
Oleh: Rahma
Linimasanews.id—Untuk memperkuat ketahanan pangan, pemerintah telah menyiapkan anggaran senilai Rp124,4 triliun pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers RAPBN 2025 di Jakarta, Jumat (16/8/2024). Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk sisi pra-produksi, produksi, distribusi, pemasaran, hingga konsumen (Antaranews.com, 16/8/2024).
Ketahanan pangan merupakan faktor yang sangat penting, karena pangan adalah kebutuhan utama bagi umat, bahkan menyangkut kedaulatan negara. Jika suatu negara tidak memiliki ketersediaan pangan yang cukup maka jalan impor pangan harus dilakukan. Impor pangan yang tidak terkendali akan jadi celah penjajahan secara ekonomi.
Ketahan Pangan dalam Sistem Kapitalis
Saat ini negara tidak memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan ketahanan pangan. Hal ini terlihat dari kebijakan yang diambil. Pengamat Pertanian Syaiful Bahari berpendapat bahwa anggaran pemerintah tersebut tidak mencerminkan perencanaan yang strategis untuk penguatan sektor pertanian nasional.
Sampai saat ini, nasib para petani masih jauh dari kesejahteraan. Hal tersebut karena masih minimnya dukungan atau bantuan kepada petani. Pemerintah tidak ada upaya serius untuk memperbaiki produktivitas pertanian, mulai dari hulu sampai hilir. Petani masih mengeluh dengan harga pupuk dan benih yang mahal. Begitu juga hasil panen, masih kalah bersaing dengan negara lain. Bahkan pemasaran hasil panen di dalam negeri saja masih karut-marut karena pendistribusian barang tidak tersistem dengan baik. Pembangunan infrastruktur pertanian juga banyak yang tidak tepat sasaran karena irigasi tersiernya tidak dibangun sehingga akan sia-sia.
Seperti bunyi pepatah bahwa saat ini rakyat bagaikan anak ayam yang mati kelaparan di lumbung padi. Sungguh disayangkan, Indonesia adalah negeri yang memiliki potensi luar biasa baik dalam pertanian, kelautan dan sumber daya alam lainnya. Allah telah menganugerahkan alam yang gemah ripah loh jinawi. Tapi faktanya masih banyak nasib petani yang hidupnya kekurangan.
Inilah gambaran jelas jika sistem yang dipakai untuk mengatur kehidupan manusia memakai sistem kapitalisme. Yakni, sistem yang hanya mementingkan kesejahteraan segelintir orang saja, tanpa ada kepedulian pada kebutuhan umat.
Solusi Islam dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Islam mempunyai solusi yang sempurna. Dalam sistem Islam, negara sebagai raa’in (pelayan), akan membuat kebijakan yang akan menguatkan ketahanan pangan, juga kedaulatan pangan sehingga petani terlindungi dan optimal dalam produksi.
Langkah yang akan dilakukan seorang khalifah dalam sistem Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, negara akan memastikan kebijakan di sektor hulu berjalan dengan baik. Produksi pertanian harus ditingkatkan dengan memberikan bantuan dan fasilitas, seperti subsidi modal, peralatan, benih, tekhnologi, teknik budidaya, obat, riset pemasaran, informasi, dsb.
Kedua, negara (Khilafah) akan memerintahkan Diwan ‘Atha atau Biro Subsidi per wilayah untuk mengatur sebagian dana di Baitul Maal dapat digunakan untuk petani sehingga bisa mendapatkan subsidi yang layak dan cukup.
Ketiga, perluasan lahan pertanian harus dilakukan dengan cara tidak boleh tanah subur dialihfungsikan, menghidupkan lahan mati (ihya’ul mawat), melakukan pemagaran (tahjir) jika para petani tidak menggarapnya secara langsung, memberikan tanah pertanian (iqtha) kepada rakyat yang mau menggarapnya. Dengan kebijakan tersebut, maka semua lahan akan produktif dan produksi pertanian akan meningkat.
Keempat, hasil panen juga harus didistribusikan dengan baik sehingga merata di setiap wilayah. Kelima, harga pangan di pasar harus stabil dan terjangkau dengan cara mengikuti mekanisme pasar.
Keenam, dilakukan pengawasan pasar sehingga tidak ada penimbunan barang, kartel, penipuan, dan pendistorsi pasar lainnya. Khilafah menyuplai barang saat barang langka. Wilayah yang surplus harus menyuplai daerah yang minus. Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab suplai ini pernah dilakukan saat paceklik melanda di tanah Hijaz.
Sungguh telah terbukti hanya sistem Islamlah yang mampu memberikan solusi bagi negara dalam mewujudkan ketahanan pangan. Dengan mekanisme Islam, kesejahteraan akan dirasakan oleh seluruh umat.