
Oleh: Rini Sulistiawati (Muslimah Pemerhati Sosial Kemasyarakatan)
Linimasanews.id—Indonesia adalah salah satu negara penghasil emas terbesar di dunia. Ironisnya, meski kaya akan sumber daya alam, banyak sekolah negeri di Indonesia masih kekurangan fasilitas dasar, bahkan beberapa tidak memiliki gedung sendiri. Salah satunya adalah SMP Negeri 60 Bandung yang belum memiliki gedung sekolah sendiri.
Menyoroti adanya kesenjangan antara potensi kekayaan alam Indonesia dan distribusi sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur pendidikan. Maka timbul pertanyaan, mengapa ketimpangan seperti ini bisa terjadi?
Diberitakan infobdg.com (28-09-2024), SMPN 60 Bandung yang berdiri sejak enam tahun lalu, masih kekurangan fasilitas dan belum memiliki gedung sendiri. Beberapa siswa terpaksa belajar di luar kelas, termasuk di bawah pohon, meski hal ini memengaruhi proses belajar. Sejak 2018, SMPN 60 menumpang di gedung SDN 192 Ciburuy dengan sembilan kelas, namun hanya tersedia tujuh ruang kelas, sehingga dua kelas lainnya harus belajar di luar, menggunakan teras atau di bawah pohon. Selama musim hujan mereka akan dialihkan ke pembelajaran jarak jauh (PJJ). Disdik Kota Bandung menjelaskan bahwa pembangunan gedung baru direncanakan pada 2025.
Sementara itu di sisi lain, saat ini Indonesia menempati peringkat keenam di dunia untuk cadangan emas, dengan total 2.600 ton. Dalam produksi, Indonesia berada di posisi kedelapan, menghasilkan 110 metrik ton pada tahun 2023. Negara ini juga menjadi pusat beberapa operasi pertambangan emas besar, seperti Distrik Pertambangan Grasberg, yang merupakan kolaborasi antara Freeport-McMoRan dan BUMN Indonesia Asahan Aluminium (CNBC Indonesia, 15-05-2024).
Mengapa Sekolah Negeri Kekurangan Fasilitas di Negara Penghasil Emas?
Salah satu penyebab utama dari ketimpangan ini adalah distribusi sumber daya yang tidak merata. Kekayaan alam seperti emas memang mampu menggerakkan perekonomian, tetapi bagaimana kekayaan itu dikelola dan didistribusikan sering kali menjadi masalah. Dalam banyak kasus, keuntungan dari eksploitasi sumber daya alam lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar, baik nasional maupun asing. Sementara, manfaat langsung bagi masyarakat lokal atau sektor-sektor penting, seperti pendidikan, sering kali terabaikan.
Masalah serius juga muncul dalam alokasi anggaran. Meskipun pemerintah telah mengucurkan dana untuk sektor pendidikan, penyalurannya sering kali tidak tepat sasaran. Banyak wilayah, terutama yang terpencil, masih mengalami keterbatasan fasilitas pendidikan dasar, seperti ruang kelas yang layak, perpustakaan, dan laboratorium. Bahkan, di sejumlah tempat, sekolah harus menggunakan bangunan darurat atau menumpang di gedung lain yang tidak memenuhi standar pendidikan yang layak.
Selain distribusi anggaran yang tidak merata, masalah korupsi juga menjadi faktor yang memperparah kondisi pendidikan di Indonesia. Korupsi dalam pengelolaan anggaran pendidikan bisa membuat dana yang seharusnya digunakan untuk membangun infrastruktur sekolah, malah disalahgunakan. Proyek pembangunan sekolah bisa terhenti karena dana habis sebelum waktunya atau digunakan untuk kepentingan pribadi.
Tidak hanya itu, manajemen yang kurang efisien juga menjadi hambatan. Pengelolaan sumber daya yang buruk menyebabkan banyak proyek pembangunan terhenti di tengah jalan atau tidak selesai tepat waktu. Akibatnya, sekolah-sekolah di berbagai daerah masih kekurangan fasilitas dasar, meski sudah ada alokasi anggaran.
Prioritas Pemerintah yang Tidak Merata
Pemerintah sering kali menghadapi dilema dalam menentukan prioritas pembangunan. Sektor-sektor lain seperti infrastruktur jalan, kesehatan, atau ekonomi sering kali dianggap lebih mendesak, sehingga anggaran untuk pendidikan menjadi terpinggirkan. Akibatnya, pembangunan sekolah-sekolah negeri tidak selalu menjadi prioritas utama, terutama di daerah yang tidak dianggap strategis secara ekonomi atau politik.
Padahal, pendidikan adalah fondasi utama bagi masa depan bangsa. Kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai bisa berdampak buruk bagi generasi muda Indonesia. Kualitas pendidikan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam bersaing di tingkat global, yang pada akhirnya juga berdampak pada perekonomian dan kemajuan bangsa secara keseluruhan.
Mengoptimalkan Kekayaan Alam untuk Kesejahteraan Publik
Untuk mengatasi masalah ini, Indonesia perlu mereformasi tata kelola sumber daya alam dan alokasi anggaran publik. Keuntungan dari sektor pertambangan emas seharusnya tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi harus didistribusikan secara adil untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh rakyat, termasuk melalui pendidikan yang layak.
