
Oleh: Diana Nofalia, S.P. (Aktivis Muslimah)
Linimasanews.id—Kejahatan anak saat ini sudah sering kita dengar. Bahkan, tingkat kesadisannya tak jauh beda dengan kasus kejahatan yang dilakukan orang dewasa. Anak-anak yang sejatinya masih sibuk dengan dunia permainan, tetapi saat ini kita melihat mereka terjebak dalam lingkaran kejahatan dan dunia kriminalitas. Miris memang. Tentunya hal ini tidak boleh kita sepelekan.
Di antara kasusnya, baru-baru ini publik dikagetkan, empat remaja di bawah umur di Palembang, Sumatera Selatan yang masih duduk di bangku SMP dan SMA, memperkosa dan membunuh seorang siswi SMP berinisial AA (13). Kapolrestabes Palembang Kombes Haryo Sugihhartono menyebut jasad korban ditinggalkan keempat pelaku di sebuah kuburan Cina, pada Minggu (1/9) sekitar pukul 13.00 WIB. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Selatan Kombes Anwar Reksowidjojo mengatakan keempat remaja itu IS (16), MZ (13), AS (12), dan NS (12), sudah ditetapkan jadi tersangka.
Pembunuhan berencana ini sungguh sadis. Korban dicabuli secara bergilir di dua tempat yang berbeda. Bahkan di tempat yang kedua, korban diperkosa saat korban sudah dalam keadaan meninggal dunia. Parahnya, pelaku mencoba mengaburkan penyelidikan dan menghindari kecurigaan. Tiga orang pelaku yakni MZ, NS, dan AS juga mencoba menyamarkan jejak dengan mendatangi kuburan Cina saat warga ramai-ramai melihat temuan jasad AA. Sedangkan pelaku IS selaku pelaku utama sempat ikut tahlilan atau yasinan ke rumah korban pada Senin (2/9) (cnnindonesia.com).
Di Balik Maraknya Kejahatan Anak
Ada apa di balik maraknya kasus kejahatan anak ini? Ada asap, tentu ada apinya. Ada akibat, pasti ada sebabnya. Dari kasus di atas diketahui bahwa sebelum merencanakan pemerkosaan dan pembunuhan, pelaku utama sempat menonton video porno di ponselnya. Diketahui juga bahwa pelaku sebenarnya memiliki kebiasaan menonton video porno. Penyimpangan tingkah laku inilah yang disinyalir menjadi penyebab pelaku melakukan kejahatan tersebut.
Potret generasi makin suram adalah realitas hari ini. Hal ini tampak dari perilaku pelaku yang kecanduan pornografi dan bangga dengan kejahatan yang dilakukannya. Fenomena ini juga menggambarkan anak-anak kehilangan masa kecil yang bahagia, bermain dan belajar dengan tenang sesuai dengan fitrah anak dalam kebaikan. Tidak dapat dimungkiri, media sosial sungguh tidak aman bagi remaja dan anak di bawah umur. Tontonan tidak berfaedah bertebaran di mana-mana. Akses untuk menontonnya sangatlah mudah.
Media makin liberal, namun tidak ada keseriusan dari negara menutup konten-konten pornografi demi melindungi generasi. Ditambah lagi, kurikulum pendidikan menuntut anak menjadikan gadget sebagai barang wajib yang harus dimiliki. Padahal, teknologi tanpa benteng pertahanan yang kuat akan menghancurkan anak. Benteng pertahanan anak yang tidak kuat, ditambah kontrol dari orang tua dan guru, lingkungan yang lemah, peraturan negara yang tidak tegas, makin memperparah keadaan.
Butuh Solusi Mendasar
Islam mewajibkan negara mencegah terjadinya kerusakan generasi melalui penerapan berbagai aspek kehidupan sesuai aturan Islam, di antaranya: pertama, pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk karakter islami pada anak. Pendidikan membentuk pola pikir dan pola sikap sesuai standar Islam, ketakwaan individu demi terbentuknya ketakwaan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, tolok ukurnya adalah perintah atau larangan Allah Swt.
Kedua, media islami yang tidak lepas dari kontrol negara demi terjaganya akidah dan moral generasi bangsa. Tayangan-tayangan yang merusak tentunya tidak akan dibiarkan begitu saja berseliweran di media-media. Karenanya, hanya akan ada tayangan yang mendidik dan mencerdaskan umat.
Ketiga, sistem sanksi yang menjerakan. Sebagai salah satu pilar tegaknya aturan Allah, negara memiliki peran besar dalam hal ini. Sanksi yang tegas sangat dibutuhkan demi terciptanya masyarakat yang tenang, aman, damai, adil, merata, dan tentunya tidak pandang bulu. Yang terpenting juga adalah aturan tersebut tidak bisa dibeli oleh orang yang berkuasa atau yang memiliki kekayaan.
Inilah poin penting yang harus ada agar generasi ini lebih terjaga. Dengan Islam, sisi kemanusiaan tetap sesuai dengan fitrahnya, yaitu menebar kebaikan. Bukan sebaliknya, menyebar kejahatan dan menyalurkan hasrat kebinatangan ke sesama manusia lainnya. Semua itu butuh peran dan kekuatan negara yang berdiri atas asas Islam yang kokoh.