
Oleh: Eni Yulika
Linimasanews.id—Tanah longsor di Sibolangit yang terjadi selasa malam (26/11) mengakibatkan berbagai bencana yang mengkhawatirkan di kota Medan. Di antara dampaknya adalah banjir dan hilangnya nyawa warga akibat tertimbun longsor. Hingga detik ini, warga kesulitan mendapatkan air akibat pipa air PDAM wilayah Sibolangit rusak akibat longsor tersebut.
Dikutip dari detik.com (02/12), PDAM Tirtanadi mengatakan perbaikan pipa akibat longsor berlangsung sekitar 3 minggu. Pihak PDAM Tirtanadi pun telah meminta maaf atas gangguan air selama 3 pekan ke depan. “Kami meminta maaf atas pelayanan yang belum bisa maksimal kepada seluruh masyarakat Sumut khususnya pelanggan Perumda Tirtanadi. Kami perkirakan antara 2-3 minggu ke depan baru mulai bisa normal kembali itupun apabila daerah di Sibolangit ini bisa kita lakukan perbaikan jaringan pipanya,” ungkap Plt. Dirut Perumda Tirtanadi Ewin Putra dikutip melalui Instagram resmi Perumda Tirtanadi.
Banyak warga mengeluh kekurangan air bersih. Sampai harus membeli ember besar untuk menampung air ketika air PAM hidup, menampung air hujan, bahkan meminta air kepada warga yang memiliki sumber air lain seperti sumur atau sumur bor. Air yang berlimpah kadang membuat manusia kurang bersyukur. Aktivitas manusia yang suka boros menggunakan air, membuang sampah ke sungai, membuang limbah pabrik ke sungai, penebangan pohon yang massif, pembangunan besar-besaran membuat tanah tidak mampu untuk menahan air. Akhirnya, hujan yang mengguyur mengakibatkan banjir dan longsor.
Air adalah sumber kehidupan manusia yang wajib dijaga. Penjagaan air adalah kewajiban manusia. Ini semua membutuhkan sistem Islam yang secara fitrah menjaga keberadaan air tetap bersih dan melindungi sumber ketersediaan air bersih dari pegunungan. Daerah pegunungan dengan hutan yang terkandung di dalamnya harus dijaga kelestariannya agar akar pepohonan tersebut dapat menyimpan air tetap aman. Akar pepohonan pun dapat menahan tanah agar tetap kokoh.
Kebiasaan masyarakat yang kurang sadar dengan sistem islam akan dibentuk menjadi kesadaran peduli lingkungan. Sistem sanksi Islam akan menjaga tetap bertahannya perlindungan alam dari tangan manusia yang jahil. Sistem Islam memang diberikan Allah Swt. untuk mengatur kehidupan ini. Islam mengajarkan kita untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan termasuk sumber air sekitar kita seperti sungai, danau, laut dan semisalnya.
Dalam sebuah hadis menyebutkan dari Saad bin Musayyab berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih menyukai kebersihan, mulia menyukai kemuliaan, murah hati (baik) menyukai kebaikan. Maka bersihkanlah lingkungan rumahmu Dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi)
Perilaku menanam pohon juga telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda, “Apabila kiamat tiba terhadap salah seorang diantara kamu dan di tangannya ada benih tumbuhan maka tanamlah.”
Begitu pula Rasulullah saw. mengenalkan konsep hima, yaitu suatu zona tertentu untuk konservasi alam yang di dalamnya dilarang untuk mendirikan bangunan. Hima ini merupakan kawasan hukum yang dilarang untuk diolah dan dimiliki seseorang secara pribadi sehingga ia tetap menjadi wilayah yang dipergunakan bagi siapa saja sebagai tempat tumbuhnya padang rumput dan tempat menggembalakan hewan.
Islam secara fitrah telah mengajarkan itu semuanya. Apalagi jika itu semua diambil peran oleh negara. Negara akan bersinergi dengan masyarakat mewujudkan peradaban islam penuh berkah. Wallahu a’lam bishshawwab.