
Oleh: Maryatiningsih (Aktivis Muslimah)
Ipteng—Generasi muda harapan bangsa. Ungkapan itu sering kita dengar bahkan menjadi motivasi bagi anak muda dalam menentukan pilihannya. Anak muda, semangat muda, jiwa muda menjadi idaman keluarga. Sayangnya, fakta pemuda di era sekuler ini jauh dari kriteria pemimpin bangsa yang diinginkan.
Banyak kerusakan menimpa anak bangsa. Itu semua karena sistem yang diterapkan bertentangan dengan Islam. Sangat sulit untuk membentuk anak menjadi generasi yang ideal, menjadi sosok pemimpin, jika sistem tidak diganti dengan sistem yang sahih, yakni Islam. Sangat disayangkan bila pemuda yang cerdas, tetapi memilih sistem yang rusak, yaitu sistem kapitalis.
Dengan sistem kapitalis, harapan sosok pemuda untuk menjadi pemimpin hanyalah tinggal harapan saja, karena nanti yang terpilih untuk menjadi sosok gubernur, pejabat daerah atau lainnya, masih disetir oleh ideologi kapitalis, ideologi yang salah dan rusak. Tidak akan mampu terwujud suatu kondisi yang aman, nyaman, dan sejahtera, serta kondisi yang mendorong masyarakat taat kepada Allah dalam sistem kapitalis ini. Sebab, hanya aturan Sang Pencipta alam semesta-lah aturan yang tepat.
Sistem kapitalis berasal dari manusia yang bisa salah dan cenderung karena kepentingan semata. Aturan buatan manusia selalu berubah-ubah jika tidak ada manfaat sesuai yang dikehendakinya. Terbukti setiap ada pemilihan pemimpin, baik tingkat presiden atau pemimpin daerah, hanya janji-janji manis yang disampaikannya. Sementara pada kenyataannya, kerusakan masyarakat makin meningkat. Marak tawuran, pornografi, pelecehan seksual, narkoba, kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan, dan lain-lain. Belum lagi dari sisi kesejahteraan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan sangat jauh dibandingkan dengan sistem Islam ketika diterapkan.
Dalam sistem Islam, sarana penerapan aturan sangat tepat, untuk mencerdaskan dan mencetak generasi muda yang ideal dan gemilang. Karena dalam sistem Islam, anak sudah dibentuk menjadi calon pemimpin andal sejak dini, saleh, dan taat syariat. Contohnya, Sultan Muhammad al-Fatih, dan yang lainnya.
Hanya sistem Islam yang mampu mencetak generasi muda yang ideal untuk menjadi sosok pemimpin yang sesuai harapan. Sebab, sistem Islam sangat serius mengurusi umat, tolok ukur perbuatan adalah halal dan haram. Sanksi yang diberikan juga memberikan efek jera, sehingga minim sekali terjadi kezaliman. Dengan begitu, secara umum masyarakat senantiasa berhati-hati dalam berperilaku karena sadar akan hukum Allah Swt. Mereka paham akan pertanggungjawaban kelak di hadapan Allah Swt. Dalam Islam, menjadi sosok pemimpin bukan untuk karier atau kebanggaan ataupun, tetapi memikul tanggung jawab yang berat yang tujuannya semata-mata sebagai pelindung umat.