
Oleh: Luthfia Rifaah, S.T., M.Pd.
Linimasanews.id—Fatima Hassouna, seorang jurnalis muda asal Palestina berusia 25 tahun, telah gugur dalam sebuah serangan rudal brutal yang dilancarkan oleh militer Israel di Gaza. Berdasarkan laporan CNN pada Minggu (20/4/2025), Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa Fatima syahid bersama tujuh anggota keluarganya setelah tempat tinggal mereka di kawasan Al Nafaq, Kota Gaza, dihantam serangan tersebut.
Sepupu Fatima, Hamza Hassouna, menyampaikan kesaksiannya atas tragedi yang terjadi pada Jumat (18/4/2025). “Saya sedang duduk ketika dua roket menghantam, satu jatuh di dekat saya dan satu lagi di ruang tamu. Rumah itu runtuh dan semuanya berubah menjadi bencana,” tuturnya.
Fatima bukanlah jurnalis biasa. Ia dikenal sebagai sosok yang berani menyuarakan penderitaan rakyat Palestina melalui karya jurnalistiknya. Bahkan, ia menjadi tokoh sentral dalam sebuah film dokumenter berjudul Put Your Soul On Your Hand And Walk, yang tetap dijadwalkan tayang di ajang Festival Film Cannes bulan depan sebagai penghormatan atas keberaniannya.
Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina (Palestinian Journalist’s Protection Center/PJPC) turut menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya Fatima. Mereka mengecam tindakan Israel sebagai kejahatan terhadap jurnalis dan pelanggaran terhadap hukum internasional. Namun, kisah tragis Fatima hanyalah satu dari sekian banyak penderitaan yang dialami umat Islam di Gaza.
Serangan demi serangan terus menggempur. Sementara dunia hanya bisa mengecam tanpa tindakan nyata. Bahkan para pemimpin negeri muslim pun hanya membatasi diri pada kutukan lisan tanpa mengerahkan kekuatan militer untuk membela saudara seiman di Palestina.
Padahal Allah Swt. dengan tegas memerintahkan kaum muslim untuk menolong sesama saudara Muslim. Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa apabila satu bagian tubuh terluka, maka seluruh tubuh turut merasakannya. Maka menolong Palestina bukan hanya kewajiban moral, melainkan perintah syariat.
Selama umat Islam masih terkungkung dalam belenggu nasionalisme kolonialisme, maka persatuan hakiki tidak akan pernah terwujud. Nasionalisme telah memecah belah kekuatan umat dan menjadi penghalang utama dalam menggerakkan jihad sebagai solusi syar’i. Umat harus sadar bahwa penjajahan hanya dapat dihentikan melalui persatuan di bawah satu kepemimpinan global yaitu Khilafah Islamiyah, perisai umat yang sejati.
Oleh karena itu, umat Islam harus menyerukan seruan yang sama ke seluruh penjuru dunia yaitu seruan untuk bersatu, bangkit, dan menuntut para penguasa muslim menunaikan kewajiban syar’i mereka membebaskan Palestina dengan kekuatan nyata, bukan hanya retorika. Gerakan umat juga perlu diarahkan dan dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis yang konsisten menyerukan jihad dan penegakan Khilafah. Para pengemban dakwah harus terus melangkah, mengerahkan segala daya dan upaya agar umat bersatu dalam perjuangan untuk menegakkan kembali kehidupan Islam.
Dengan berdirinya kembali Khilafah, persoalan umat di dunia, termasuk penjajahan atas Palestina akan mendapat penyelesaian yang tuntas. Khilafah bukan sekadar sistem pemerintahan, tetapi institusi Islam yang akan menyatukan seluruh kaum muslim dalam satu kepemimpinan global. Khilafah tegak berlandaskan syariat dan menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber hukum. Di bawah naungan Khilafah, jihad akan digerakkan sebagai sarana legal dan sah untuk membebaskan wilayah-wilayah yang dijajah, termasuk Palestina.
Khilafah akan mengerahkan segenap potensi umat—baik kekuatan militer, ekonomi, hingga diplomasi untuk menghentikan kezaliman dan menegakkan keadilan. Lebih dari itu, Khilafah akan membangun kembali peradaban Islam yang mulia, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, melindungi jiwa, kehormatan, dan harta, serta menjamin kesejahteraan seluruh rakyat muslim maupun nonmuslim. Dunia akan menyaksikan bagaimana Islam mampu mewujudkan tatanan global yang adil dan penuh rahmat, sebagaimana pernah terjadi di masa Rasulullah saw. dan para khalifah sesudahnya.
Perjuangan untuk menegakkan Khilafah bukan sekadar solusi bagi Palestina, tetapi juga jalan untuk membebaskan seluruh umat dari belenggu penjajahan, kehinaan, dan perpecahan. Sudah saatnya umat Islam bangkit dari kelalaian, meninggalkan sistem buatan manusia yang telah gagal melindungi mereka, dan kembali kepada Islam sebagai satu-satunya ideologi yang mampu memimpin dunia. Inilah seruan zaman, hanya dengan kesungguhan, keikhlasan, dan perjuangan bersama, umat Islam akan kembali menjadi umat terbaik yang memimpin umat manusia menuju cahaya kebenaran dan keadilan sejati.