
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi.
Ipteng—Di zaman sekarang, masyarakat secara luas, termasuk juga tiap-tiap umat, orang per orang pasti akan mengalami masalah. Kehidupan kini kian mencekik dengan segala permasalahan yang ada. Masa depan seolah tak ada bayangan hingga tidak sedikit dari kita memilih menyerah, stres hingga depresi, dan sampai di tahap memiliki keinginan kuat untuk bunuh diri.
Betapa tidak? Harga bahan pangan kini kian mahal, segala bahan yang mendukung untuk menunjang urusan perut seperti gas LPG, BBM, dan sejenisnya juga kian sulit. Tak hanya urusan perut, bahkan akses kesehatan juga kian rumit. Seolah-olah rakyat dilarang sakit. Adanya BPJS pun juga dari uang rakyat.
Negara seolah abai dengan urusan kesehatan rakyat. Mau berobat, ya urus BPJS. BPJS pun tak gratis. Ia dibayar oleh masyarakat tiap bulannya dengan cara memaksa. Karena bagi yang tak punya BPJS, maka segala urusan administrasi akan dipersulit. Biaya berobat mahal. Jika punya dan terlambat membayar pun akan kena denda.
Lalu apalagi? Soal pendidikan. Kurikulum dibuat rancu, gaji guru dibuat rendah, dan isi pendidikan tak sedikit pun membentuk adab para peserta didik hingga menjadikan mereka seolah-olah tidak berpendidikan, sekalipun title yang disandang berderet. Hasil dari belajar selama belasan tahun seolah nihil. Sarjana lulusan perguruan tinggi pun banyak menjadi penipu, koruptor, dan melakukan tindakan kriminal lain yang sangat tidak mencerminkan sebagai seseorang yang berpendidikan.
Kedamaian dan keamanan hari ini seolah sulit digapai. Para ibu selalu ketakutan dengan suaminya yang bisa saja digaet oleh pelakor, takut anak mereka diculik orang jahat, ketakutan akan keamanan rumahnya dari kawanan pencuri atau perampok, dan juga ketakutan akan masalah ekonomi yang mencakup kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan yang sulit dicapai kesejahteraannya kini.
Berbagai masalah itulah yang kini mengimpit umat, bahkan para pengemban dakwah. Satu sisi mereka harus bergelut oleh masalah hidupnya yang menyangkut sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan anak, dan keamanan diri di tengah gencarnya kaum munafik mempropagandakan islamofobia. Namun di sisi lain, tugas itu kian berat ketika harus terjun di tengah masyarakat untuk membantu meluruskan perspektif mereka tentang Islam, membantu umat menyelesaikan permasalahannya, dan membantu umat dalam memahami Islam secara kaffah.
Tugas ini sangat berat. Berat sekali hingga tidak sedikit dari para pengemban dakwah itu berguguran dalam prosesnya. Tiap-tiap pengemban dakwah pasti diuji dengan ujiannya masing-masing yang sulit di tengah sistem buruk sekuler-kapitalisme ini. Namun, hal itu akan bertambah buruk apabila kita melepaskan diri dari ikatan dakwah.
Justru berkumpul dengan para pengemban dakwah, melakukan aktivitas dakwah, sibuk mengurusi umat dan menjadi dokter umat, serta aktif hadir halaqoh yang akan menguatkan kita di jalan terjal nan tajam ini.
Percayalah bahwa Allah justru akan membereskan segala persoalan kita apabila kita tulus, ikhlas dan semata-mata ingin meraih rida-Nya di jalan dakwah ini. Allah sendirilah yang menjamin itu dalam firman-Nya, “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Mungkin sebagian dari kita akan bertanya, sampai kapan penderitaan, kesengsaraan, dan kesusahan ini hadir menimpa kita?
Jawabannya sampai kita mati. Mati bukan akhir dari segalanya, namun justru awal dari nikmat yang Allah beri atas segala perjuangan dakwah kita. Percayalah bahwa buahnya akan manis dan akan kita nikmati setelah ini. Kalau tidak di dunia dengan tegaknya Khilafah sesuai apa yang kita cita-citakan untuk mengembalikan kehidupan Islam di tengah umat, ya pasti di sisi Allah hadiah yang akan kita nikmati.
Seperti para pejuang di Palestina. Mereka tak takut mati maupun diimpit segala kesusahan. Pilihannya dalam perjuangan mereka hanya ada 2, hidup dengan ketenangan dan kedamaian karena berhasil merdeka dari Zionis Yahudi atau hidup dengan bahagia di sisi Allah. Bukankah itu yang kita inginkan? Maka dari itu, doakan terus agar jalan yang kita tempuh ini istikamah berada di rel yang benar, dan doakan pula diri kita untuk istikamah hingga wafat di jalan ini.