
Oleh: Ananda Maulida Rizqi
Ipteng—Bun, sudah tau belum? Kalau di sosial media sempat viral beberapa netizen yang mengomentari gaya parentingnya seorang artis? Netizen membandingkan bagaimana cara parentingnya artis tersebut dengan ibu mereka sendiri atau ibu-ibu Indonesia kebanyakan.
VOC Parenting VS Gentle Parenting
Secara umum, orang Indonesia menerapkan parenting yang tegas, yang baru-baru ini di TikTok disebut dengan VOC Parenting. Asal-usul kata VOC sendiri, diambil dari kata “VOC” yang merujuk pada Vereenidge Ooostindische Compagnie, perusahaan pada masa pemerintahan Belanda yang diktator pada rakyat. Pola asuh ala VOC parenting ini dijadikan istilah yang menggambarkan sikap orang tua yang tegas dan tidak segan untuk menunjukkan kemarahan saat mendidik anak-anaknya (goodformom.id, 27/05/2024).
Berbeda dengan VOC Parenting, artis tersebut melakukan parenting yang lebih mengedepankan empati tanpa emosi, yang mana dalam istilah psikologi disebut dengan Gentle Parenting. Setelah masa pandemi Covid-19, anak-anak mulai terbiasa dengan handphone. Bahkan berbagai aplikasi dan fitur pun sudah banyak menemani tumbuh kembang mereka. Seakan menangkap apa yang dirasakan para orang tua, para pakar parenting dan psikolog menyarankan gentle parenting sebagai solusi pola asuh bagi anak-anak mereka.
Perbedaan gentle parenting dengan pola asuh lainnya adalah tidak adanya hadiah/penghargaan dan hukuman jika anak melakukan hal yang benar dan salah. Gentle parenting memfokuskan anak agar sadar dengan apa yang dilakukannya dan bagaimana dampaknya bagi orang lain. Hal ini diharapkan mampu mendorong anak untuk membuat pilihan yang lebih baik.
Dalam artikel ilmiah yang diterbitkan tahun 2024 oleh Konsorsium Psikologi Ilmiah Nasional (KPIN) menyatakan Gentle Parenting mengedepankan tiga prinsip yaitu respek, empati serta memahami. Pola parenting yang tenang akan memberikan ruang yang lebih luas kepada anak untuk merespon berbagai macam masalah yang terjadi pada lingkungan mereka. Krista Erinda, yang merupakan pakar pengasuhan anak yang mendalami studi infant toddler development family engagement di New York mengatakan bahwa Gentle Parenting sendiri merupakan hasil pengaruh budaya Barat.
Krista juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun gaya pengasuhan yang paling benar. Ketegasan orang Asia itu memiliki maksud yang baik karena orang tua di Asia berharap anaknya mampu menjadi pribadi yang kuat. Sebaliknya, gentle parenting cenderung sedikit tricky, apabila kita salah dalam menerapkan malah justru bisa menjadi permissive parenting dan malah menciptakan generasi stroberi yang bagus di luar, namun mudah rapuh di dalam (goodformom.id, 27/05/2024).
Parenting Ala Islam
Jadi, baik VOC parenting or gentle parenting sama-sama memiliki plus dan minus ‘kan, Bun? Lalu, parenting seperti apa yang sebaiknya diterapkan pada anak? VOC parenting atau gentle parenting? Jawabannya tidak keduanya. Jauh sebelum ditemukannya benua Asia dan pemikiran Barat, Islam sudah menemukan jawabannya 1400 tahun yang lalu. Parenting Barat sangat berbeda dengan parenting Islam. Dalam pandangan Barat, persoalan mendidik anak-anak di era sekarang dipandang sebagai suatu “penyebab”. Oleh karena itu, muncul pola asuh yang tepat menurut ilmu parenting Barat. Jadi, nggak heran kalau sampai muncul fentle parenting sebagai problem solver dalam mengatasi masalah pengasuhan anak.
