
Suara Pembaca
“Bukan salah bunda mengandung, tetapi sistem tak mendukung.” Publik tengah dihebohkan dengan dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025. Menanggapi hal ini, panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) pun buka suara. Dalam keterangan resminya, panitia SNPMB menyayangkan dan mengutuk kecurangan dalam pelaksanaan UTBK SNBT 2025. Pasalnya, hal ini dianggap mencederai prinsip keadilan, integritas dan kejujuran yang menjadi dasar seleksi nasional (25/4).
Kecurangan dalam UTBK sering kali dipandang hanya sebagai masalah individu yang tidak jujur, namun akar persoalannya jauh lebih dalam yakni kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme, nilai seseorang seringkali diukur dari pencapaian materi dan status sosial yang sebagian besar bergantung pada akses perguruan tinggi bergengsi. Tekanan untuk masuk Universitas favorit demi menjamin masa depan ekonomi membuat banyak orang membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut termasuk curang.
Pendidikan dalam kapitalisme diperlakukan sebagai komoditas yang diperjual belikan, sehingga orientasinya hanya materi. Lembaga bimbingan belajar mahal, jaringan koneksi elite dan bahkan praktek curang berbayar menjadi bukti nyata bagaimana kapitalisme mendorong ketimpangan dalam akses dan hasil pendidikan. Maka kecurangan di UTBK bukan sekadar soal moral individu melainkan cermin dari sistem yang menormalisasi persaingan tak sehat demi keuntungan dan status dalam tatanan kapitalistik.
Di sisi lain, pendidikan yang sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan melahirkan individu-individu yang tidak bertakwa, tidak memahami batasan halal dan haram dan hanya bersikap liberal serta mengejar manfaat duniawi. Hal ini adalah buah dari sistem hidup saat ini yang berlandaskan kapitalisme yang menjadikan ukuran keberhasilan, kebahagiaan berorientasi pada hasil atau materi. Pendidikan yang seharusnya mencetak manusia berkarakter mulia justru menjadi pabrik penghasil tenaga kerja yang siap bersaing tanpa nilai moral, ibarat kata.
Oleh karena itu, solusi atas maraknya kecurangan dalam UTBK tidak bisa diserahkan kepada sistem sekuler kapitalistik yang justru menjadi akar masalah itu sendiri. Solusi sejati hanya bisa datang dari Islam, yang merupakan rahmat bagi seluruh alam. Dalam sistem Islam, Khilafah bertanggung jawab penuh untuk membina dan membentuk kepribadian mulia warga negaranya. Dalam sistem Khilafah, pendidikan Islam dilakukan beberapa mekanisme untuk melahirkan generasi tangguh, di antaranya:
Pertama, membina dan membentuk kepribadian mulia. Kedua, pendidikan diselenggarakan untuk menumbuhkan ketakwaan dan kecintaan kepada syariat. Ketiga, negara menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas. Keempat, membentuk kesadaran tentang halal dan haram, serta nilai amanah juga kejujuran.
Selain pembinaan, sistem sanksi yang adil dan tegas diberlakukan untuk menjaga integritas masyarakat. Dengan demikian, Khilafah mewujudkan sistem pendidikan dan sosial yang mencegah kecurangan, bukan hanya dengan hukuman tetapi dengan membentuk individu-individu, lengkap di atas dasar akidah yang kokoh, di mana standar benar dan salah sepenuhnya bersumber dari wahyu Allah, bukan dari akal manusia atau pertimbangan manfaat semata.
Negara dalam sistem Islam wajib membina keimanan rakyatnya melalui pendidikan yang berbasis tauhid, membiasakan amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat serta menerapkan hukum-hukum syariat Allah. Setiap individu dididik untuk memiliki kesadaran bahwa segala perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Subhanahu wa Taala.
Rahma Wati
(Pemerhati Sospol, Deli Serdang)