
Oleh: Rini Sulistiawati (Pemerhati Masalah Pendidikan)
“Bangsa yang maju bukan hanya bangsa yang memiliki gedung-gedung tinggi, tetapi bangsa yang menjaga martabat, kejujuran, dan persaudaraan di antara rakyatnya.” – Buya Hamka
Linimasanews.id—Pendidikan adalah pilar utama dalam menciptakan kemajuan sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang memprioritaskan pendidikan akan menanamkan nilai-nilai moral dan etika kepada generasi mudanya, yang menjadi cermin karakter bangsa tersebut.
Namun, kenyataan yang dihadapi Indonesia hingga akhir 2024 menunjukkan bahwa sektor pendidikan masih menghadapi tantangan besar. Dari total 436.707 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, sekitar 11% atau 48.038 sekolah berada dalam kondisi tidak layak, mulai dari atap yang bocor hingga fasilitas yang tidak memadai. Data ini berasal dari laporan resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Pemerintah merespons hal ini dengan mengalokasikan dana sebesar Rp17,15 triliun untuk rehabilitasi 10.440 sekolah pada 2025 (SINDOnews.com, 28/11/2024). Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum menganggarkan Rp19,5 triliun untuk mendukung renovasi infrastruktur sekolah (antaranews.com, 26/11/2024).
Pendidikan Berkualitas: Lebih dari Sekadar Gedung Sekolah
Perbaikan fisik gedung sekolah memang penting. Akan tetapi, itu belum cukup untuk menciptakan pendidikan yang bermutu. Sistem pendidikan yang ideal membutuhkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman dan pengajar yang kompeten. Sebagai bangsa yang bercita-cita untuk maju, kita tidak hanya perlu memperbaiki infrastruktur pendidikan, tetapi juga mendidik generasi dengan nilai-nilai moral yang kuat. Sebagaimana disampaikan oleh Buya Hamka, “Kemajuan bangsa tidak hanya diukur dari tinggi atau megahnya gedung, tetapi dari kualitas kejujuran, martabat, dan persaudaraan dalam masyarakatnya.”
Pendidikan dalam Islam: Tanggung Jawab Negara dan Pemimpin
Dalam perspektif Islam, pendidikan tidak hanya mencakup penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter yang berlandaskan akhlak mulia. Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu …” (QS. At-Tahrim: 6).
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan dalam membangun keluarga yang kokoh, lebih luas lagi, masyarakat yang beradab. Pemimpin negara memegang tanggung jawab besar untuk memastikan pendidikan terlaksana dengan baik dan merata. Sebab, pendidikan adalah hak dasar setiap individu.
Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa tanggung jawab seorang pemimpin mencakup semua aspek kehidupan rakyatnya, termasuk pendidikan. Oleh karena itu, negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang layak dan aman, terutama untuk anak-anak sebagai penerus masa depan bangsa.
Menjamin Keselamatan dan Kenyamanan dalam Proses Belajar
Islam menekankan pentingnya pendidikan yang dilakukan dalam kondisi aman dan nyaman, sesuai prinsip dasar syariat, yaitu hifzh an-nafs (melindungi jiwa). Jika kondisi fisik sekolah membahayakan siswa, maka itu bertentangan dengan prinsip Islam. Oleh karena itu, pemerintah wajib memastikan bahwa setiap sekolah memenuhi standar keselamatan dan kenyamanan untuk mendukung proses pembelajaran yang optimal.
Selain itu, keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru. Guru yang kompeten tidak hanya mampu mengajar dengan baik, tetapi juga membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur.
Solusi Pendidikan dalam Islam: Belajar dari Kepemimpinan Khalifah
Sejarah Islam mencatat, betapa para khalifah memberikan perhatian besar terhadap pendidikan. Khalifah Umar bin Khattab, misalnya, membangun banyak madrasah dan memastikan setiap wilayah memiliki guru yang kompeten. Khalifah Harun al-Rasyid mendirikan Bayt al-Hikma (Rumah Kebijaksanaan), sebuah pusat pengajaran dan penelitian yang menjadi simbol kemajuan intelektual. Khalifah Al-Ma’mun bahkan memperbesar peran Bayt al-Hikma dengan menciptakan sistem ujian bagi guru. Di Andalusia, Khalifah Abd al-Rahman III menjadikan Córdoba sebagai pusat ilmu pengetahuan dengan mendirikan banyak sekolah.
Pelajaran dari kepemimpinan para khalifah ini menunjukkan bahwa pendidikan yang berkualitas memerlukan perhatian yang serius dari negara, baik dalam bentuk penyediaan fasilitas maupun pengembangan sumber daya manusia.
Sebagai bangsa yang ingin maju, Indonesia perlu menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama. Perbaikan infrastruktur harus diiringi dengan penyediaan kurikulum yang relevan, guru yang kompeten, dan sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter. Hanya dengan langkah tersebut, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berbudi pekerti luhur, sehingga mampu membawa bangsa ini menuju kemajuan yang bermartabat dan berkeadilan.