
Oleh: Ross A.R (Aktivis Muslimah Medan Johor)
Linimasanews.id—Sangat disayangkan, viral di jagad media sosial seorang mahasiswa mengakhiri hidupnya. Pemberitaan bunuh diri kaum intelektual kian ramai. Ada apa dengan intelektual muda hari ini? Mengapa generasi muda saat ini begitu rapuh?
Realitas maraknya mahasiswa bunuh diri menunjukkan pemuda hari ini tidak mampu menghadapi permasalahan hidup yang menimpanya. Pemikiran pragmatis kerap dijadikan solusi oleh generasi, yaitu dengan cara mengakhiri hidupnya.
Kabar terbaru terkait mahasiswa yang mengakhiri hidupnya yang ramai diperbincangkan berbagai portal berita, salah satunya mahasiswa universitas ternama di Yogyakarta. Pihak kampus membenarkan kabar tersebut. Berbagai usaha dikabarkan pernah dilakukan oleh pihak kampus untuk meminimalisasi tragedi ini. Di antaranya, screening kondisi mental mahasiswa saat mengisi form KRS (detik.com, 14/8/2024).
Tidak kalah menghebohkan, kasus seorang dokter di wilayah Bogor yang tengah menjalani program pendidikan dokter spesialis (PPDS) diduga mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan obat dengan kadar melebihi ambang batas. Dokter tersebut mengalami kasus perundungan yang diduga dilakukan oleh dokter senior. Hal itu yang disebut-sebut menjadi sebab tragedi tersebut terjadi (BBC.com, 17/8/2024).
Fakta-fakta tersebut tentunya menunjukkan bahwa sistem pendidikan kapitalis sekuler yang diterapkan saat ini telah gagal membentuk generasi kuat dan tangguh dalam mengarungi kehidupan. Pendidikan sekuler selalu mengutamakan keuntungan materi dan asas manfaat sebagai fondasi kehidupan. Alhasil, lahirlah generasi lalai yang rapuh, tidak mampu menghadapi masalah, berpikir dengan taraf terendah layaknya orang-orang Barat yang ingin instan menyelesaikan masalah. Individu pun tidak mampu berpikir cerdas dan rasional.
Dalam sistem pendidikan sekuler, pihak kampus hanya mengutamakan nilai akademik dengan mengesampingkan pembekalan nilai dan aturan agama. Agama hanya diajarkan sekilas saja. Itu pun bagi yang mau mempelajari. Aturan agama hanya digunakan untuk ibadah saja, sementara individu yang bergelimang dengan paham kebebasan pola pikir dan pola sikapnya makin liar.
Terkait konsep adab, akhlak, dan aturan agama sebagai ideologi (pandangan hidup), sistem pendidikan sekuler sama sekali tidak memperkenalkannya di lingkungan pendidikan. Alhasil, sikap dan moral kian habis terkikis. Adab dan akhlak generasi makin memprihatinkan, akidah makin ditinggalkan.
Sistem pendidikan yang rusak ini hanya melahirkan kerusakan dan kehancuran generasi. Tentunya ini berbeda jauh dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam, generasi akan kuat karena dibekali pemahaman dan nilai agama yang sempurna. Akidah Islam yang ditanamkan mampu melahirkan akhlak dan adab mulia. Hal ini adalah salah satu aspek kunci yang mampu menjaga generasi. Yakni, melalui penerapan sistem pendidikan dengan landasan akidah Islam, serta konsep pendidikan yang menetapkan Islam sebagai ideologi dan sumber dasar dalam pola pikir dan pola sikap.
Di samping itu, tentunya individu yang bertakwa dilahirkan dari keluarga yang bertakwa. Ditambah lagi, dalam Islam, lingkungan kampus atau lembaga pendidikan wajib menerapkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai agama secara utuh serta menjadikan akidah Islam sebagai satu-satunya konsep standar yang benar. Selain itu, negara harus menjamin terpenuhinya fungsi sistem pengawasan sosial di tengah masyarakat. Masyarakat mampu saling menjaga karena keterikatannya dengan hukum syarak.
Semua konsep tersebut hanya mampu optimal terselenggara dalam wadah Khilafah Islamiyyah. Khilafahlah satu-satunya institusi yang menjaga seluruh urusan umat. Khilafah Islamlah satu-satunya sistem yang mampu memuliakan dan menjamin keamanan generasi. Dengan sistem Islam, terciptalah generasi gemilang harapan peradaban karena sejatinya generasi muda adalah tonggak perubahan.