
Suara Pembaca
Indonesia adalah wilayah ring of fire, dalam arti wilayahnya dikelilingi oleh deretan gunung berapi dan sesar-sesar yang aktif. Hal ini menjadikan wilayah Indonesia akrab dengan peristiwa gempa, gunung meletus, tsunami, dan sebagainya. Detik.com, Jabar, memberitakan telah terjadi gempa sebanyak 2 kali berturut-turut di wilayah Kabupaten Bandung dengan kekuatan magnitudo dibawah 5SR 5/9).
Berita tersebut menjadi hal biasa bagi masyarakat. Terlebih, imbauan Bapak Hartanto selaku Kepala BMKG wilayah II Tangerang turut menyatakan bahwa gempa tersebut belum sampai memakan korban jiwa dan membuat kerusakan yang parah sehingga masyarakat perlu bersikap tenang (5/9).
Bencana alam memang merupakan ketetapan Allah Swt. yang tentunya dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Dapat dikatakan bahwa bencana adalah ujian dan peringatan bagi manusia, seperti yang telah tertuang dalam beberapa ayat di Al-Qur’an, salah satunya pada surah Al-Hadid ayat 22 dan 23. Namun, manusia juga diberikan kesempatan untuk mengubah nasibnya, dalam hal ini ketika manusia ditimpa musibah atau bencana, yaitu dengan bersabar dalam menghadapinya.
Bersabar di sini bukanlah berarti diam, tenang, dan hanya berdoa saja, tetapi juga harus disertai dengan usaha. Usaha dalam menghadapi bencana. Salah satunya adalah dengan menghindari kemungkinan terburuk yang dapat terjadi. Maka, usaha yang dimaksudkan adalah dengan mitigasi kebencanaan. Mitigasi kebencanaan pada wilayah yang rawan terjadi bencana sangatlah mutlak perlu dilaksanakan. Hal ini untuk mencegah dan menghindari segala kemungkinan terburuk yang dapat terjadi, seperti kerusakan bangunan yang parah hingga jatuhnya banyak korban jiwa.
Penerapan mitigasi kebencanaan ini sudah seharusnya merata di seluruh lapisan masyarakat. Maka dari itu, penguasa mutlak harus mengambil peran supaya mitigasi kebencanaan dapat terlaksana dengan baik. Namun di dalam sistem pemerintahan sekarang ini, alih-alih memeratakan mitigasi kebencanaan pada semua lapisan masyarakat, yang ada hanya imbauan untuk bersikap tenang.
Hal ini sangat berbeda apabila dilihat dalam pandangan Islam. Penguasa menjadi pemegang kendali sepenuhnya dalam melindungi umat terkait dengan adanya bencana alam. Di dalam Islam, satu nyawa makhluk, terutama manusia, dipandang sangat berharga, sehingga wajib bagi penguasa untuk melindunginya. Jangankan nyawa, harga diri seorang muslim pun dibela dan dilindungi.
Hal ini terbukti ketika pada tahun 837 di mana ada laporan dari seorang budak muslimah atas tindakan pelecehan yang menimpa dirinya, lalu kemudian penguasa Islam pada zaman itu memerintahkan puluhan ribu tentaranya untuk datang melindungi muslimah tersebut. Maka dari itu, penguasa di dalam sistem Islam tentunya akan melakukan segala upaya bagaimana umat semuanya dapat hidup dengan aman dan nyaman. Bukan sebaliknya, hanya memikirkan kepentingan keamanan dan kenyamanan sendiri. Penguasa dalam sistem Islam mempunyai kesadaran bahwa segala hal kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
Bunda Madina