
Oleh: Ning Alfiatus Sa’diyah, S.Pd.
(Pengasuh TPQ Darul Arqom dan Madin Nurul Mas’ud)
Linimasanews.id—Sobat, betapa hidup manusia zaman ini begitu rapuh, dipenuhi dengan kondisi hidup stres bahkan depresi. Banyak terjadi kasus kekerasan terhadap orang terdekat seperti anak, suami, istri, orang tua, yang mestinya paling disayang. Bahkan tidak jarang terjadi pembunuhan seperti suami membunuh istri. Istri membunuh suami, anak membunuh orang tua. Orang tua membunuh anak. Kakak membunuh adik. Kasus bunuh diri pun makin meningkat. Na’udzubillah min dzalik.
Mengapa manusia begitu mudah stres hingga depresi? Sebenarnya, itu sederhana problemnya. Apa itu? Karena menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Hidupnya fokus dunia, bukan akhirat, bahkan hingga terkena “wahn,” cinta dunia takut mati.
Jika sudah seperti ini, kalau ada sedikit masalah dengan dunianya, entah masalah kerajaan atau rumah tangga, maka hati jadi sempit. Akal jadi buntu, akhirnya stres dan depresi. Berbeda jika kita menjadikan akhirat adalah tujuan, dunia hanya fasilitas menggapai surga, maka hidup kita tidak bergantung dunia. Bahagia kita tidak bergantung berlimpahnya harta, tidak bergantung pada tingginya pendidikan, jabatan, atau nama besar. Semua itu hanya aksesoris saja. Jika ada masalah maka menyikapinya biasa saja. Meski tetap sedih dan terganggu, tetapi akan segera hilang ketika fokus kembali ke akhirat. Yang penting iman dan amal saleh terjaga.
Begitulah jika dunia jadi tujuan, maka hidup akan sempit, sulit, dan menjepit. Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai di hadapannya).“ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Semoga Allah mudahkan dunia kita hingga mudah pula mencapai tujuan akhirat kita. Selamat berjuang, Sobat! Wallahualam Bishawab.