
Suara Pembaca
Program Pangan Dunia (WFP) mengumumkan stok makanan mereka di Jalur Gaza telah habis. Hal ini terjadi di tengah blokade ketat yang telah berlangsung hampir delapan pekan oleh Israel, yang membuat ratusan ribu warga Palestina kehilangan sumber makanan utama mereka. Dalam pernyataan resminya, WFP menyebut bantuan terakhir telah disalurkan ke dapur umum yang mereka dukung di berbagai wilayah Gaza. Hari ini, WFP mengirimkan stok makanan terakhir yang tersisa ke dapur umum di Jalur Gaza, “ujar pernyataan WFP, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (kompas tv, 25/4/2025).
Gaza makin mengerikan. Makanan tidak tersedia, yang ada hanya pasta dan nasi yang jumlahnya sangat sedikit dan tidak mencukupi meski hanya untuk setengah penduduk. Apalagi setelah pengeboman satu-satunya pabrik yang masih berdiri. Harga bahan-bahan di pasaran sangat tinggi dan itu pun hampir habis. Ketersediaan air juga langka. Sementara dapur-dapur umum sudah tidak bisa beroperasi karena habisnya bahan.
Kekejaman luar biasa dan serangan pasukan Zionis di tanah Gaza ini pula yang menyebabkan Amerika secara terbuka mendukung penjajahan dengan sokongan politik, dana, dan persenjataan yang jumlahnya luar biasa. Tak heran jika dampak perang tersebut mengerikan. Kondisi ini dari hari ke hari kian mencekam. Sampai-sampai media saat ini menyebut tanah Gaza sebagai “Tanah Keputusasaan” (Land of Disperation). Gaza sekali lagi mencapai titik krisis.
Cara pandang kehidupan yang didominasi keserakahan dan kekuasaan sekularisme dan kapitalisme membuat hati “tetap nyaman” melihat jutaan nyawa terancam kematian dan mayat anak-anak tidak berdosa terus bergelimpangan. Apakah tidak teriris hati kita ketika melihat saudara kita di bombardir begitu ganasnya? Di mana rasa kemanusiaan? Apakah sudah mati rasa? Senyaman itukah kehidupan kita, sehingga kita tidak mau ambil pusing dengan penderitaan saudara kita di Gaza.
Tidak lain, ide yang terlahir dari sistem sekuler kapitalisme, salah satunya adalah nasionalisme, penyekatan bangsa-bangsa. Sehingga penderitaan saudara kita di Palestina bukan menjadi urusan negara Islam lainnya. Pemimpin-pemimpin Islam dalam sistem kapitalisme seperti sudah mati rasa terhadap penderitaan warga Palestina. Pemimpin kapitalisme lebih mencintai kekuasaan dari pada menolong saudara seakidahnya.
Sejatinya, pemimpin yang hanya takut kepada Allah Swt. hanya ada dalam sistem Khilafah. Karena hanya dalam Islam menjadikan penguasa itu sebagai perisai bagi rakyatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Al-imamu junnah”. (HR Bukhari Muslim)
Islam juga memerintahkan untuk saling membantu, termasuk dalam menghadapi kelaparan. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal mengetahuinya.” (HR Thabrani)
Juga dalam hadis, “Tidak disebut mukmin orang yang kenyang, sementara tetangganya dalam keadaan lapar.”(HR Bukhari)
Pada hakikatnya, Islam itu bersaudara dan bagaikan satu tubuh. Sudah sepantasnya kita ikut merasakan penderitaan saudara seakidah kita yang berada dibawah jajahan para Zionis. Tiga hal yang dapat kita lakukan untuk membela rakyat Palestina; pertama, jihad doa sehingga jangan pernah lelah mendoakan saudara kita di Palestina. Kedua, jihad media sosial dengan menggunakan handphone kita untuk menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak Palestina. Ketiga, jihad ekonomi dengan cara berhenti dan memboikot produk yang mendukung Zionis.
Perjuangan kita tidak hanya sampai disini tetapi sampai datangnya pertolongan Allah Swt. Sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah Swt. yaitu hadirnya kepemimpinan Islam, karena solusi tuntas Palestina adalah jihad dan khilafah. Kaum muslim tidak bisa masuk ke dalam kancah peperangan, baik secara langsung maupun mengirim amunisi, mengirim logistik, mengirim tentara dan sebagainya, tanpa satu otoritas tertinggi yakni Khilafah. Solusi tuntas menyelesaikan problematika ini adalah kembali pada solusi Islam, yakni jihad fi sabilillah yang dilakukan Khilafah Islamiah.
Vitasari
(Ibu Peduli Negeri)