
Oleh: Rini Rahayu (Pegiat Dakwah)
Linimasanews.id—Banyak pengajian akbar digelar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. di bulan Rabiul Awwal. Sholawat atas Nabi saw. dikumandangkan di seluruh pelosok negeri. Semua ini menandakan bahwa umat sangat merindukan dan mencintai Baginda Rasulullah saw. Namun, cukupkah rasa cinta kepada Rasulullah hanya diungkapkan melalui cara seperti itu?
Baginda Rasulullah saw. adalah sosok role model yang begitu sempurna. Beliau diutus Allah ke muka bumi sebagai uswatun hasanah (sebaik-baik teladan). Kita sebagai umat Islam tentu saja harus mengikuti dan meneladani semua yang telah dicontohkan Rasulullah, baik sikap, tutur kata maupun ketetapannya.
Allah Swt. telah menurunkan Al-Qur’an sebagai panduan bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia. Allah juga sekaligus menciptakan sosok manusia sebagai contoh nyata, yaitu Rasulullah saw. Al-Qur’an dan as-sunah inilah yang harus dijadikan acuan bagi manusia dalam menyelesaikan segala permasalahan hidupnya. Jadi, manusia tidak perlu repot-repot membuat peraturan sendiri, tinggal mengikuti saja semua yang sudah Allah berikan. Kurang baik apa Allah terhadap kita?
Sayangnya, tidak semua muslim mau mengikuti panduan Al-Qur’an secara utuh dan mencontoh sebaik-baiknya figur yang telah Allah berikan. Mereka sibuk membuat peraturan menurut keinginannya sendiri dan diubah sekehendak hati mereka, kapan pun mereka mau.
Demikian halnya dengan Rasulullah saw. yang telah Allah pipih sebagai contoh, manusia justru tidak menjadikan Beliau idola, malahan memilih idola lain sebagai kiblat. Misalnya, artis atau tokoh lainnya yang tidak mencerminkan sosok muslim sejati. Jadi, ini cinta kepada Rasulullah yang sebenarnya atau hanya lips service saja?
Allah Swt. berfirman, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)
Selain itu, Rasulullah saw. adalah sumber kebaikan. Allah berfirman, “Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al Anbiya: 107).
Kedua ayat tersebut menunjukkan betapa istimewa Baginda Rasulullah saw. Sudah selayaknya Beliaulah yang harus dijadikan idola yang sebenarnya karena tidak ada manusia lain yang dapat menyamainya.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai bukti bahwa kita sungguh-sungguh cinta kepada Rasulullah saw., bukan hanya di lisan. Yaitu, totalitas dan loyalitas kepada beliau Rasulullah saw. harus diwujudkan secara nyata.
Perbuatan nyata yang bisa kita lakukan sebagai bukti cinta kepada Rasulullah saw. di antaranya, memperbanyak shalawat. Shalawat adalah salah satu bentuk pujian dan penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw. Keutamaan bershalawat adalah akan mendapat syafaat Nabi Muhammad di hari kiamat. Selain itu, memperbanyak shalawat adalah salah satu cara agar doa terkabul, memperoleh pahala, ditempatkan di sisi Rasulullah saw. di surga kelak, ditinggikan derajat, diampuni dosa-dosa kita, dan aib ditutupi.
Selain bershalawat, kita juga harus mempelajari shirah nabawiyah. Sirah Nabawiyah adalah kisah hidup Nabi Muhammad saw., mulai dari kelahiran, masa kecil, perjuangan dakwah, hingga wafatnya. Ini merupakan salah satu sumber sejarah Islam yang sangat penting, agar kita dapat mempelajari tentang sifat, akhlak serta perjuangan Nabi, juga untuk mempelajari bagaimana Islam berkembang dan menyebar. Dengan begitu, umat Islam akan memperoleh gambaran yang jelas mengenai hakikat Islam secara kafah yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah saw.
Di samping itu, hal yang paling utama adalah menaati serta mengamalkan semua perintahnya dan menjauhi larangannya. Seperti yang tercantum dalam firman Allah, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ….” (QS. Al Hasyr: 7).
Dari Anas bin Malik r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku, maka sungguh ia telah mencintaiku. Dan siapa saja yang mencintaiku, maka ia bersamaku menjadi penghuni surga.” (HR. At Tirmidzi, At Thabrani).
Jadi, apabila mencintai Rasulullah saw., maka harus totalitas menjalankan sunah-sunahnya dan harus loyal atau setia kepada Beliau, bukan sekadar di lisan saja