
Oleh: Novi Ummu Mafa
Linimasanews.id—Tahap lanjut usia merupakan fase kehidupan yang tak terelakkan, di mana tubuh manusia mengalami penurunan fungsi secara signifikan, membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, jantung, hingga strok. Namun, dalam realitasnya, banyak lansia dari kalangan miskin di Indonesia masih harus bekerja keras demi menopang hidup mereka sendiri. Sebagian bahkan terpaksa membantu kebutuhan ekonomi anak-anaknya yang juga berada dalam kesulitan finansial.
Awal tahun 2025 menjadi saksi kebijakan baru pemerintah Indonesia yang menaikkan usia pensiun pekerja dari 58 tahun menjadi 59 tahun, khususnya bagi peserta program Jaminan Pensiun (JP) BPJS Ketenagakerjaan (Antaranews.com, 08/01/2025). Kebijakan ini seolah menjadi beban tambahan bagi pekerja yang sudah mengabdikan diri selama puluhan tahun. Alih-alih menikmati masa tua dengan tenang, mereka justru dipaksa untuk bekerja lebih lama demi memenuhi persyaratan administrasi program pensiun.
Langkah ini memunculkan banyak kritik karena dianggap mencerminkan pendekatan kapitalisme yang memosisikan rakyat sebagai alat produksi yang harus terus menghasilkan. Negara lebih tampak sebagai pengelola bisnis daripada pelindung dan pengurus rakyat. Ironi ini menjadi refleksi dari kegagalan sistem kapitalisme dalam memberikan perlindungan sosial yang sejati bagi warganya, terutama kelompok lansia.
Kebijakan yang Memberatkan Rakyat
Kenaikan usia pensiun ini tidak lepas dari kepentingan ekonomi negara untuk mengurangi beban keuangan yang terkait dengan pembayaran jaminan sosial. Dengan memperpanjang usia kerja, negara secara langsung menunda kewajibannya untuk memberikan manfaat pensiun, sekaligus mengurangi jumlah penerima pensiun dalam jangka panjang. Namun, di balik kebijakan ini terselip ketidakadilan yang nyata.
Lansia yang seharusnya memasuki masa istirahat setelah puluhan tahun bekerja, justru terjebak dalam lingkaran kerja yang tidak berkesudahan. Sementara itu, kelompok elite politik dan korporasi yang menikmati kekayaan negara tidak merasakan dampak kebijakan ini.
Data menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil pekerja yang benar-benar mendapatkan manfaat optimal dari program pensiun. Laporan dari BPJS Ketenagakerjaan sendiri mencatat bahwa banyak pekerja formal yang tidak sepenuhnya memahami atau mendapatkan manfaat maksimal dari program JP. Kondisi ini makin mempertegas bahwa sistem jaminan pensiun yang berbasis kapitalisme lebih menguntungkan negara dan institusi pengelola daripada pekerja itu sendiri.
Kapitalisme dan Pengabaian Lansia
Kebijakan ini hanyalah salah satu contoh bagaimana kapitalisme telah mengabaikan kesejahteraan kelompok rentan seperti lansia. Dalam sistem ini, keberadaan rakyat sering kali dipandang dari perspektif nilai ekonomis semata. Jika seseorang dianggap tidak produktif, maka mereka dianggap beban bagi negara.
Kapitalisme juga menggeser tanggung jawab negara terhadap rakyatnya. Dengan alasan efisiensi ekonomi, negara menyerahkan sebagian besar urusan kesejahteraan kepada mekanisme pasar atau lembaga jaminan sosial yang berbasis iuran pekerja. Padahal, kontribusi pekerja selama masa aktifnya sudah seharusnya cukup untuk menjamin kehidupan mereka di masa tua tanpa beban tambahan.
Lansia Sejahtera dalam Islam
Berbeda dengan kapitalisme, Islam memandang lansia sebagai kelompok yang harus dimuliakan dan diprioritaskan dalam pemenuhan kebutuhan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya, termasuk dalam pengagungan terhadap Allah Swt. adalah memuliakan orang-orang lanjut usia yang muslim.” (HR Abu Dawud)
Dalam pandangan Islam, lansia adalah tanggung jawab keluarga, khususnya anak laki-laki, untuk menafkahi dan mengurus mereka dengan baik. Bahkan, jika keluarga tidak mampu, maka negara bertanggung jawab penuh atas pemenuhan kebutuhan lansia.
Negara dalam Islam, yakni Khilafah, memegang prinsip bahwa pemimpin adalah pengurus rakyat. Rasulullah saw. bersabda, “Pemimpin yang mengatur urusan manusia (imam/khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, negara wajib memastikan seluruh kebutuhan pokok lansia terpenuhi, termasuk pangan, sandang, papan, serta layanan kesehatan gratis. Tidak hanya itu, negara juga menyediakan panti jompo bagi lansia yang tidak memiliki keluarga. Para lansia diberikan tempat yang nyaman, pelayanan kesehatan yang memadai, dan lingkungan yang mendukung untuk hidup dengan bahagia dan sejahtera. Negara tidak memaksa mereka untuk berkontribusi secara ekonomi, melainkan memberikan ruang bagi mereka untuk fokus memperbanyak ibadah kepada Allah Swt., mempersiapkan akhirat dengan husnul khatimah.
Solusi Islam: Memuliakan Lansia sebagai Tanggung Jawab Negara
Dalam sistem Islam, lansia tidak pernah dipandang sebagai beban, melainkan kelompok yang harus dimuliakan dan dijamin kesejahteraannya. Islam mengatur bahwa nafkah lansia menjadi tanggung jawab keluarga terdekat, khususnya ahli waris laki-laki. Jika keluarga tidak mampu, maka negara hadir untuk mengambil alih tanggung jawab ini melalui Baitul Mal.
Prinsip dasar dalam Islam adalah bahwa kebutuhan dasar setiap individu, termasuk lansia, adalah tanggung jawab negara. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang pemimpin adalah pengurus rakyatnya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam sistem Islam tidak ada konsep pemotongan gaji untuk dana pensiun. Gaji penuh adalah hak pekerja yang harus mereka nikmati tanpa dipotong untuk jaminan sosial. Negara menyediakan kebutuhan dasar gratis. Layanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan diberikan tanpa biaya, sehingga lansia tidak perlu bergantung pada dana pensiun. Dana dari Baitul Mal untuk lansia tanpa keluarga. Negara mengalokasikan dana dari harta milik umum dan zakat untuk memenuhi kebutuhan lansia yang tidak memiliki ahli waris atau keluarga yang mampu menafkahi.
Dengan pendekatan ini, Islam memastikan bahwa kesejahteraan lansia terjamin tanpa menambah beban mereka. Lansia tidak perlu bekerja lebih lama atau khawatir tentang masa tua mereka karena negara hadir sebagai pelindung yang bertanggung jawab.
Islam: Solusi Tuntas bagi Kesejahteraan Lansia
Mekanisme Islam dalam mengurus lansia mencerminkan keadilan dan kasih sayang. Lansia tidak dibebankan dengan kewajiban menjadi produktif untuk kepentingan negara, tetapi dilindungi dan dimuliakan. Sistem ini menunjukkan keunggulan Islam sebagai solusi menyeluruh yang tidak hanya menjawab kebutuhan duniawi, tetapi juga memberikan ketenangan spiritual kepada setiap individu, termasuk lansia. Di bawah naungan Khilafah, lansia tidak lagi menjadi kelompok yang terlupakan atau tereksploitasi, tetapi dirawat dengan penuh perhatian hingga akhir hayat. Wallahu a’lam.