
Oleh: Rini Rahayu
(Aktivis Muslimah)
Linimasanews.id—Batman superhero dalam dunia fiksi mempunyai banyak trik untuk mengelabui lawannya. Demikian pula dengan sistem kapitalisme yang terus membuat jebakan-jebakan yang bisa mengelabui dan menjerat rakyat. Produk-produk jasa keuangan yang seolah-olah menjadi dewa penolong dikala kesulitan keuangan, justru bisa jadi hanya akan menambah masalah keuangan masyarakat dan menyebabkan ekonomi makin sulit.
Saat ini, sedang digandrungi metode utang terbaru, yaitu Buy Now Pay Later (BNPL). BNPL menawarkan solusi belanja yaitu bisa bertransaksi terlebih dahulu dan membayar kemudian. Sekilas metode ini menawarkan kebaikan bagi penggunanya, karena bisa membantu terpenuhinya keinginan belanja tanpa harus membayarnya saat itu juga. Namun, apakah memang benar dan tepat bisa dijadikan solusi dalam masalah keuangan dan kemudahan dalam bertransaksi atau justru sebaliknya akan menimbulkan masalah baru?
Menurut data yang diperoleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bahwa telah terjadi pertumbuhan sebesar 36,60 persen dibanding tahun sebelumnya bahkan mengalami lompatan yang cukup besar yaitu sebesar 46,45 persen dalam pembiayaan BNPL atau paylater perbankan dalam kurun waktu Januari 2025. Secara umum, besarnya transaksi debet kredit BNPL/paylater ini mencapai Rp 21,98 triliun (Kompas.com 12/04/2025).
Daya beli masyarakat sedang tidak baik-baik saja bahkan cenderung menurun di berbagai daerah di Indonesia. Gelombang PHK di berbagai daerah, meroketnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, beban utang yang makin menggunung, adalah beberapa penyebab terjadinya penurunan daya beli ini. Melemahnya kondisi perekonomian secara global pun mempunyai andil.
Kondisi ekonomi rakyat yang makin sulit menjadi pemicu masyarakat untuk berutang dengan memanfaatkan paylater (pembayaran tunda). Di saat tidak ada uang, tetapi keinginan belanja tinggi, maka paylater adalah pilihan yang menggiurkan. Kondisi ini sangat marak terjadi.
Kapitalisme Mendorong Konsumerisme
Sistem kapitalisme menetapkan standar kebahagian berdasarkan materi, makin tinggi pemenuhan keinginan akan membuat seseorang makin bahagia. Oleh karena itu, keberadaan paylater ini dianggap solusi dalam mengatasi keinginan belanja. Sistem ini jelas berbahaya karena mengandung jebakan.
Berbagai rayuan maut diluncurkan agar masyarakat tergiur untuk bertransaksi walaupun sebenarnya tidak membutuhkan barang-barang tersebut. Promo-promo menarik dibuat sedemikian rupa agar masyarakat terlena dan terus belanja tidak peduli kondisi keuangannya. Masyarakat pada akhirnya terperangkap dalam konsumerisme.
Jebakan Batman
Masyarakat dimanjakan dan diberi kemudahan untuk meraih kebahagiaan dalam sistem kapitalisme. Tujuan utama yang sebenarnya adalah hanya memanfaatkan keadaan masyarakat demi keuntungan pengusaha atau pemilik modal semata. Bahkan masyarakat dilenakan dengan kemudahan dan rayuan maut untuk melakukan transaksi terus-menerus dan akan tersadar ketika tagihan BNPL makin menggunung dan masyarakat pun akhirnya kesulitan untuk membayarnya.
Kondisi ini akan mendorong peningkatan kredit macet dan masyarakat pengguna BNPL pun akan terjebak dalam kondisi finansial yang makin memburuk. Hasrat hati hendak memperoleh kemudahan, justru makin memperparah keadaan perekonomiannya. Bahkan, paylater sangat memungkinkan siapa pun kehilangan harta yang tersisa demi untuk melunasi utang-utangnya.
Keinginan untuk hidup yang serba mudah dan mewah tanpa memperhatikan kemampuan adalah buah dari sistem kapitalisme. Pencapaian kebahagiaan yang diukur berdasarkan materi akan makin menjauhkan masyarakat dari agama. Masyarakat akan menggunakan berbagai cara untuk memenuhi keinginannya tanpa melihat halal haram dan baik buruknya ditinjau dalam segi agama. Kondisi seperti ini akan melahirkan masyarakat yang mengedepankan hasrat atau hawa nafsunya termasuk dalam berbelanja.
Kapitalisme memberikan kebebasan, apa saja boleh dilakukan yang penting mendatangkan keuntungan. Jadi suatu hal yang lumrah apabila bisnis pinjaman atau memberi utang seperti pinjol dan paylater akan berkembang pesat, walaupun bisnis ini mengandung riba. Bahkan Negara tidak berperan mengaturnya tetapi justru mendukung dan memfasilitasi bisnis ini agar masyarakat mudah mengaksesnya.
Paylater Menurut Islam
Konsep benar atau salah, halal atau haram sangat jelas dalam Islam. Menurut pandangan Islam, pembayaran paylater ini adalah haram, karena mengandung unsur riba. Yaitu, seseorang membeli barang kemudian meminta pihak ketiga untuk membayarkannya dan disertai tambahan, inilah yang dinamakan riba.
Gaya hidup hedonis, materialistis dan membeli berdasarkan keinginan tidak dianjurkan dalam Islam. Islam mengajarkan bahwa seorang muslim harus hemat dan membeli hanya yang dibutuhkan saja bukan berdasarkan hawa nafsunya.
Seorang muslim diwajibkan untuk terikat dengan hukum syarak dan melakukan semua perbuatannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Dalam semua amal perbuatannya, seorang muslim harus selalu merasa diawasi dan terhubung dengan Allah Swt. (muroqoballah) dan yakin bahwa segala perbuatannya akan dihisab. Inilah yang membuat umat Islam akan berusaha untuk taat dalam kondisi apa pun.
Hanya sistem Islam yang dapat menerapkan aturan Islam secara sempurna/kaffah. Sistem jual beli pun akan diatur agar masyarakat tidak berlebihan dan tidak melanggar atau harus sesuai dengan hukum syarak. Sistem sanksi yang tegas dan jelas akan diterapkan terhadap semua pelanggaran. Sehingga orang akan takut melanggar dan tidak akan mengulanginya lagi.
Dengan demikian, sistem Islam tidak akan memberikan ruang untuk budaya materialistis dan konsumerisme. Masyarakat akan memiliki standar kebahagian yang sebenarnya bukan berdasarkan materi dan hawa nafsu tetapi hanya untuk mencapai ridha Allah Swt. Sistem ekonomi Islam akan menjamin kesejahteraan rakyat. Praktik-praktik ribawi akan dihapuskan dan negara akan melindungi rakyatnya.