Selain itu, pemerintah harus serius dalam memberantas korupsi di sektor pendidikan dan memastikan bahwa dana yang sudah dialokasikan benar-benar digunakan untuk tujuan yang tepat. Efisiensi dalam manajemen anggaran juga harus ditingkatkan agar setiap proyek pembangunan infrastruktur sekolah bisa selesai tepat waktu dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pada akhirnya, kekayaan emas Indonesia bukanlah sekadar sumber pendapatan negara, tetapi juga sebuah tanggung jawab. Pemerintah harus memastikan bahwa kekayaan ini digunakan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat, terutama melalui pendidikan yang berkualitas dan fasilitas yang memadai. Jika tidak, kilauan emas itu akan tetap menjadi ironi yang menyakitkan di tengah kesenjangan yang masih ada di negeri ini.
Solusi Islam
Islam menawarkan solusi komprehensif terhadap masalah ketimpangan dan distribusi kekayaan, termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan sektor pendidikan. Prinsip-prinsip berdasarkan Al-Qur’an dan hadis dalam menyelesaikan masalah ini, yaitu:
Pertama, sumber daya alam terkategori umum, digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Pengelolaan sumber daya alam mengutamakan kemaslahatan seluruh rakyat, bukan hanya segelintir orang atau perusahaan. Dalam pandangan Islam, SDA seperti emas, minyak, atau gas bumi, merupakan milkiyah ‘ammah (kepemilikan umum) yang harus dikelola oleh negara untuk kesejahteraan seluruh rakyat.
Rasulullah saw. bersabda, “Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: padang rumput, air, dan api.” (HR. Abu Dawud)
Jika sistem ini ditegakkan, hasil dari pengelolaan sumber daya emas seharusnya digunakan untuk kebutuhan publik, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya. Tidak akan ada lagi sekolah yang kekurangan fasilitas karena negara akan memastikan kekayaan ini didistribusikan secara adil.
Kedua, pendidikan sebagai kewajiban sekaligus hak. Islam sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Islam tidak hanya melihat pendidikan sebagai hak, tetapi juga sebagai kewajiban. Rasulullah saw. bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Ayat-ayat Al-Qur’an juga mendorong pentingnya ilmu, di antaranya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Dalam sistem Islam, negara berkewajiban menyediakan pendidikan yang berkualitas dan merata untuk seluruh rakyat. Negara tidak boleh mengabaikan sektor pendidikan karena pendidikan adalah salah satu pilar utama membangun peradaban. Oleh karena itu, sekolah-sekolah negeri akan mendapatkan dukungan penuh dari negara, termasuk dalam hal penyediaan fasilitas yang memadai.
Ketiga, manajemen yang bersih tanpa korupsi. Salah satu penyebab utama ketimpangan dan buruknya fasilitas pendidikan di banyak sekolah negeri adalah korupsi. Korupsi menggerogoti anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan fasilitas pendidikan hingga membuat proyek terhenti atau tidak selesai tepat waktu. Dalam sistem Islam, korupsi dilarang keras dan pelakunya akan dihukum dengan tegas.
Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah sebagian dari kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara yang batil.” (QS. Al-Baqarah: 188)
Dalam sistem Islam, negara akan menerapkan hukum syariah yang ketat dalam pengelolaan keuangan publik. Setiap dana yang dialokasikan untuk pendidikan atau sektor lainnya harus digunakan dengan benar dan transparan. Dengan manajemen yang bersih dan adil, proyek pembangunan sekolah akan berjalan sesuai dengan rencana, dan fasilitas pendidikan yang layak dapat segera tersedia.
Keempat, distribusi kekayaan yang adil, tidak ada ketimpangan. Jika dibandingkan, dalam sistem kapitalisme, distribusi kekayaan sering kali hanya menguntungkan segelintir orang. Dampaknya sumber daya alam yang melimpah tidak berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat luas, termasuk dalam hal pendidikan. Sedangkan dalam Islam, Allah Swt. berfirman, “Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Dalam sistem ekonomi Islam, negara bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kekayaan alam tidak boleh dikuasai oleh elite atau perusahaan besar, tetapi dikelola oleh negara dan hasilnya didistribusikan secara merata untuk kepentingan seluruh rakyat, seperti membiayai kebutuhan publik, termasuk pendidikan.
Kelima, Islam membangun pendidikan yang berkeadilan. Pendidikan akan menjadi prioritas utama negara. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan berkualitas dengan fasilitas yang memadai. Tidak hanya itu, dalam Islam pendidikan juga berfungsi untuk membangun generasi yang memiliki akhlak mulia, ilmu yang tinggi, dan pemahaman yang mendalam tentang tanggung jawab sosial dan moral.
Karena itu, negara akan memastikan setiap sekolah, terutama sekolah negeri, mendapatkan fasilitas yang layak. Pembangunan infrastruktur pendidikan akan didukung oleh hasil pengelolaan sumber daya alam yang transparan dan adil. Tidak ada lagi sekolah yang kekurangan gedung, laboratorium, atau perpustakaan, karena negara akan memastikan bahwa seluruh rakyatnya mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan.
Ketika sistem Islam ditegakkan, masalah kekurangan fasilitas di sekolah negeri dapat diatasi dengan lebih baik dan adil. Islam memberikan solusi komprehensif untuk mengelola kekayaan alam, memberantas korupsi, dan mendistribusikan kekayaan secara merata. Pendidikan akan menjadi prioritas utama, dan negara akan memastikan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, mendapatkan haknya untuk belajar di sekolah dengan fasilitas yang memadai.
Dengan Islam, kekayaan emas dan sumber daya lainnya tidak akan menjadi ironi yang menyakitkan, tetapi akan menjadi sarana untuk membangun peradaban yang adil, sejahtera, dan berkeadilan. Islam tidak hanya menawarkan sistem ekonomi yang kuat, tetapi juga solusi untuk semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat.