
Oleh: Eki Efrilia
Linimasanews.id—Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBI), Elly Rosita menyatakan pesimis terhadap harapan Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah bahwa Pemerintah akan mampu menekan gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Ungkapan pesimisnya ini berdasarkan laporan yang masuk ke KSBI bahwa sudah hampir 50.000 buruh terkena PHK. Menurutnya lagi, gelombang PHK tersebut tidak akan berhenti.
Elly Rosita juga menyanggah tentang klaim pemerintah bahwa pengangguran turun 4,82% pada Februari 2024, turunnya angka pengangguran bukan karena buruh mendapatkan pekerjaan baru, tetapi adanya peralihan para pengangguran tersebut menjadi pengemudi online, yang tentu saja jaminan kesejahteraannya di bawah nilai minimal. Bahkan selama Undang-Undang Cipta Kerja disahkan pada 2020 belum ada pembukaan pabrik baru yang menyerap ribuan tenaga kerja. Ia menutup sesi wawancara dengan wartawan BBC News Indonesia ini dengan menyampaikan pertanyaan yang menohok, “Jadi di mana lapangan pekerjaan yang pemerintah janjikan?”
Faktor pemicu jatuhnya bisnis domestik (terutama di bidang tekstil dan garmen) adalah akibat sepinya pasar gara-gara serbuan produk impor dari China. Kalah saing inilah yang menyebabkan pabrik-pabrik kolaps dan akhirnya berimbas dengan banyaknya PHK terhadap para buruhnya (bbc.com, 12/9/2024). Serbuan produk asing di bidang ekonomi yang membuat sesak sebagian besar bangsa ini karena ancaman pengangguran dan kemiskinan, seperti saling susul menyusul dengan ancaman produk asing di bidang budaya.
Moralitas bangsa ini yang biasanya penuh dengan norma kesopanan dan unggah-ungguh seperti tergerus dengan hadirnya media sosial yang menyuguhkan gaya hidup “asing”. Cara berpakaian dan bertingkah laku sopan dan sikap hormat terhadap yang lebih tua, yang dahulu masih kita rasakan keberadaanya, seakan terhapus dan makin jarang kita temui di masyarakat terutama di kalangan anak muda saat ini.
Menjamurnya penggemar KPop dan TikTok, yang tidak ada sungkan menunjukkan kegemarannya tersebut di depan publik. Kebalikannya, saat ini umat Islam termasuk para remajanya semakin jarang keberadaannya di masjid alias masjid terasa makin sepi dari hari ke hari. Itulah wujud nyata, hasil produk budaya asing yang sudah menyerbu tanpa kenal lelah ke negeri ini.
Banyak ibu, anak muda, bahkan anak kecil sekalipun akan bangga membagi di media sosial mereka, kelenturannya berjoget TikTok di depan kamera tanpa ada rasa malu, dengan alasan untuk memberikan hiburan kepada para pemirsanya. Sedangkan agenda-agenda kajian, semisal majelis taklim maupun forum remaja masjid malah sepi peminat. Meski undangan kajian keislaman sudah disebar untuk umum ternyata yang hadir hanya segelintir orang. Itulah yang jamak terjadi saat ini dan membuat prihatin kita semua.
Akibat gempuran produk budaya asing ini, sadar atau tidak, masyarakat makin menjauh dari koridor agama. Contoh nyatanya terbukti dari hasil data survei Indonesia Muslim Report pada 2019 yang menyatakan bahwa hanya ada 38,9% kaum.muslim yang masih menunaikan salat. Itu berarti selebihnya dari angka tersebut sudah meninggalkan salat (jatimtimes.com, 9/5/2024).
Dalam kitab “Ash-Shalah,” Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa meninggalkan salat 5 waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum miras. Dalam sebuah hadis, Nabi bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai salat, barangsiapa meninggalkannya maka dia kafir.” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Kapitalisme melahirkan isme-isme yang merusak seperti individualisme (sikap mementingkan diri sendiri, tanpa peduli orang lain) dan liberalisme (sikap yang memuja kebebasan), kaum muslim banyak sekali yang terang-terangan berlaku seperti yang orang kafir lakukan, seperti bersikap curang (seperti penipuan, korupsi, nepotisme dan lain sebagainya) dan bergaya hidup bebas (seperti kumpul kebo, pacaran, berzina, ghibah, tawuran, minum miras, memakai narkoba dan lain sebagainya).
