
Oleh: Iske
Linimasanews.id—Kasus bunuh diri pada mahasiswa kian bertambah dan menjadi fenomena gunung es. Seperti kasus yang baru terjadi, menimpa seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang ditemukan tewas pada Senin (12/8) di kamar kostnya di daerah Kapanewon Mlati Kabupaten Sleman.
Sekretariat UGM menyatakan bahwa mahasiswa dalam kasus bunuh diri ini berasal dari Jurusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Ilmu Komputer angakatan 2021. Pihak UGM selama ini berupaya untuk mencegah dan meminimalisasi kasus bunuh diri dengan cara screening kesehatan mental bagi seluruh mahasiswa ketika mereka mengisi KRS. Namun, pada kasus ini mahasiswa tersebut tidak terdeteksi alami gangguan mental. Agar kasus ini tidak terulang dan bisa diantisipasi, UGM menganjurkan semua mahasiswa mau dan berani terbuka akan kondisi mentalnya (kumparan.com, 13/8/2024).
Sungguh sangat disayangkan. Padahal, mahasiswa kaum terpelajar, kok bisa sampai melakukan hal demikian? Kasus ini terus meningkat dari tahun ke tahun tanpa ada solusi yang berarti. Ini tentu sangat erat hubungannya dengan sistem sekuler yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan yang diterapkan saat ini.
Dalam sistem pendidikan, sekularisme tidak berbasis kepada akidah Islam. Pendidikan saat ini hanya mencetak generasi yang siap kerja, walau nyatanya pekerjaan pun sulit didapatkan sekalipun sudah mengantongi ijazah. Akibat pendidikan sekuler, terjadi kerusakan mental kepada generasi. Generasi bingung, lemah, rapuh, stres, dan jauh dari ketaatan kepada Allah Swt. sebagai bentuk lemahnya keimanan. Hal ini membuat generasi sangat mudah berputus asa ketika mereka mengalami tekanan, baik di keluarga maupun di lingkungan pendidikan, seperti terhadap bullying ataupun beban berat pembelajaran di kampus.
Begitupun faktor ekonomi yang sangat dominan menjadi pemicu kasus bunuh diri pada mahasiswa, saat ini pendidikan yang sangat mahal, akhirnya mendorong para mahasiswa untuk mengambil jalan pintas dengan pinjaman online (pinjol) dan juga judi online (judol). Terkadang mereka pun tidak segan melakukan tindak kejahatan. Mirisnya lagi, saat ini pihak kampus pun malah mendukung jika mahasiswa kesulitan ekonomi maka dianjurkan untuk memanfaatkan pinjol.
Negara dalam sistem ini sangat abai dan tidak menindak tegas untuk memberantas pinjol dan judol. Ditambah era digital yang apa pun bisa diakses dengan mudah membuat para generasi terlena dan nyaman hanya dengan media sosial saja. Inilah bukti potret buram dari sistem sekuler yang nyata telah abai dan gagal dalam membentuk dan melahirkan generasi yang kuat yang berkepribadian islami, jauh dari ketaatan dan keimanan kepada Allah Swt. Maka, yang terjadi adalah kerusakan generasi. Generasi bangsa menjadi tumbal korban rusaknya sistem hidup. Padahal, sangat jelas bahwa generasi adalah penerus bangsa dan peradaban.
Dalam Islam, sistem pendidikan berbasis kepada akidah Islam. Akidah ini lahir dari pemikiran, bukan doktrin. Akidah yang lahir dari pemikiran tentunya akan mengakar kuat. Tujuan dari pendidikan Islam yang berasas kepada akidah Islam mampu melahirkan generasi yang berkepribadian islami, cerdas serta kuat secara mental dan spritual. Ketaatan dan keimanan kepada Allah Swt. akan mampu membedakan mana perbuatan yang benar dan salah. Begitu pun dalam menghadapi berbagai tekanan kehidupan, mereka akan mampu untuk menyelesaikannya dengan berlandaskan kepada syariat Islam.
Negara dalam sistem Islam akan memberikan jaminan kesejahteraan dalam berbagai aspek kehidupan dengan berbagai mekanisme untuk bisa menyejahterakan rakyat. Karena negara dalam Islam adalah pelayan bagi rakyatnya. Sistem ekonomi dalam Islam yang bersih dan stabil akan mampu menyejahterakan rakyat dalam pemenuhan segala kebutuhan hidup, termasuk pendidikan, bukan hanya murah bahkan gratis. Negara tidak akan memberi peluang sedikit pun untuk pinjol dan judol ataupun hal negatif perusak lainnya, karena dalam Islam judol dan pinjol hukumnya haram. Sesuatu yang haram pasti merusak.
Maka, hanya dengan menerapkan sistem Islam secara keseluruhanlah yang dapat menjadi solusi atas seluruh permasalahan hidup. Islam melahirkan generasi penerus bangsa dan peradaban, genarasi yang cerdas, kuat secara mental dan spritual untuk meneruskan estafet kehidupan Islam dengan gemilang dan memimpin dunia.