
Oleh: Reni Sumarni
Linimasanews.id—Di wilayah tepi Barat Palestina, ratusan warga Jenin terpaksa meninggalkan rumah mereka pada hari Kamis (23/1/2025) setelah adanya pesan peringatan drone dengan pengeras suara meminta warga Jenin untuk segera mengungsi. Sebelumnya, pesawat tempur dan artileri Zionis Yahudi menyerang jalur Gaza Utara pada Ahad (19/1/2025) yang menewaskan sedikitnya 82 orang di Gaza, serangan tetap dilakukan Yahudi meski telah tercapai kesepakatan gencatan senjata.
Di tengah operasi militer besar yang memasuki hari ketiga di kota tersebut, peristiwa ini terjadi. Misi operasi ini merencanakan penghancuran sejumlah rumah di kampung pengungsi Jenin dengan dukungan kendaraan militer dalam jumlah besar, helikopter dan drone. Operasi ini dimulai setelah gencatan senjata di Gaza yang disana ada momen pertukaran tawanan Israel dengan tahanan Palestina sejak gencatan singkat pada November 2023.
Meskipun gencatan senjata terjadi, nyatanya orang Yahudi Israel tidak menaati begitu saja, malah mereka tidak berhenti menyerang warga Palestina. Karena pada dasarnya, karakter orang Yahudi semasa dahulu memiliki sifat pengkhianat yang tidak bisa amanah dalam memegang janji atau kesepakatan. Pada akhirnya, penyerangan pun terus berlangsung.
Gencatan senjata ini tidak begitu kuat dan banyak pelanggaran yang yang dilakukan oleh orang Zionis Yahudi, padahal isi dari kesepakatan sangat jelas yaitu. Selama kesepakatan berlangsung, pasukan militer Israel harusnya ditarik mundur dari wilayah Gaza. Bantuan pun bisa masuk ke Gaza bahkan ada pertukaran tahanan warga Palestina dan Israel, di sana juga tidak dituliskan yang melarang entitas Yahudi menyerang Hamas. Bahkan dengan sombongnya, Netanyahu menyatakan entitas Zionis akan tetap melanjutkan perang sampai Hamas dihancurkan. Dia menekankan bahwa gencatan senjata ini hanya sementara dan Gaza akan tetap diserang.
Bahkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendukung operasi genosida terhadap warga Palestina. Hingga kesepakatan gencatan senjata pun tidak berpengaruh apa-apa untuk Palestina, sebab dukungan negara adidaya terhadap Israel salah satu bukti nyata orang-orang kafir ingin memusnahkan seluruh kaum muslim di Palestina. Tidak sedikit negara adidaya mendanai Israel juga memasok senjata untuk menyerang warga di sana.
Gencatan senjata ini pada akhirnya hanyalah sebuah tipu daya orang Yahudi terhadap kaum muslim, dengan dalih memberi mereka angin segar, nyatanya perang terus berlangsung hingga saat ini, dan entah sudah berapa banyak korban berjatuhan akibat perang ini. Seperti yang sudah banyak diberitakan media massa bagaimana mereka mengkhianati kesepakatan gencatan senjata, hanya memberi jeda untuk bebas dari kejahatan entitas Yahudi dan negara pendukungnya tapi itu tidak berlangsung lama.
Saatnya kaum muslim sadar bahwa solusi untuk Palestina bukanlah gencatan senjata melainkan jihad dan Khilafah. Di satu sisi, mereka yang peduli dengan Palestina ingin berusaha menolong, tetapi di sisi lain tidak memiliki kekuatan apa pun, apalagi sistem sekuler kapitalisme yang diemban saat ini membuat kita bungkam seribu bahasa, walaupun kita memberi dukungan untuk Palestina tetap saja kita tidak bisa berbuat apa-apa. Karena sejatinya, dunia saat ini berada di bawah kendali Amerika, dan yang jelas mereka mendukung Israel kafir penjajah.
Sebagian kaum muslim di Indonesia memberikan dukungan untuk Palestina. Dukungan dan aksi nyata ini terlihat dari sejumlah massa di Indonesia yang melakukan aksi untuk menyeru pembebasan Palestina dari kekejaman Zionis Yahudi, dan sebagai saudara seiman kita wajib merebut kembali tanah palestina dan mengembalikannya kepada kaum muslim. Sebagaimana aksi bela Palestina yang beberapa waktu lalu dilaksanakan di depan Kedubes AS di Jakarta, Ahad (26/1/2025), dan banyak lagi aksi-aksi serupa disejumlah kota besar di Indonesia.
Aksi palestina ini menyeru kaum muslim
agar tidak berharap pada gencatan senjata di Gaza, dan sikap konsistensi yang semestinya dilakukan pemerintah Indonesia untuk mendukung dan menyuarakan penolakan terhadap genosida di Palestina bukan malah inkonsisten dengan mengikuti arahan PBB dan membebek pada dunia Barat.
Dengan tegaknya Khilafah, yakni kepemimpinan umum atas seluruh kaum muslim yang akan berperan sebagai junnah (perisai) untuk selalu membela kaum muslim dan juga kemuliaan Islam, tidak hanya di Palestina tapi di seluruh penjuru dunia sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) itu junnah (perisai) yang orang-orang akan berperang mendukung dan berlindung dari musuh dengan (kekuasaan) nya.” (HR Muttafaqun’ Alayh)
Sekali lagi, solusi hakiki untuk membebaskan Palestina hanya dengan jihad dan Khilafah. Melalui aktivitas jihad fi sabilillah seperti pembebasan Baitul Maqdis dari kezaliman penguasa Romawi di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi dan berhasil merebutnya dari tangan orang kafir. Saat ini yang bisa kita lakukan adalah dengan dakwah ke tengah-tengah umat akan pentingnya Khilafah dan kepemimpinan Islam, yaitu mengangkat khalifah untuk penerapan syariat Islam secara kaffah. Wallahu a’lam bishshowab.