
Oleh: Lisa Herlina
(Aktivis Dakwah)
Linimasanews.id—Viral seorang wanita mengunggah video anak kecil yang terbujur bersimbah darah di depan rumahnya. Nampak pula seorang wanita yang berteriak disamping anak tersebut memanggil siapapun yang ada untuk menolong. Dari berita yang beredar tiga korban merupakan saudara kandung masing-masing berusia 7, 5 dan 2 tahun. Usut punya usut pelaku adalah tetangganya sendiri, tepat di depan rumahnya, Jl. Masjid, Gang Dahlia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Tembung pasar 9 ( Idn Times 9-12-2024).
Dari pengakuan tersangka diketahui bahwa motif melakukan penikaman salah satunya adalah karena sakit hati sering di ejek para korban yaitu anak-anak tersebut dengan sebutan kudis. Diakuinya juga karena ia dianggap malas sebab tidak bekerja.
Problematika Umat
Di zaman ini, sering kita dapati kasus pembullyan yang berujung kematian. Entah sadar atau tidak eskalasinya terus meningkat. Hal ini diperparah dengan tidak adanya solusi tuntas dalam menyikapi fenomena tersebut.
Sistem kapitalis yang berakidah sekularisme adalah biang kerok dari semua problematika umat. Sistem yang meminggirkan agama (Allah) dalam setiap aspek kehidupan. Agama hanya untuk ibadah ritual tapi untuk bersosialisasi jangan bawa agama. Begitu prinsipnya. Dalam bergaul , bertetangga, berinteraksi jangan pakai agama. Agama hanya di dalam rumah ibadah. Dalam mengatur peran dan tanggung jawab orang tua, misalnya jangan bawa agama. Lantas bagaimana generasi tanpa agama? Menyedihkan !
Tetangga dalam Islam
Saat ini kehidupan bertetangga yang diharapkan menjadi kawan terdekat malah menaruh benci yang mendalam. Perilaku permisif (serba boleh) saat menjadi bahan candaan, juga individualis yaitu sikap tidak mementingkan urusan orang lain lebih mementingkan diri sendiri, liberal (bebas) dan apatis (acuh tak acuh) seakan memverifikasi dan berkolaborasi, buah dari sistem kapitalis sekuler ini menjadi salah satu faktor pemicu yang berujung pada tindakan kriminal.
Manusia dipaksa untuk berpikir keras bagaimana memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik dengan cara yang halal atau yang haram. Boleh atau dilarang dalam agama, asal bahagia dan puas dengan hasil yang didapat.
Sistem sekuler ini juga yang menyuburkan manusia-manusia yang tak tau buat apa ia hidup di dunia. Ketika sekolah dari jenjang TK hingga SMA bahkan kuliah, ilmunya digunakan sebatas hafalan dan berhenti di bangku sekolah itu saja. Saat ditimpa kesulitan dalam kehidupan, ia tak tahu cara menyelesaikannya karena di benaknya adalah jalan pintas. Stress jika tak dapat pekerjaan, Bunuh, kalau sakit hati. Sadis !
Juga yang turut menyumbang problem lain, adalah pendidikan hari ini yang bermakna bias dengan pendidikan karakter (kepribadian Islam). Program pendidikan karakter baik melalui pendidikan agama maupun program P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) terbukti mandul. Indikasinya adalah banyak perilaku menyimpang salah satunya bullying yang masih marak terjadi, gangguan mental, tindakan kriminal, dan sebagainya. Kerusakan karakter yang berujung pada pemujaan terhadap materi, gaya hidup hedonis, liberal, individualis. Kesemuanya dibalut dalam aqidah barat yaitu sekularisme.
Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengatakan: “memelihara hubungan baik dengan tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan iman.”
Nasihat yang diberikan kepada tetangga itu bisa berwujud berbuat baik kepadanya. Misalnya, memberikan hadiah, salam, memperlihatkan wajah ceria, membantunya memenuhi apa yang dia butuhkan. Keimanan seseorang akan hilang jika ia tidak memberikan rasa aman kepada tetangganya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya pada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.”
Rasulullah Saw menjawab, “Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.”
Islam Bukan Sekedar Agama
Islam adalah agama sekaligus ideologi dalam kehidupan. Adanya konflik yang berujung kematian sejatinya karena hilangnya ‘mental waras’ dalam kehidupan. Mental yang dipupuk agar menjadi manusia yang bersabar bukan ‘manusia sakit’. Maka dalam soal ini ada beberapa poin yang harus menjadi bahan renungan kita bersama dari mulai level individu hingga level sebuah instrumen dalam negara.
