
Suara Pembaca
Kasus TPPO jadi wacana hari ini. Dilansir dari tirto.id pada 22 November 2024, selama periode 1 bulan terakhir mulai 22 Oktober hingga 22 November 2024, Bareskrim Polri telah mengungkap jaringan TPPO sebanyak 397 kasus, 482 tersangka, dan 904 korban TPPO yang diselamatkan. Data penindakan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) selama satu bulan terakhir. Bahkan akhir ini, ada kasus TPPO berkedok magang yang dialami oleh mahasiswa di Makasar. Ada 77 mahasiswa menjadi korban perdagangan manusia melalui program di Jerman. Program itu diikuti selama masa liburan kuliah mahasiswa lalu magang ke Jerman (20/11/2024).
Sistem pendidikan kapitalisme rawan memunculkan TPPO dengan dalih magang. Alasan utamanya adalah memunculkan tenaga kerja yang orientasinya materi belaka. Adanya kerjasama dengan lembaga penyalur luar negeri hanya melihat magang sebagai upaya memilih generasi yang cerdas dan terampil dalam bekerja. Upah minimum dianggap sudah cukup bagi generasi yang haus dengan finansial. Perusahaan akan memanfaatkan hal ini untuk memperoleh tenaga kerja murah dan mudah diperkerjakan.
Magang dalam pendidikan sekuler menjadi sarana pembajakan potensi mahasiswa. Mahasiswa dieksploitasi sepenuhnya dan dianggap sebagai tenaga kerja yang mampu menyumbang aset ekonomi. Sebagian mahasiswa berpikiran bahwa kerja apa pun yang penting menghasilkan uang lebih baik daripada menganggur. Potensi mahasiswa sebagai agent of change berubah seketika jika dihadapkan dengan kenyataan hidup.
Mahasiswa tidak lagi menjadi penentu nasib negara, tidak lagi mampu menyuarakan kebaikan dan membongkar kebobrokan. Mahasiswa sudah dibungkam dengan kesenangan mendapatkan materi belaka. Minimnya pemahaman mahasiswa, ditambah negara yang lalai, semakin menciptakan mahasiswa yang acuh dengan nasib bangsa.
Kenyataan tersebut bertolak belakang dengan sistem Islam. Islam menjunjung tinggi tujuan pendidikan. Pendidikan bukan dinilai berhasil jika sekadar mampu menambah aset ekonomi melalui
kesiapannya di dunia kerja. Namun, pendidikan Islam memiliki visi menciptakan generasi yang berkepribadian Islam kokoh dan siap berjuang mengemban dakwah Islam. Negara menjamin setiap warga negara memiliki akses sepenuhnya terhadap pendidikan, bahkan bebas biaya. Output sistem pendidikan Islam akan mampu melahirkan generasi problem solver yang mampu memberikan solusi berbagai permasalahan kehidupan berasaskan akidah Islam dan bisa mengisi berbagai bidang penting kehidupan. Mereka adalah arsitek peradaban.
Semasa peradaban Islam berjaya dalam naungan khilafah selama 13 abad, Islam mampu melahirkan generasi emas. Sejarah telah mencatat nama besar sekaliber Ibnu Haytam, Al-Farabi, Ibnu Sina, dll. yang kontribusinya diakui oleh Barat. Sistem Islam sangat peduli terhadap masa depan generasi. Islam tidak memandang mereka hanya sekadar dari aspek materi belaka seperti pandangan kapitalis saat ini. Islam menyiapkan generasi sebagai pilar peradaban yang siap melanjutkan kepemimpinan berikutnya dalam mewujudkan peradaban mulia. Dengan mekanisme inilah, Islam terbukti mampu mencetak generasi emas dalam tinta sejarah dunia.
Lustini N
(Aktivis Dakwah)