
Oleh: Maulida Nafeesa M.Si
(Pemerhati pendidikan dan Media)
Linimasanews.id—Semua dunia melihat pembantaian massal rakyat palestina di Gaza. Saat sebagian dunia, termasuk negeri muslim menyoroti penderitaan rakyat Gaza dengan dukungan dan aksi kemanusiaan, Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim berusaha untuk membantu saudara muslim korban perang, baik dengan bantuan kemanusiaan, finansial, dan medis. Lalu muncul gagasan Presiden Republik Indonesia, Pak Prabowo sebelum lawatan ke Timur Tengah pada 9 April 2025 terkait evakuasi warga Palestina.
Presiden Prabowo mengungkapkan, “Indonesia siap menampung warga Palestina yang membutuhkan perawatan darurat akibat diserang Israel, diperkirakan jumlahnya sekitar 1.000 orang dan bersifat sementara yang mereka akan kembali ke tanah air nya ketika situasi sudah membaik.” Sebagaimana dilansir oleh Republika.co.id (12/04/25).
Hal ini justru memunculkan pertanyaan besar, benarkah ini bentuk solidaritas atau justru bagian dari agenda penjajah Zionis? Di balik narasi menyelamatkan nyawa, ada konsekuensi geopolitik yang tak bisa diabaikan.
Tekanan Politik Amerika
Rencana evakuasi dari Presiden Prabowo bisa dilihat dari perspektif lain, yaitu tekanan politik Donald Trump. Sebab, hal tersebut sangatlah mungkin karena wilayah teritorial Indonesia bagian selatan telah dikepung oleh kekuatan gabungan AUKUS (Australia, United Kingdom, United States). Jika keinginan Donald Trump untuk mengosongkan wilayah Palestina tidak dipenuhi oleh Indonesia, mungkin imbasnya kedaulatan Indonesia, terutama bidang ekonomi bisa dipertaruhkan (Republika co.id, 12/04/25).
Analisis Geopolitik
Secara geopolitik, evakuasi warga Gaza bisa dimanfaatkan Zionis Yahudi untuk mengubah realitas demografis dan legitimasi teritorial. Ketika rakyat Gaza tidak lagi tinggal di tanahnya, klaim Zionis atas wilayah tersebut makin menguat di hadapan dunia internasional. Inilah yang disebut sebagai strategi “pengosongan wilayah” untuk memperluas kekuasaan tanpa harus mengakui kejahatan perang yang mereka lakukan. Negara-negara yang mengizinkan evakuasi justru tanpa sadar berperan dalam mencuci tangan penjajah dari kejahatan genosida.
Evakuasi Bukan Solusi Hakiki
Rakyat Gaza yang keluar dari tanahnya justru sama dengan mengosongkan bumi para syuhada itu dari penduduk aslinya. Ketika penjajah ingin menguasai seluruh wilayah Palestina, upaya “evakuasi kemanusiaan” bisa menjadi dalih manis untuk menghilangkan eksistensi bangsa Palestina dari tanah mereka sendiri. Evakuasi atas nama pengobatan atau nilai kemanusiaan apa pun (kecuali di perbatasan atau negara tetangga) ditolak oleh Liga Arab, karena substansinya sama saja, yaitu pengosongan tanah dari pemiliknya.
Evakuasi ini justru menguntungkan penjajah dan menjauhkan umat dari solusi syar’i. Seharusnya, solusi yang menjadi agenda utama para pemimpin muslim adalah menerima seruan jihad fi sabilillah, bukan malah membuka gerbang eksodus rakyat Gaza yang hanya memperkuat klaim kosong Israel bahwa Palestina sudah tak berpenghuni. Jihad bukan sekadar amunisi dan senjata, tetapi pengorbanan besar dari negeri-negeri kaum muslim yang bersatu mengirimkan pasukan untuk membebaskan Al-Aqsha.
Negeri muslim sejatinya akan kuat dan tak tertandingi dari segi militer dan persenjataan, begitu pun dalam politik dan ekonomi melawan negara kufur Amerika, Zionis Yahudi, dan negara penjajah lainnya. Jikalau seluruh negeri muslim bersatu dalam khilafah Islamiyyah dengan aturan syariat Islam, penjajahan akan segera terselesaikan. Dalam sejarah Islam, pembebasan negeri muslim yang dijajah tak pernah dilakukan dengan cara mengevakuasi rakyatnya, tetapi dengan jihad dan persatuan umat.
Salahuddin Al-Ayyubi tak menyelamatkan rakyat Al-Quds dengan mengungsikannya ke Mesir, tetapi dengan mengirim pasukan menaklukkan pasukan Salib dan mengembalikan tanah itu ke pangkuan Islam. Maka hari ini pun, umat Islam seharusnya menyerukan hal yang sama kepada para pemimpin negeri-negeri muslim: buka perbatasan, kirim bantuan, dan nyatakan jihad!
Membangun Opini di Media
Kaum muslim di seluruh dunia wajib bersatu membangun opini umum di media sosial dan ruang publik: bahwa Palestina tidak butuh pemukiman baru, tapi pembebasan total dari penjajahan. Kampanye global harus bergeser dari narasi kemanusiaan yang pasif, menjadi narasi perjuangan dan pembebasan dengan turunnya pasukan muslim untuk berjihad. Media sosial bisa menjadi senjata ampuh untuk menggugah umat dan mendesak penguasa muslim agar bertindak nyata.