Hal ini berbeda dengan Islam yang mana memandang persoalan pengasuhan anak sebagai suatu “akibat”. Penyebabnya sendiri adalah makin jauhnya manusia dari tuntunan Allah. Dalam masalah pengasuhan, Islam memiliki pola asuh yang menjadikan Rasulullah saw. dan para sahabatnya sebagai suri teladan. Beberapa hal bisa diterapkan saat mengasuh anak:
1. Ajarkan agama sejak dini
Sebagai orang tua muslim, sudah seharusnya mengajarkan anak pemahaman tentang Islam. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Misalnya dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an ketika masih dalam kandungan. Penanaman akidah Islam merupakan hal yang paling mendasar dalam pengasuhan supaya anak tidak memiliki kesempatan untuk memilih akidah yang lain. Orang tua merupakan sosok utama dalam mengenalkan tauhid dan syariat Islam. Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari)
2. Ajarkan salat pada anak
Salat merupakan tiang agama bagi setiap individu. Jika, anak tidak melakukan salat berarti tiang tersebut, yaitu Islam, akan mudah hancur. Maka sudah seharusnya orang tua mengajarkan anaknya salat sejak dini, dimulai anak berusia usia 7 tahun.
3. Berikan pendidikan akhlak
Akhlak adalah hal yang membentuk karakter seorang anak. Akhlak juga merupakan pondasi bagi mereka ketika mereka sudah dewasa. Tanpa adanya pendidikan akhlak, maka kehidupannya akan tidak terkontrol.
4. Berikan kasih sayang
Rasulullah saw. adalah sosok yang penuh kasih sayang. Beliau mencotohkan untuk memberikan kasih sayang kepada anak maupun kepada cucunya. Sudah semestinya, sebagai orang tua kita mencontoh perbuatan Rasulullah saw. yang memberikan kasih sayang kepada anaknya. Dengan cara tersebut maka anak juga akan menyayangi kita sebagai orang tua mereka. Sahabat sekaligus menantunya, Ali bin Abi Thalib bahkan menerapkan metode parenting yang disesuaikan dengan usia anak.
– Usia pertama, 0-7 tahun. Anak dianggap sebagai raja yang mana apapun yang dilakukan oleh anak masih menjadi tanggung jawab bagi orang tuanya.
– Usia kedua, 8-14 tahun. Orang tua bisa mulai memberikan larangan bagi anak jika melakukan perbuatan yang tidak sesuai syariah. Kita bisa melihat dalam beberapa nash Al-Qur’an yang menganjurkan untuk memberikan larangan pada anak sebagai penegasan agar tidak melakukan sesuatu.
Seperti larangan menyekutukan Allah yang ada dalam Surah Lukman ayat 31: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Di sini, orang tua bahkan boleh memukul anaknya. Namun, pukulan yang diberikan orang tua tersebut merupakan bentuk kasih sayang bukan main fisik.
– Usia ketiga, 15 hingga 21 tahun. Pada usia ini, orang tua akan memperlakukan anaknya sebagai seorang sahabat. Mengingat, pada usia yang mulai beranjak dewasa tersebut, anak mudah memberontak bahkan melakukan hal yang tidak sesuai syariah sehingga diperlukan perlakuan selayaknya orang tua bergaul dengan sahabatnya.
Khatimah
Nah, dari ketiga pilihan gaya parenting tersebut kita bisa tahu ya, Bun, sudah seharusnya Islamic parentinglah yang kita pilih dalam mengasuh anak. Karena hanya dengan Islam seluruh problematika umat dapat terselesaikan, tak terkecuali masalah pengasuhan anak. So, jangan ragu untuk menerapkan parenting Islam ya bund. Supaya anak kita mendapatkan pengasuhan yang sesuai syariat Islam dan kita sebagai orang tua akan mendapatkan pahala karena telah melakukan perintah-Nya serta mencontoh apa yang dilakukan Rasul-Nya. Wallahu’alam bi shawwab.