
Oleh: Hanimatul Umah
Linimasanews.id—Memilukan! Saat pertumpahan darah dan genosida yang terjadi di Palestina membuat hati kaum muslim tercabik-cabik, kini sikap segelintir orang justru membuat geram publik. Ironisnya, saat masyarakat gencar melakukan boikot produk yang terafiliasi zionis, justru ada 5 kader NU melawat Presiden Israel (Isaac Herzog).
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Tsaquf mengemukakan bahwa kelima kader tersebut mengabulkan ajakan seorang advokat Zionis Israel dalam Lembaga NGO (Non- Govermental Organization) dengan maksud membangun citra negara dan mengonsolidasikan artikulasi sesuai kepentingan Zionis. Gus Yahya juga menjelaskan bahwa PBNU tidak mendapat informasi tentang kunjungan kelima kadernya (Liputan6.com, 16/7/2024).
Perlu kita ketahui bahwa Ornop (organisasi nonpemerintah) atau NGO tersebut adalah organisasi masyarakat nirlaba yang tujuannya untuk melayani masyarakat dalam bidang sosial dan politik. Kiprahnya seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) di Indonesia. Sedangkan anggotanya meliputi antarnegara. Jika pada tahun 1908 gerakan Budi Utomo dalam bidang pendidikan yang mana gerakannya menentang kebijakan pemerintah pada saat itu, berbeda lembaga nonpemerintah ini justru sejalan dengan pemerintahan.
Terlepas dari gerakan mendukung pemerintah atau tidak, muncul pertanyaan, apa urgensinya menerima lobi-lobi kerja sama dengan pihak yang telah menghilangkan ratusan ribu nyawa sesama muslim yang hingga kini belum ada titik terang solusi? Bukan tidak mungkin perlakuan penjajah ketika tidak menyerang secara fisik mereka merusak pemikiran umat Islam dan menguasai bidang ekonomi, yang belakangan ini sebagian masyarakat memboikot produk mereka.
Kunjungan mereka ke Israel justru menunjukkan sikap pemakluman terhadap penjajah zionis dan membuat jurang nir-empati kepada sesama muslim makin dalam. Pemikiran sekuler-kapitalisme telah mempererat hubungan mereka dengan Zionis Yahudi. Ini disebabkan sekularisme telah menancap kuat di benak sebagian kaum muslim. Mirisnya, negara pun membiarkan, bahkan menjadi pengekor sistem ini sehingga kebanyakan muslim menjauhkan kehidupan dengan aturan agamanya.
Padahal, sudah jelas contoh sikap Rasul terhadap orang kafir. Sebagaimana firman Allah, “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang kafir tetapi berkasih sayang kepada sesama mereka.” (Qs Al-Fath: 29).
Maka seharusnya umat Islam tidak melunak kepada kafir harbi fi’lan, melainkan wajib memerangi, bukan sebaliknya bertemu akrab dengan cruel killer.
Selain itu, umat Islam bagaikan satu tubuh. Karenanya, muslim yang beriman akan merasakan kepedihan ketika melihat muslim lainnya terzalimi. Islam pun mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, di dalam negeri maupun di luar negeri, mengatur hubungan negara dengan bangsa-bangsa lain.
Perlakuan negara terhadap orang kafir dzimmi (kafir yang tidak memerangi muslim dan bergabung kepada Daulah Islam) maka negara memberlakukan jizyah. Sementara, terhadap kafir harbi fi’lan (orang kafir yang tidak tunduk pada Daulah Islam), maka negara akan memberlakukan politik luar negerinya yaitu dakwah dan jihad dalam rangka menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia.
Dengan ini, negara menjadi berwibawa dan berdaulat. Karena itu, hanya dalam sistem kekhilafahan negara dan umat dapat sempurna menjalankan ketaatan sebagai muslim beriman, lalu mengantarkan ke surga-Nya.