
Oleh: Novita Suri (Aktivis Muslimah Kaffah)
Linimasanews.id—“Selama masih banyak orang-orang yang bermental seperti ini, maka tidak perlu ada yang kita takuti di sini.” Sepenggal kalimat ini diucapkan Jenderal Stanley Moude kepada para tentara yang mengikutinya saat berada di Baghdad usai kemenangan mereka (Inggris) di Perang Dunia I. Waktu itu Stanley Moude bertemu dengan seorang pengembala domba yang sedang berjalan bersama anjingnya, lalu ia meminta pengembala itu untuk menyembelih anjing dengan imbalan 1 Poundsterling yang setara dengan setengah dari jumlah domba yang digembalakan saat itu. Sungguh ini adalah suatu tawaran yang menguntungkan bagi si pengembala.
Stanley melakukan itu untuk melihat karakter kaum muslimin yang sedang mereka jajah. Terbukti, si pengembala yang mampu menyembelih, menguliti, dan memotong daging anjingnya demi 3 Poundsterling, menunjukkan bahwa mental kaum muslim saat itu hanya berpusat pada materi. Tampak hina dan tercelalah seseorang saat ia mampu mengorbankan teman baik atau kawan setianya hanya demi dunia.
Sungguh akan buruk nasib suatu bangsa jika dipimpin oleh orang yang memiliki karakter seperti pengembala di atas. Mirisnya, ini dapat kita temukan di negeri muslim saat ini. Sebagaimana pernyataan dari Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman, “Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial, dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama. Tetapi kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu,” menurut transkrip wawancara yang dirilis kantor berita SPA (okezone.com, Kamis, 3/3/2022).
Padahal, pembantaian yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina menunjukkan bahwa Israel adalah musuh bagi kaum muslim. Seorang muslim pastinya wajib menolong saudaranya dengan segala upaya. Tidak cukup dengan memboikot produk dari produsen yang mendukung Israel atau dengan pengiriman bahan makanan dan obat-obatan saja.
Hal penting yang dibutuhkan rakyat Palestina adalah kekuatan militer yang mampu untuk membebaskan mereka dari penjajahan Israel. Hal ini hanya mampu dilakukan oleh negara. Namun sayang, faktanya, sebagai negeri muslim, Arab Saudi justru memandang bahwa Israel bukanlah musuh, melainkan sekutu sehingga mereka dengan hati gembira menyambut Israel untuk melakukan kerja sama.
Sungguh ini adalah tikaman dari belakang yang dilakukan penguasa negeri muslim terhadap kaum muslim di Palestina. Maka, tampaklah bahwa mental para penguasa negeri-negeri muslim saat ini sama seperti mental pengembala domba di atas.
Wajar para penjajah Barat tidak lagi takut kepada kepemimpinan kaum muslimin selama pemimpinnya memiliki mental yang lebih berfokus pada materi atau keuntungan pribadi, seraya abai akan kepentingan kaum muslimin. Padahal, dahulu saat Islam diterapkan dalam kehidupan secara kafah dalam bingkai Khilafah dengan khalifah sebagai kepala negaranya, kepemimpinan kaum muslim sangat ditakuti dunia.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]
Dari hadis ini kita pahami bahwa seorang pemimpin hendaklah melindungi rakyatnya dari segala ancaman dan senantiasa mengajak pada ketakwaan kepada Allah Swt. dengan membuat kebijakan yang sesuai dengan perintah dan larangan Allah Swt, dia tidak berbuat dmzalim karena takut kepada Allah, dan dia akan berperang bersama kaum muslimin melawan semua musuh-musuh Islam. Dengan begitu, masyarakat merasa aman hidup dalam kepemimpinannya.
Sudah saatnya umat Islam bersatu di bawah kepemimpinan yang satu, yakni Khilafah Islamiyyah yang dipimpin oleh seorang khalifah yang akan melindungi kaum muslim di seluruh dunia serta menyejahterakan umat dengan penerapan syariat secara kafah.