
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi.
Linimasanews.id—Beredar berita bahwa generasi Z atau biasa disebut Gen Z telah dipecat oleh sejumlah perusahaan secara beramai-ramai. Menurut laporan berita Euronews, 6 dari 10 perusahaan telah memecat karyawan fresh graduate yang direkrut pada tahun ini. Hal tersebut dikarenakan kinerja Gen Z dinilai buruk berdasarkan temuan dari platform konsultasi pendidikan dan karier, Intellegent. Intellegent telah mengeluarkan laporan mengenai kinerja Gen Z yang bekerja di beberapa perusahaan.
Selain kinerja yang buruk, alasan lain dari perusahaan dalam memutuskan untuk memecat Gen Z adalah akibat kurangnya sikap profesionalisme, komunikasi yang buruk, kesulitan dalam menerima feedback, kurang memiliki ketrampilan teknis, kurang cakap dalam berkomunikasi dengan baik, pemecahan masalah yang buruk, ketidakcocokan budaya kerja, dan kesulitan bekerja dalam tim (financedetik.com, 23/10/2024).
Ramainya sejumlah perusahaan memecat Gen Z, makin menguatkan fakta dari laporan yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan bahwa sebanyak 9,9 juta generasi Z di Indonesia tidak kuliah dan tidak bekerja lantaran sulitnya mencari pekerjaan dan ketiadaan skill yang memadai untuk dunia kerja (detikNews.com, 5/6/2024).
Jika keadaan di masyarakat terus menerus demikian, tidak salah apabila investor tak hanya berinvestasi secara besar-besaran dengan dana sesuai dengan kesempatan yang dibuka secara luas oleh pemerintah, tetapi juga membawa serta tenaga kerja dari negerinya untuk memenuhi kuota tenaga ahli hingga buruh kasar. Ini bukti bahwa pemerintah abai dengan keadaan generasi bangsa yang makin terpuruk dan mundur. Bukti bahwa pemerintah tidak mampu memberdayakan generasi hingga tak jelas masa depannya dan cenderung suram.
Sayangnya, banyak masyarakat maupun para ahli hanya menyalahkan dari sisi individu saja mengenai keadaan gen z yang cenderung tidak punya skill ini. Namun, mereka lupa bahwa kegagalan Gen Z hari ini hingga menjadi pengangguran massal yang jumlahnya meluas dan bahkan bertambah setiap harinya adalah karena sistem buruk yang diterapkan dalam bidang ekonomi maupun pendidikan negara ini.
Sistem sekuler-kapitalisme yang diterapkan oleh pemerintahlah yang menjadi biang persoalan Gen Z hari ini. Bayangan masa depan suram gen z terbentuk dan tersistematis dengan adanya sistem buruk ini.
Seperti sistem sekuler dalam bidang pendidikan yang hanya mengedepankan angka-angka nilai akademik, sementara skill yang mumpuni maupun akhlak dan adab kesopanan tidak diajarkan dengan benar dalam sekolah. Belum lagi adanya kurikulum merdeka yang membuat persoalannya kian runyam. Para siswa dibebaskan berbuat apa saja, sekolah atau tidak, mengerjakan PR atau tidak, bahkan nilainya baik atau buruk, tetap akan naik kelas.
Selain membuat tidak adanya daya saing dalam hal prestasi belajar, para pelajar juga pada akhirnya merasa bebas melakukan apa saja, karena sekolah hanyalah urusan formal untuk mendapatkan ijazah sebagai syarat melamar pekerjaan. Di sisi sekolah pun, para guru tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya dibebani tugas menyampaikan materi belajar sesuai kurikulum, sementara akhlak dan adab terbengkalai. Pengajaran materi pun menjadi tidak maksimal lantaran tidak ada lagi persaingan prestasi belajar dengan adanya kurikulum merdeka ini.
