
Oleh: Irohima
Linimasanews.id—Ada empat bulan yang dimuliakan Allah Swt., yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Keempat bulan ini juga disebut sebagai bulan haram atau asyhurul hurum.
Bulan haram memiliki keistimewaan. Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk memperbanyak ibadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kita juga hendaknya menjauhi apa-apa yang telah dilarang. Karena di bulan haram, selain memiliki keutamaan memperoleh pahala yang berlipat ganda, kita juga memiliki konsekuensi memperoleh dosa yang berlipat jika melakukan perbuatan yang dilarang syariat.
Saat ini kita tengah berada di salah satu bulan yang istimewa itu, yakni bulan Rajab. Selama ini kita telah mengetahui bahwa bulan Rajab adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan ampunan, hingga banyak dari umat Islam berlomba-lomba melakukan kebaikan pada bulan ini.
Namun, masih banyak juga yang belum mengetahui jika keistimewaan Rajab bukan hanya sekadar bulan yang penuh dengan keberkahan dan ampunan, tetapi juga sarat akan sejarah. Beberapa momen penting yang jatuh di bulan Rajab di antaranya: peristiwa hijrahnya kaum muslim yang pertama ke tanah Habasyah, Isra’ mi’raj, peralihan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram, pembebasan Baitul Maqdis, perang Badar, perang Yarmuk, dan peristiwa menyedihkan runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani pada 28 Rajab 1342 H.
Bulan Rajab adalah bulan mulia. Umat Islam terdahulu begitu memuliakan dan menjaga kehormatan bulan Rajab. Mereka juga telah menorehkan berbagai pencapaian yang membuat Islam menjadi peradaban yang tinggi dan terdepan. Maka dari itu, sebagai muslim, seyogianya kita melakukan hal serupa, dengan berupaya melakukan amal terbaik. Salah satu amal terbaik yang bisa kita lakukan saat ini adalah terus berdakwah, membangun kesadaran umat untuk mewujudkan kemuliaan umat Islam.
Menapa kita mesti senantiasa berupaya menyadarkan umat? Karena saat ini, umat masih terlena akan buaian kafir penjajah dengan sistem yang sebenarnya telah terbukti rusak dan menghancurkan. Kita butuh kesadaran umat untuk kembali kepada Islam agar kemuliaan Islam dapat terwujud serta membebaskan umat dari segala bentuk penjajahan dan kehancuran.
Hari ini kita bisa saksikan betapa umat Islam tengah menghadapi krisis multidimensi. Umat makin jauh dari pemahaman agama yang benar, kemaksiatan yang merajalela, kemiskinan, perpecahan, hingga penjajahan terhadap saudara muslim di Palestina dan wilayah lainnya yang masih berlangsung. Semua adalah akibat dari tidak diterapkannya syariat Islam, yang merupakan petunjuk hidup umat Islam dan sebagai satu-satunya aturan hidup yang diturunkan Allah Swt.
Kesadaran umat untuk kembali kepada syariat Islam adalah sebuah urgensitas. Karena, kemuliaan Islam akan terwujud ketika syariat Islam diterapkan. Penerapan syariat secara kafah hanya akan bisa terwujud saat Khilafah Islamiyah tegak.
Khilafah adalah sebuah institusi yang hanya akan menerapkan syariat dan akan membebaskan umat dari penderitaan dan kehancuran. Tegaknya Khilafah adalah kewajiban yang harus kita upayakan. Menegakkan khilafah telah menjadi perintah Allah dan Rasul-Nya.
Agar Khilafah dapat segera tegak, umat Islam membutuhkan keberadaan kelompok dakwah Islam yang ideologis. Kelompok dakwah inilah yang akan memimpin umat menapaki jalan dakwah sesuai tuntunan Rasulullah saw. Dalam berdakwah menuju terwujudnya kemuliaan Islam, sejatinya harus menjadikan Rasulullah saw. sebagai panutan. Bukan yang lain. Telah terbukti, ketika kita memakai metode selain yang diajarkan Rasulullah saw., hasilnya adalah kegagalan. Kegagalan demi kegagalan bahkan membuat umat makin tenggelam.
Bulan Rajab yang penuh dengan ampunan dan keberkahan ini, hendaklah kita jadikan sebagai momen melakukan amal shalih dan berupaya semaksimal mungkin mewujudkan penerapan syariat Islam yang kafah sebagai bentuk ketakwaan yang sejati. Sebab, selain melakukan amal yang bersifat pribadi, melakukan amal yang berdampak pada kepentingan umat adalah bentuk ketakwaan yang hakiki.