Sehingga terjadilah banyak hal yang manusia untuk tidak inginkan, seperti perampasan barang atau harta yang bukan haknya dengan cara pencurian atau perampokan, kematian yang tidak wajar karena pembunuhan atau penganiayaan, kehamilan di luar pernikahan, pemerkosaan sampai kadang korbannya terbunuh atau dibunuh dan lain sebagainya, “naudzubillah mindzalik.”
Kapitalisme adalah produk asing, yaitu produk kaum kafir (di luar Islam). Apabila kaum muslim tetap menerapkannya dalam kehidupan, maka bencanalah yang akan menimpanya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam QS. Ali Imran Ayat 19,
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Apabila manusia mengingkari ayat-ayat Allah, maka kerugian besar bagi mereka, karena Allah akan mengazab manusia tersebut, yang bisa ditimpakan sebagian di dunia dan sebagian lainnya nanti di akhirat, atau akan ditimpakan semuanya di akhirat dengan azab yang sangat pedih. Sudah saatnya kaum muslim kembali kepada hukum-hukum Allah dan menerapkannya secara menyeluruh dalam kehidupan, baik secara individual, bermasyarakat maupun bernegara. Kondisi saat ini, di mana manusia secara individu sangat sulit menerapkan aturan Allah secara kaffah (menyeluruh), karena negara tidak mendukungnya.
Sistem kapitalisme menjadikan negara hanya sebagai regulator atau penyambung lidah para pemilik modal kepada rakyat jelata. Dalam kapitalisme, penguasa sebenarnya adalah pemilik modal besar, ia akan mengatur pejabat negara sedemikian rupa agar aturan yang diturunkan kepada rakyatnya itu menguntungkan bagi dirinya. Tentu saja ini sangat zalim, karena itulah banyak korban berjatuhan seperti lahirnya kemiskinan ekstrem, dekadensi moral, dan sebagainya.
Solusi satu-satunya untuk mengatasi segala kerusakan yang terjadi di dunia sekarang ini adalah kembali kepada hukum-hukum Allah yang diterapkan secara kaffah dengan tegaknya kembali Khilafah Islamiyah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Beliau mendirikan Daulah Islam pada 1 Hijriah 1446 tahun yang silam. Begitu pentingnya tegaknya kekhilafahan Islam tersebut sampai Rasulullah tidak teringat kondisi lelahnya yang sudah berhari-hari menempuh perjalanan yang tidak mudah (karena dikejar-kejar kaum Quraisy) ke arah Kota Madinah bersama dengan sahabatnya, Abu Bakar As-Siddiq.
Seiring berjalannya waktu, kekhilafahan Islam yang didirikan beliau tersebut mencapai kegemilangan dan menjadi pusat peradaban dunia sampai berabad-abad. Kecerdasan, kesejahteraan, dan keamanan umat adalah nomor satu bagi kekhilafahan Islam. Karena itulah, manusia saat itu banyak yang ingin hidup di bawah naungannya dan terbukti selama 13 abad, 2/3 dunia ada di bawah kepemimpinan Khilafah Islam.
Sayangnya, kepemimpinan di bawah khalifah itu runtuh pada 3 Maret 1924 di Turki, akibat kejahatan si kaki tangan Inggris laknatullah, Kemal Pasha. Kaum muslim tercerai berai menjadi banyak negara dan sudah pasti banyak pemimpin, tanpa ada yang memakai aturan Islam sebagai landasan menyeluruh bagi sistem pemerintahannya. Tugas kita saat ini, seluruh kaum muslim, adalah bersatu untuk mewujudkan kembali tegaknya kekhilafahan Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. dengan jalan dakwah yang menyeru kepada kembalinya Islam sebagai aturan baku bagi seluruh kaum muslim. Wallahualam bisawab.