
Oleh. Eni Yulika, S.Pd.
Linimasanews.id—Gunung menjadi panorama yang indah bagi masyarakat. Bahkan para pencinta alam sering kali melakukan pendakian guna menikmati keindahan alam di dalamnya. Dibalik panorama indah sebuah gunung, juga bisa terjadi hal yang tidak diinginkan. Seperti dikutip dari Bloomberg Technoz, Jakarta (04/11/24), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengabarkan masyarakat sekitar Gunung Lewotobi, Flores Timur untuk mewaspadai lahar dingin yang disebabkan oleh oleh letusan Gunung Lewotobi Laki-laki pada Senin (4/11) dini hari.
Kapusdatin BNPB Abdul Muhari mengabarkan informasi terkini terkait dengan korban jiwa akibat letusan Gunung Lewotobi sudah mencapai 10 korban jiwa dan 10.295 jiwa yang terdampak akibat aktivitas gunung berapi tersebut. Keseluruhan korban yang terdampak terbagi dua kecamatan; Wulanggitanh dan Ile Bura. “Hingga pukul 10.20 WIB, korban jiwa meninggal berjumlah 10 jiwa,” ujar Abdul Muhari, Senin (4/11/2024). “Dengan rincian di Kecamatan Wulanggitang 2.527 KK/9.479 jiwa dan Ile Bura 207 KK/816 jiwa.”
Sekilas dari Gunung Lewotobi Laki-Laki ini adalah salah satu dari gunung kembar yang ada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Puncak tertinggi adalah Lewotobi Perempuan dengan ketinggian 1.703 m di atas permukaan laut. Sedangkan Gunung Lewotobi Laki-Laki memiliki ketinggian 1.584 m di atas permukaan laut.
Gunung ini sudah 50 tahun tidak aktif dan semenjak tahun 1991 kembali menunjukkan keaktifannya. Beruntun mulai dari getaran, abu vulkanik, dan kini keluarnya lava menunjukkan gunung sedang tidak baik-baik saja. Hal itu menyebabkan ribuan orang mengungsi kini.
Gunung ternyata memiliki banyak manfaat bagi kehidupan di muka bumi. Manfaat itu di antaranya sumber air bersih, penyubur tanah, pengatur iklim, tempat wisata, objek edukasi, rumah bagi keanekaragaman hayati, penyeimbang bumi, sumber pangan, bahan galian. Hal ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Bahkan, kita lupa siapa yang menciptakan gunung yang memiliki banyak manfaat tersebut.
Fenomena aktivitas gunung api di Indonesia haruslah disukai dengan bijaksana. Jangan hanya dianggap langganan yang lewat dan berlalu tanpa kita ambil pelajaran. Apalagi minus dari rasa bersyukur. Karena, ternyata di balik meletusnya gunung api selain memang karena aktivitas dapur magma di bawah gunung juga bisa dikarenakan karena kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.
Di era kapitalisme hari ini atau kehidupan hari ini, segala sesuatu dikuasai oleh para pemilik modal. Hal itu membuat banyak kerusakan alam terjadi. Seperti halnya di Pulau Flores, banyak sekali terjadi kerusakan lingkungan akibat ulah tangan manusia yang pastinya mereka memiliki kekuasaan dan modal yang besar. Dikutip dari mongabay.com, selama 17 tahun hutan di Pulau Flores dan Pulau Lembata yang ada di NTT berkurang sebesar 381.305 hektar. Semua ini bisa berakibat fatal dengan terjadinya bencana bagi kelangsungan hidup manusia dan alam itu sendiri.
Gunung digambarkan di dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 15 adalah sebagai pasak agar bumi tidak guncang karena aktivitas di dalam perut bumi. Gunung yang berguncang atau meletus ini adalah tanda kiamat sugra (kecil). Maka perlu menjadi bahan renungan bagi kita manusia, apakah ada kesalahan yang kita lakukan. Bahkan ketika kiamat kubro, gunung digambarkan seperti bulu yang berterbangan. Sungguh mengerikan sekali jika membayangkannya.
Oleh karena itu, selayaknya kita kembali kepada hukum Allah, karena Allah sudah menciptakan seluruh kekayaan baik di langit dan di bumi ini untuk manusia. Ketika manusia yang diberi wewenang membuat hukum, yang terjadi adalah kerusakan demi kerusakan. Bahkan gunung pun tidak selamanya tertidur. Tetapi dia akan terbangun dan menghancurkan segala apa yang ada di sekitarnya. Semua ini adalah nasihat agar kita patuh dan taat kepada Sang Pencipta Alam, yaitu Allah Azza Wajalla.