
Oleh: Ratna Kurniawati, SAB
Linimasanews.id—Idulfitri, hari raya kemenangan akan segera datang. Kemenangan sejati bagi seorang muslim adalah ketika mampu mendapatkan predikat takwa, bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga. Yaitu takwa yang bukan hanya di bibir, tetapi menjadikan perubahan yang nyata. Bukan hanya personal, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.
Namun, kondisi kaum muslim saat ini belum sepenuhnya bahagia. Ramadan yang dilalui di tengah kesengsaraan. Sistem kapitalis sekuler membuat beragam persoalan, baik ekonomi, sosial, politik, dan hukum. Karut-marut persoalan yang merupakan imbas dari penerapan sistem yang rusak kapitalis sekuler ini, seperti angka kemiskinan tinggi pengangguran dan PHK tinggi, kriminalitas meningkat, pajak meningkat, perampasan tanah rakyat oleh oligarki, dll. yang membuat rakyat semakin sengsara.
Sementara itu, kondisi di luar negeri khususnya dunia Islam juga tidak jauh berbeda. Palestina mengalami penjajahan Yahudi yang berlangsung selama puluhan tahun. Korbannya sudah puluhan ribu, baik anak-anak maupun perempuan. Mereka dibantai dengan sadis. Pembantaian dilakukan secara brutal, meskipun dalam kondisi gencatan senjata. Hal tersebut didukung oleh Amerika Serikat dengan pendanaan senjatanya. Harapan besar penguasa negeri-negeri muslim membantu mengusir penjajah, malah hanya bungkam serta memilih berdampak dan menjalin hubungan dengan Yahudi. Mereka seolah tutup mata terhadap penderitaan saudara-saudara muslim di Palestina.
Meskipun ada negara-negara Islam yang tidak mengalami penindasan, penyiksaan, pembunuhan, namun mereka mengalami penjajahan nonfisik, yakni penjajahan pemikiran. Sama seperti halnya Indonesia, terjajah sekularisme, yaitu pemikiran pemisahan agama dari kehidupan. Agama dianggap tidak dapat mengatur kehidupan secara keseluruhan.
Padahal, Indonesia merupakan negeri dengan mayoritas muslim. Namun, tidak menjadikan aturan Islam sebagai pedoman dalam pengaturan bernegara dan kehidupan. Penerapan sistem sekuler membuat berbagai persoalan tidak kunjung usai. Momentum hari Raya Idulfitri sekalipun, tampak sekadar perayaan tahunan, sementara kondisi kaum muslim dunia masih terjajah, baik secara fisik maupun pemikiran.
Hakikat kemenangan adalah ketika kaum muslim dapat menerapkan syariat Islam secara total dalam kehidupan. Ketika Islam diterapkan secara keseluruhan dalam bingkai daulah Khilafah Islamiyah, maka akan terwujud ketakwaan hakiki. Oleh karena itu, Hari Raya Idulfitri selayaknya menjadi momentum pengingat untuk berjuang mengembalikan kemenangan umat Islam sebagai umat terbaik.
Umat terbaik itu memiliki kekuatan sehingga diperhitungkan dalam percaturan politik dunia. Khilafah Islamiyah akan menjadi negara super power yang disegani dan ditakuti di dunia. Selain itu, menjadi negara yang mampu menyejahterakan rakyatnya, baik muslim maupun nonmuslim. Khilafah akan mengemban misi pembebasan berbagai negeri dari penjajahan, serta menjadikan Islam sebagai kiblat dunia.
Sejarah mencatat, selama 14 abad umat Islam berkuasa dan tampil menjadi sebaik-baiknya umat. Kekuasaan politik Islam, yakni daulah Khilafah Islamiyyah menguasai 2/3 dunia. Sejarah juga mencatat, peradaban Islam mampu menjaga kemuliaan umat dengan penerapan syariat Islam.
Hanya dengan institusi khilafah, hukum Allah Swt. dapat diterapkan secara sempurna. Tanpa khilafah, umat Islam kehilangan perisai/junnah sehingga menjadi bulan-bulanan musuh Islam. Kekayaan alam dan bangsanya diperbudak oleh penjajah. Oleh karena itu, terwujudnya janji Allah Swt. akan kembalinya khilafah berdasarkan manhaj kenabian perlu kita perjuangkan. Caranya, dengan beramal salih untuk mewujudkan kemenangan, dengan menapaki jalan dakwah sesuai dengan tahapan dakwah Rasulullah saw. Dengan dakwah, masyarakat akan tercerahkan sehingga dapat mengambil Islam sebagai solusi atas segala permasalahan.