Pertama level individu. Di era kehidupan yang sempit hari ini, ekonomi sulit, kesabaran harus seluas samudera, tidak bisa setipis tisu, maka hanya orang-orang yang belajar dan memahami konsep hidup didunia ini untuk apa ialah yang mampu bersabar. Sabar atas ujian dan ketika mendapat musibah. Ia paham hidupnya semata hanya untuk beribadah kepada Allah, maka bersabar disaat kekurangan harta, ketakutan, kehilangan jiwa adalah bentuk daripada ibadah. Juga membekali diri bahwa setiap berbuat dan berucap akan ada konsekuensinya di hadapan Allah.
Kelak di hari penghisaban semua amal ditimbang. Dalam hal ini tolak ukur setiap perbuatan haruslah berdasarkan dari aturan Yang Maha Pengatur dan Yang Maha Menciptakan yaitu Allah SWT. Dengan begitu ketakutan (taqwa) akan muncul. Jika yang muncul adalah emosi kesedihan berusahalah untuk mengalihkannya dengan cara curhat pada orang yang tepat, kegiatan fisik seperti olahraga, mengunjungi saudara, teman atau tetangga yang lazimnya menjadi kawan bukan lawan.
Level kedua adalah dalam berumah tangga. Karena rumah adalah tempat belajar pertama bagi anak-anak dan orang tua sebagai gurunya. Maka menjadi penting ketika orang tua menghias dirinya dengan ilmu agar anak-anak mencontoh. Bagaimana adab, pola pikir dan kepribadian sesuai syariat. Ayah dan ibu mengerti peran dan tanggung jawabnya begitupun anak-anak memahami mana yang menjadi hak-hak dan tugasnya. Bagaimana pandangan agama jika ibu bekerja, ayah (laki-laki) yang tidak bekerja juga pengasuhan anak.
Level ketiga dalam lingkungan masyarakat. Dari video tampak wanita yang mencari pertolongan adalah bentuk kepedulian sesama masyarakat. Maka kontrol masyarakat juga sangat urgent dalam hal ini masyarakat merupakan sekumpulan individu yang berinteraksi dan saling membutuhkan. Tentu saja amar ma’ruf nahi munkar menjadi indikasi masyarakat yang ideal. Sebab didalamnya akan terbentuk saling mengingatkan dan saling menasehati dalam kebaikan. Ketika ada yang menyalahi semisal terjadi pembullyan atau kejahatan maka wajib bagi masyarakat di lingkungan tersebut mengingatkan dan mencegahnya.
Terakhir dalam level negara, wajib adanya pengontrolan yang berbasis sistem. Negara wajib melindungi dan mengayomi masyarakat yang berlandaskan pada prinsip Islam dengan menekankan pentingnya menjaga hak, keamanan, kehormatan dan ketenteraman masyarakat dan wajib memelihara jiwa manusia. Sistem Islam dalam sebuah negara menerapkan aturan yang berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Ketika seorang yang sudah baligh tidak bekerja maka negara yang akan memfasilitasi, begitupun jika belum mendapatkan seorang pendamping (istri) negara juga yang memfasilitasi untuk mencari pendamping hidup. Agar kemuliaan dan kehormatan wanita juga laki-laki. Dalam hal pendidikan juga Islam bersifat praktis, ketika dipelajari maka disampaikan , diamalkan. Agar menjadi amal sholih. Begitulah dalam Islam jika negara tegak berdasarkan syariat Allah.
Terkait pembunuhan dalam Al Qur’an Surah Al Maidah Ayat 45 menegaskan “”Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisas-nya (balasan yang sama). Barangsiapa membebaskan (memaafkan), maka itu (menjadi) penebus dosa baginya. Siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum Allah adalah kaum yang zalim.” Pemberlakuan qishash ini hanya bisa diterapkan dalam instrumen bernama negara.
Walhasil semua point diatas akan mudah direalisasikan jika dalam sistem Islam. Rasulullah merupakan sebaik-baiknya teladan bagi manusia dalam kehidupan. Baik dalam aspek rumah tangga, bertetangga, akhlak beliau, pendidikan, ekonomi, hingga sanksi hukum atas tindak kejahatan yang timbul. Semuanya menjadi acuan, role model kehidupan.
Maka wajiblah bagi kita untuk mengikuti metode Rasulullah ketika menerapkan sebuah hukum demi menjaga kehormatan, martabat dan jiwa manusia yaitu dengan mendirikan sebuah daulah dalam bingkai khilafah Islamiyyah ‘ala minhajin nubuwwah agar tak ada lagi korban-korban pembunuhan yang berjatuhan dan bukanlah sebuah ilusi terwujud suasana aman nan gemilang dalam Islam sebab 1300 tahun lamanya pernah menjadi adidaya dunia.
Wallahu a’lam bishawab
Masya Alloh
Tulisannya menambah ilmu
Yg bermanfaat
Butuh aturan yg berasal dari yg maha pencipta