Lantas jika demikian, bagaimana Gen Z dapat memiliki skill dasar untuk bersaing di dunia kerja? Bahkan survey-survey bebas banyak dilakukan oleh influencer untuk mengetes pengetahuan dasar para pelajar Gen Z ini saja hasilnya nihil. Mayoritas dari para Gen Z hampir tidak bisa menjawab pertanyaan pengetahuan dasar yang umumnya orang tahu. Yang lebih mencengangkan dari itu, bahkan banyak Gen Z yang tidak bisa menjawab soal hitungan atau perkalian dasar satuan. Sekali lagi, jika demikian, bagaimana tidak suram, bayangan masa depan Gen Z di masa mendatang?
Lalu dari segi ekonomi, pemerintah menerapkan sistem ekonomi kapitalisme yang makin mencekik rakyat dengan segala kebijakannya. Peran pemerintah sebagai regulator hanya membuat undang-undang sesuai dengan keuntungan para investor atau pemilik modal. Sementara para pekerja makin terpuruk dengan sempitnya lapangan kerja dan minimnya upah gaji yang diterima.
Sumber Daya Alam (SDA) banyak dikuasai swasta dan asing. Sehingga tak heran melihat banyaknya Gen Z yang tidak memiliki kemampuan atau skill yang mumpuni, mereka pun membawa serta tenaga kerja dari negeri asalnya atau tenaga kerja asing (TKA) agar tidak rugi. Lantas, bagaimana Islam mengatasi segala persoalan ini?
Tentu pertama-tama, umat Islam harus sadar dan kembali kepada Islam secara kaffah dengan meninggalkan ideologi sekuler yang menjadi akar pokok segala permasalahan hidup hari ini. Sekuler secara nyata memisahkan antara agama dengan kehidupan sehari-hari, memisahkan agama dengan pemerintah dan hubungan antar manusia. Konsep ideologi inilah yang jadi akar masalahnya, lebih-lebih bagi umat Islam secara khusus.
Karena bila umat mengkaji ulang agamanya, akan dapat ditemukan bahwa Islam begitu luar biasa dalam mengatur urusan manusia. Islam tak hanya sebagai agama yang mengatur urusan ibadah spiritual semata, tetapi juga mengatur kehidupan manusia dari segala lini, dari manusia bangun tidur hingga tidur lagi, dan dari urusan pribadi manusia dengan Tuhannya sampai dengan urusan negara mengatur rakyatnya.
Kedua adalah dengan membangkitkan kesadaran umat untuk kembali kepada Islam kaffah termasuk dalam urusan pemerintahan. Dalam Islam, sistem pendidikan diatur sesuai dengan pengajaran yang tepat yang tidak hanya bertujuan untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk kepribadian dan karakter para pelajar. Maka, kurikulum yang diterapkan tentu bukan hanya soal pengetahuan umum saja, tetapi bagaimana pengajaran adab dan akhlak yang baik, terutama penanaman akidah yang kuat di setiap diri peserta didik.
Peserta didik yang tertancap kuat akidahnya, tentu akan memiliki rasa takut akan Tuhannya dan akan timbul perasaan merasa diawasi sehingga dalam setiap tindak tanduknya mereka akan senantiasa berhati-hati karena takut akan pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Dari sisi pemerintahan, pemerintah yang menerapkan sistem Islam akan memberikan peraturan bahwa bagi setiap laki-laki yang telah baligh dan mampu bekerja untuk bekerja. Mereka dididik untuk memiliki skill dasar dan skill yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing untuk berkembang di bidangnya masing-masing. Selain itu, SDA dalam negara kekuasaan Khilafah tidak akan diberikan kepengurusannya kepada asing. Negara sepenuhnya memegang kendali pengelolaannya, sehingga dengan itu membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat dengan sangat luas dan dengan gaji yang layak.
Dengan sistem yang demikian, tentu bayang-bayang suram bagi Gen Z di masa depan akan terhapuskan. Masa depan akan kembali cemerlang dengan diterapkannya sistem Islam dalam bernegara. Oleh karenanya, sudah saatnya umat sadar bahwa untuk mengubah semua ini, termasuk menghapus bayang-bayang suram Gen Z di masa mendatang, hanyalah dengan Islam, kembali kepada penerapan sistem syariat Islam kaffah dalam naungan Khilafah.