
Oleh: Novita
(Muslimah Brebes)
Linimasanews.id—Hujan deras telah mengguyur wilayah Jabodetabek selama beberapa hari terakhir. Hal ini mengakibatkan terjadi luapan Sungai Ciliwung hingga Sungai Pesanggrahan membanjiri sebagian wilayah Jakarta hingga ketinggian air lebih dari 3 meter pada Selasa (kompas.com, 4/3/2025). Selain itu, di Bendungan Katulampa pun sempat dinyatakan siaga 1. Sehingga, hal ini memperparah terjadinya banjir kiriman dari Bogor ke Jakarta dan sekitarnya. Bahkan banjir di Bekasi pun mencapai 20 titik dengan ketinggian air bervariasi hingga ada yang mencapai 300 cm.
Sedangkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jakarta setidaknya ada 114 RT yang terdampak banjir hingga hari ini. Banjir tak hanya menerjang pemukiman saja. Berbagai fasilitas umum pun terkena dampak banjir hari ini. Seperti Mall Mega Bekasi, Stasiun Bekasi, hingga RSUD Kota Bekasi dan masih banyak lagi fasilitas umum yang terdampak.
Sejatinya, banjir yang menimpa wilayah Jabodetabek hari ini, sangat erat kaitannya dengan menjamurnya pembangunan yang tidak di rencanakan secara komprehensif, seperti pembangunan tata kota, pembangunan pabrik, alih fungsi lahan, hingga pembangunan kawasan wisata. Seharusnya dengan adanya bencana banjir hari ini dapat menyadarkan manusia tentang betapa Maha Besarnya Allah Swt. Allah mampu dengan sekejap mata membuat sejumlah wilayah penuh dengan genangan air. Namun, alih-alih manusia sadar akan pentingnya menjaga ekosistem alam, justru pembangunan makin tak terkendali hingga mengakibatkan wilayah yang terdampak makin meluas.
Begitulah potret buram pembangunan ala kapitalis. Sistem kapitalisme yang hanya mengandalkan keuntungan ekonomi semata. Untung rugi tujuan utama sebuah proyek dan kebijakan, tanpa mempertimbangkan akan keamanan dan keselamatan rakyat walaupun harus mengorbankan ekosistem alam.
Terus merebaknya eksploitasi sumber daya alam hingga kebijakan akan kepemilikan membuat semua seolah dinormalisasi. Sehingga peran pemerintah seolah berubah, pemerintah yang seharusnya melindungi dan mengutamakan rakyat, namun justru menjadi regulator antara para pengusaha dan rakyat.
Alih-alih berusaha untuk menjamin kehidupan rakyat, justru yang diutamakan adalah rakyat yang berduit atau rakyat kalangan konglomerat. Tak aneh memang, karena pemerintah hanya akan memberikan imbauan pada rakyat kecil tanpa memberantas hingga akar persoalannya.
Jauh berbeda ketika Islam yang dijadikan sebagai pedoman dalam membangun keluarga hingga membangun negara. Konsep pembangunan dalam Islam tentu akan menjaga kemaslahatan masyarakat serta keamanan lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Pembangunan dan tata kelola kota pun akan dilakukan dengan memperhatikan keselamatan rakyatnya. Pun dengan mengatasi berbagai bencana yang diakibatkan oleh faktor alam atau ulah tangan manusia, tentu akan ada upaya serius untuk menanganinya. Negara akan dilakukan tindakan pencegahan/preventif, kuratif, bahkan rehabilitatif seperti untuk mencegah banjir hebat, akan dibangun kawasan cagar alam, optimalisasi sumber daya alam serta mengupayakan pembangunan yang ramah lingkungan.
Ketika ada bencana, seorang khalifah akan segera mengevakuasi rakyatnya, membuka jalan akses untuk memudahkan proses evakuasi. Khalifah akan menyediakan tempat pengungsian untuk setiap warga terdampak. Selain itu, rakyat pun akan diberikan edukasi tentang pengelolaan emosi pasca terkena bencana, untuk menghilangkan trauma dan menyembuhkan luka psikis mereka. Rakyat juga akan diberikan pemahaman konsep qadha qadar sehingga hal itu akan meningkatkan kualitas keimanan mereka.
Begitulah jika solusi penyelesaian masalah dikembalikan pada aturan/sistem Islam, akan menyentuh akar persoalan. Sehingga rakyat dan allam pun akan saling menjaga tanpa saling merusak.
Kondisi itu tidak akan diperoleh jika sistem yang dipakai tetap menggunakan sistem kapitalisme. Maka, sudah seharusnya pengaturan dan pengelolaan negara saat ini menggunakan sistem yang sahih yang bersumber dari Allah Swt. Sehingga dengan mengembalikan sistem Islam tegak di muka bumi, maka akan tercapai kemaslahatan untuk seluruh alam. Wallahualam bisawab.