
Oleh: Asha Tridayana
Linimasanews.id—Saat ini Jalur Gaza tengah diserang habis-habisan oleh Zionis Israel. Sejak 7 Oktober 2023 genosida di Gaza telah menewaskan lebih dari 45.200 orang yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Warga yang selamat pun, mereka terluka secara fisik dan emosional.
Komisioner Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini menyatakan bahwa Israel telah melanggar semua peraturan perang, seperti menyerang sekolah dan rumah sakit. Ia pun menyerukan untuk penghentian serangan untuk melindungi warga sipil.
Sebelumnya, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) juga mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang di Gaza (beritasatu.com, 25/12/2024).
Berbagai serangan Israel telah menewaskan setidaknya 17.492 anak Palestina selama hampir 15 bulan terakhir. Tidak hanya di Palestina, sekitar 473 juta anak di dunia diperkirakan tinggal di daerah konflik. Hal ini disampaikan oleh Badan anak-anak PBB atau UNICEF. Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell menyebutkan, anak yang tumbuh di zona konflik mengalami dampak kesulitan pendidikan, kekurangan gizi, hingga terpengaruh kesehatan mentalnya. Persentase anak-anak yang tinggal di daerah konflik telah berlipat ganda, dari sekitar 10 persen pada tahun 1990-an menjadi hampir 19 persen saat ini (cnnindonesia.com 28/12/2024).
Tidak hanya itu, anak-anak di Gaza juga menghadapi risiko kematian akibat cuaca dingin karena tidak adanya tempat tinggal yang memadai. Bantuan perlengkapan musim dingin, seperti selimut dan kasur bahkan tertahan selama berbulan-bulan oleh Israel. Menurut Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Munir Al-Barsh, tiga anak dan dua bayi Palestina meninggal di kamp pengungsian sementara karena kedinginan selama sepekan terakhir (republika.co.id 29/12/2024).
Melihat kondisi ini, perang di Gaza harus segera dihentikan. Kaum muslim tidak dapat lagi berharap pada dunia internasional. Sebab, organisasi dunia yang berwenang terlihat hanya memberikan kecaman dan seruan. Para pemimpin negara lain, termasuk negeri-negeri muslim justru kerap menjadikan isu Palestina hanya sebagai pencitraan. Mereka pun mengambil solusi dua negara seperti arahan Barat, pengusung kapitalisme. Jelas solusi dua negara tidak dapat menyelesaikan perang ideologi yang makin menyengsarakan rakyat Palestina.
Adanya sistem kapitalisme yang diemban oleh negara-negara di dunia telah menjadikan mereka hanya berorientasi pada keuntungan. Kepedulian kepada sesama negara muslim atau setidaknya secara kemanusiaan bahkan telah lenyap. Mereka lebih memilih mengamankan posisinya di dunia internasional atau tidak ikut campur agar hubungan kerja sama dengan Barat tetap terjalin baik, meskipun hanya sebagai pengekor.
Tidak ada keadilan dalam sistem kapitalisme. Yang ada hanyalah kesenjangan dan kecurangan. Yang kuat yang berkuasa, yang lemah menjadi korban untuk dimanfaatkan. Bahkan, penerapan sistem kapitalisme telah memuluskan jalan para penjajah Zionis untuk membantai rakyat Gaza, tidak terkecuali anak-anak. Sungguh kejahatan perang yang luar biasa.
Kapitalisme telah membutakan akal dan nurani manusia hingga begitu serakah dan kejam. Mereka rela menghalalkan segala cara sekalipun mengorbankan nyawa anak-anak. Melalui regulasi dan kebijakan, sistem kapitalisme menguasai politik pemerintahan dan mengambil setiap peluang untuk mempertahankan kekuasaan.
Oleh karena itu, kaum muslim mesti memiliki agenda atau rencana sendiri untuk dapat mengalahkan penjajah Zionis dan membebaskan diri dari sistem kapitalisme. Tidak lain ialah dengan menyatukan pemikiran dan perasaan bahwa Islam mesti tegak kembali sebagai solusi tuntas segala masalah, termasuk perang dengan Zionis Israel.
Setelah pemuda muslim bersatu, tujuan utama yang diemban tidak lain menuntut penegakan Khilafah dan pengangkatan seorang khalifah untuk memimpin kaum muslimin membebaskan Palestina. Hanya dengan bersatunya umat Islam dalam naungan Khilafah, kafir penjajah tidak akan berani mengusik dan melakukan penyerangan. Kepemimpinan seorang khalifah yang penuh tanggung jawab dan amanah akan berupaya membawa rakyatnya terbebas dari berbagai kesulitan, menjamin kesejahteraan rakyat, dan melindungi dari ancaman negara lain.
Seperti yang dijelaskan oleh Al-Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, “(Imam itu perisai) yakni seperti as-sitr (pelindung), karena imam (khalifah) menghalangi/mencegah musuh dari mencelakai kaum Muslimin, dan mencegah antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam, dan manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya.”