
Oleh: Dini Azra
Linimasanews.id—Di tengah gencarnya serangan entitas Yahudi ke wilayah Gaza Palestina, umat Islam Indonesia dikejutkan dengan beredarnya kabar lima orang tokoh dari ormas besar pergi melawat ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. Kelima tokoh tersebut adalah Zainul Maarif, Sukron Makmun, Nurul Bahlul Ulum, Munawir Aziz dan Izza Annafisah Dania. Berita tersebut viral karena postingan Zainul Maarif salah satu dari kelima tokoh tersebut memposting foto kebersamaan mereka dengan presiden Israel di akun instagram miliknya @zainmaarif.
“Saya bukan demonstran, melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan. Terkait konflik antara Hamas-Israel, dan relasi Indonesia-Israel, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog (yang duduk dengan dasi biru) di istana Sang Presiden. Semoga hasil terbaik yang dianugerahkan untuk kita semua,” tulis Zain dalam postingan tersebut.
Kedatangan Zainul dan kawan-kawannya ke Israel bertujuan membawa misi perdamaian, sebab menurut Zain pesan utama seorang muslim itu adalah salam yang berarti berdamai dengan orang. Oleh sebab itu, ia dan rombongan melakukan diplomasi dan mengharapkan tidak ada serangan lebih lanjut. Demi melakukan lawatan tersebut, mereka harus berangkat dari Dubai menuju Israel, karena Indonesia tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel. Untuk biaya keberangkatannya, Zain mengatakan bahwa ia mendapatkan biaya dari organisasi bernama Itrek (Israel Trek). Organisasi yang secara eksplisit pro-Israel dan sebelumnya telah menerima dana dari pemerintah Israel (REPUBLIKA.com, 18/7/2024).
Setelah menuai kontroversi dan kecaman dari masyarakat, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya pun segera menggelar konferensi pers di kantor PBNU Selasa, (16/7/2024). Beliau membenarkan bahwa kelima tokoh tersebut merupakan kader dari sayap-sayap organisasi PBNU. Ada yang menjadi dosen Unusia, ada dari Pagar Nusa, ada dari Fatayat, dan dari PWNU DKI. Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya meminta maaf atas pertemuan kelima tokoh itu dengan presiden Israel dan menyayangkan adanya pertemuan tersebut. Dilansir dari detikNews.com, Selasa (16/7/2024).
Sementara itu, Sekjen PBNU Gus Syaifullah Yusuf menegaskan PBNU akan memanggil kelima tokoh pemuda NU yang ke Israel untuk dimintai keterangan dan penjelasan tentang maksud dan tujuannya, latar belakang, dan siapa yang memberangkatkan mereka ke Israel. Dia menilai kepergian lima orang ke Israel itu sangat tidak bijaksana di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Palestina. NU sendiri menjadi organisasi yang terdepan mengutuk serangan Israel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Roy Sumirat enggan berkomentar, karena tidak ada komunikasi dengan kemlu terkait peristiwa itu dan bukan kegiatan yang dilakukan pejabat pemerintah. Sedangkan MUI mendesak kelima orang tersebut meminta maaf karena kunjungan ke Israel merupakan hal yang memprihatinkan dan juga melanggar konstitusi negara (Kumparan.com, 27/7/2024).
Satu-persatu dari kelima orang tersebut akhirnya memberikan klarifikasi dan meminta maaf kepada masyarakat. Mereka mencoba menjelaskan bahwa tujuan mereka ke sana adalah baik, yaitu berupaya untuk meminta Israel agar menghentikan serangan ke Palestina dan menegaskan bahwa mereka sama sekali bukan pro-Israel. Namun, tidak serta merta klarifikasi tersebut menghapus sakit hati yang dirasakan umat Islam. Apa pun dalih dan pembenaran mereka, datang dan beramah tamah dengan penjajah, penjahat keji yang telah membantai saudara muslim Palestina jelas salah, tidak menunjukkan rasa empati terhadap derita muslim Palestina.
Memalukan! Di saat manusia di berbagai belahan dunia dengan latar belakang dan agama berbeda kompak bersuara membela Palestina, mereka malah bermanis muka, bermain kata melobi pemimpin Zionis Yahudi. Bahkan dengan sarkas menyindir orang yang melakukan demontrasi dan pemboikotan terhadap Israel. Seolah, langkah diplomasi yang dilakukannya lebih baik dan berpengaruh untuk mendukung Palestina. Tidaklah benar dan tidak mungkin! Umat Islam pasti sudah mengenal betul watak bangsa Yahudi yang banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an. Di antaranya mereka adalah kaum yang paling keras permusuhannya terhadap Islam. Mereka juga pendusta dan suka mengingkari perjanjian, selain itu mereka tak punya hati dan kejam. Sekelas PBB saja tidak digubris, apalagi orang yang datang dengan sikap manis dan disponsori oleh organisasi pendukung teroris (Zionis Yahudi).
Justru keberangkatan mereka ini berbahaya dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan Zionis. Israel, meskipun tindakan bengisnya telah disaksikan seluruh dunia, tetapi mereka tetap ingin dibela dan mencari teman untuk menormalisasi tindakannya. Bahwa serangan ke Gaza hanya untuk melawan Hamas yang bersembunyi di balik penduduk sipil. Mereka memang suka playing victim dan berusaha mencari cara untuk membangun citranya di mata dunia. Salah satunya dengan mengundang tokoh-tokoh muslim untuk berdialog, kemudian akan diekspose seolah-olah ada kedekatan dengan kelompok Islam. Sayangnya, banyak yang terjebak dengan tipu daya mereka. Buktinya, banyak tokoh-tokoh muslim yang bermain mata dengan Zionis, mengatasnamakan misi perdamaian dan kemanusiaan. Kritik terhadap kelima orang yang pergi ke Israel bukan untuk mendiskreditkan ormas yang menaungi mereka. Pada faktanya, pihak NU sendiri sudah menunjukkan ketegasan sikap terhadap kasus ini.
Apa pun kelompoknya, selama dia masih mengaku sebagai muslim sangat tidak layak melakukannya. Wajar jika masyarakat banyak yang menghujat, itu sudah jadi konsekuensi yang harus mereka terima. Namun, negara seharusnya juga ikut mengambil sikap. Sebab, negara harus menampakkan keberpihakannya untuk membela Palestina seperti yang terdapat dalam konstitusi negara. Mendukung Palestina merupakan upaya menghapuskan penjajahan di atas muka bumi. Setiap warga negara harus mematuhi dan mengikuti sikap ini. Jadi ketika ada yang melakukan hal bertentangan, propenjajah atau diam-diam menjalin hubungan dengan penjajah, negara harus memberikan sanksi tegas.
Entitas Yahudi adalah kafir harbi fi’lan yang jelas-jelas memusuhi dan memerangi umat Islam. Tidak ada jalan lain bagi umat Islam selain membalas perlawanan mereka dengan jalan perang dan jihad. Tidak ada lagi basa-basi diplomasi untuk mencari solusi damai. Namun, memerangi dengan jihad yang sesungguhnya hanya bisa dilakukan oleh Daulah Islam yang menjadi perisai bagi seluruh umat. Jika masih dalam pemerintahan demokrasi, perlawanan itu hanya sebatas kecaman tanpa tindakan nyata. Sebab, masing-masing negara masih terikat dengan kepentingan dan tersandera oleh hegemoni kapitalis Barat yang notabene adalah penyokong Zionis kelas berat.