitam dari hati manusia tersebut, maka dipastikan ia akan menolak 6 poin tersebut untuk dijadikan asas beribadah kepada Allah, berinteraksi dan berperilaku terhadap sesama manusia.
Hati yang kotor adalah bagian dari upaya setan untuk menjauhkan umat dari kebenaran. Kebenaran itu datangnya dari Al-Haq (Maha Benar). Sedangkan kebatilan adalah dari manusia. Saat ini, ia bernama penjajah dengan berbagai propaganda berbentuk sekularisme (memisahkan Islam dari sendi kehidupan), imperialisme, hedonisme, pluralisme, sosialisme dan isme lainnya yang menyesatkan pemikiran manusia.
Saat ini kita sedang dikungkung oleh sebuah pusaran sistem yang bukan berasal dari Islam. Bagaimana tidak. Setiap waktu, realitas yang muncul di media berupa suguhan kriminalitas yang menyesakkan dada. Ada anak memenjarakan ibu kandung, ayah memperkosa anak kandung, teman menjual teman. Pembunuhan ada di mana-mana. Riba dan zina merajalela, bahkan tidak malu melakukannya. Korupsi seolah hal yang lumrah. Dan masih banyak lainnya, hingga membuat geleng-geleng kepala.
Era modern ini yang disebut sebagai akhir zaman, banyak sekali fenomena yang jauh dari aturan Islam. Lantas, kita harus memulai hijrah dari mana? Ada 3 point yang mesti kita mulai. Pertama, mulai dari diri kita sendiri. Yaitu, dengan berusaha menjauhkan diri dari larangan Allah dan bersegera kepada syariat Allah.
Langkah itu bisa dimulai dari mengubah hal-hal yang kecil. Contohnya, dari berpakaian yang mengumbar aurat, berpindah manjadi menutup aurat. Dalam bergaul, berusaha menjauhi ikhtilat (bercampur baur dengan nonmahram dan berinteraksi) dan berkholwat (berduaan dengan non mahram). Selain itu, terus berusaha tekun menghadiri majlis ilmu dan menghiasi diri dengan ibadah sunnah, seperti membaca Al-Qur’an, puasa, salat sunnah. Tak lupa juga dengan perkara wajib, yaitu berdakwah, mengajak keluarga, sahabat, kerabat, tetangga kepada Islam yang sempurna.
Kedua, dimulai dengan adanya kontrol masyarakat. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kemaksiatan yang merajalela sebab ada masyarakat yang saling mengingatkan kepada yang ma’ruf (kebaikan). Mencegah kepada yang munkar (kejahatan). Tentu saja hijrah ini harus didukung dengan adanya masyarakat Islam yang bersatu dalam hal peraturan, perasaan dan pemikirannya berlandaskan akidah Islam.
Terakhir, hijrah itu dimulai dengan adanya sistem sebuah negara yang berlandaskan Islam. Tentu saja bagian ini adalah kewenangan Allah sebagai zat yang memiliki hak prerogatif menentukan di mana dan kapan hukum-Nya berlaku, maka dari sistem yang berasal dari Allah Al Mudabbir, segala kemunduran, kemaksiatan dan kehinaan akan beralih manjadi rahmat bagi seluruh alam, mulia, dan tinggi.
Islam akan kembali menjadi adidaya dunia dan disegani. Bukankah itu semua tak lepas di mulai dari adanya niat kita untuk berubah, peran serta masyarakat dan negara yg mumpuni melayani rakyatnya? Sebagaimana kekuasaan Rasulullah dari Madinah hingga dakwah tersebar ke seluruh negeri. Sampai wafatnya Beliau, kekuasaan Negara Islam meliputi Jazirah Arab. Manusia pun berbondong-bondong memeluk Islam sebab menyaksikan kemuliaan dan keadilan dalam ideologi Islam.
Dalam surah An Nashr 1-3 yang artinya : “Telah datang pertolongan dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah menuju Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepadaNya. Sungguh Dia Maha Penerima Taubat.”
Maka, kita sebagai manusia ciptaan-Nya, lemah lagi fakir dan serba kurang, selayaknya kita membutuhkan yang Maha Kuat, Maha Kaya, Maha Pemurah, Maha Sempurna untuk mewujudkan kembali bisyaroh Rasulullah akan kembalinya khilafah kedua sesuai metode kenabian sebagaimana dahulu pernah berjaya selama 13 abad menguasai 2/3 dunia.