
Oleh. Dewi Utami, S.Pd.I. (Pemerhati Remaja)
Linimasanews.id—Sudah lebih satu tahun genosida terjadi di Palestina. Namun sampai saat ini Palestina belum juga terbebas dari kekejaman zionis Israel. Upaya yang dilakukan seluruh negara muslim tidak membuahkan hasil.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto pada pidatonya menyinggung kondisi penegakan hak asasi manusia (HAM) di dunia dan mengajak kaum muslim bersatu. Pidato Presiden Prabowo tersebut dinilai sebagai teguran kepada negara-negara muslim untuk terus membela Palestina. Pidato tersebut disampaikan secara terbuka dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 Developing Eight Countries (D8), di Kairo, Mesir, Kamis, 19 Desember 2024 (rmol.id, 22/12/2024).
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan memandang pernyataan Prabowo yang menyinggung kondisi penegakkan hak asasi manusia (HAM) di dunia tampaknya tidak berlaku bagi negara-negara muslim, seharusnya menjadi cambuk untuk bersatu menghentikan tindakan tersebut (rmol.id, 22/12/2024).
Bukan Sekadar Retorika
Sangat disayangkan bila ajakan tersebut nyatanya hanya sebatas retorika. Sebab, dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dalam pembelaan terhadap Palestina. Palestina membutuhkan pasukan untuk menghentikan kebengisan zionis Israel. Penjajahan terhadap Palestina tidak bisa diselesaikan hanya dengan gencatan senjata maupun solusi dua negara sebagaimana yang saat ini didukung oleh beberapa negara, termasuk RI.
Upaya-upaya itu nyatanya tidak mempunyai pengaruh terhadap kondisi di Palestina. Sebaliknya, keikutsertaan RI dalam solusi tersebut menambah dukungan kepada Zionis untuk merampok tanah suci Palestina. Karenanya, jika solusi ini terus digaungkan, Palestina tidak akan pernah bisa merdeka dan akan terus berada dalam penjajahan Zionis Israel.
Sampai 26 Desember 2024 saja, Israel terus menggempur Gaza. Apalagi, dalam kebengisannya Zionis terus-menerus mendapatkan bantuan keuangan maupun persenjataan dari negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis dan Inggris. Padahal, hingga saat ini jumlah korban meninggal dalam perang ini secara keseluruhan sudah mencapai 45.361 jiwa (detik.com, 26/12/2024).
Hanya dengan Jihad dan Khilafah
Genosida di Palestina ini tidak akan pernah bisa dihentikan dengan cara-cara diplomatik maupun dengan perjanjian perdamaian. Sebab terbukti, PBB, Liga Arab, OKI, dan upaya perdamaian dari pemimpin dunia Islam hingga kini tidak mampu membendung kebengisan Israel.
Dalam pandangan Islam, untuk menyelesaikan genosida tersebut hanya dengan cara jihad dan khilafah. Sebab, Allah Swt. dengan tegas telah memerintahkan jihad melawan kaum kafir yang telah merampas tanah kaum muslim. Allah Swt. berfirman, “Perangilah mereka oleh kalian di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (TQS. Al-Baqarah: 191).
Sejarah mencatat, perjuangan kaum muslim dalam membebaskan tanah suci Palestina melalui perang Hathin atau Perang Pembuka, pasukan Salahuddin yang pada saat itu berjumlah 63.000 prajurit berhasil membunuh 30.000 Pasukan Salib serta menahan 30.000 Pasukan Salib, hingga pada akhirnya mampu memenangkan Perang Salib yang kedua.
Selain jihad, perlawanan terhadap genosida yang dilakukan Zionis itu juga akan bisa diselesaikan secara tuntas dengan khilafah (sistem pemerintahan Islam). Karena, dengan adanya khilafah, kaum muslim mempunyai perisai untuk melindungi mereka dan menguatkan pasukan jihad. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh imam (khalifah) itu adalah perisai (pelindung umat).” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, hanya dengan jihad dan khilafah genosida ini akan ditumbangkan, bukan dengan perjanjian damai apalagi proposal solusi dua negara. Karenanya, sudah waktunya seluruh kaum muslim bangkit dan bersatu memperjuangkan tegaknya khilafah. Sebab, sistem ini yang diridai Allah Swt., sebagai penyelamat umat manusia si bumi dari kebengisan kaum kafir, termasuk Zionis Israel. Sistem khilafah juga akan melahirkan pemimpin yang taat, berwibawa, dan siap mengirimkan tentara melawan penjajah, bukan sekadar beretorika belaka.