
Oleh: Ummu Husna
Linimasanews.id—Genosida terhadap penduduk Palestina terutama yang berada di wilayah Gaza hingga hari ini terus berlangsung. Perang yang telah menewaskan sekitar 52.000 penduduk Palestina sejak Oktober 2023 lalu belum juga berakhir. Meskipun banyak negara dari berbagai penjuru dunia berusaha mendesak agar Israel mengakhiri aneksasinya, namun zionis penjajah itu tetap melanjutkan aksinya, menghancurkan Palestina secara membabi buta.
Bahkan, sikap Netanyahu dan militernya makin brutal setelah dilakukannya pelanggaran gencatan senjata. Pihak zionis sampai memberlakukan blokade total atas Gaza, hingga membuat kondisi di sana makin mengerikan. Rakyat dibiarkan kelaparan. Kalangan medis, polisi, hingga jurnalis pun menjadi sasaran pembantaian. Situasi di Gaza memang bisa dikatakan sebagai pembunuhan massal karena semua yang dilakukan zionis di Palestina di luar batas kemanusiaan.
Dukungan terhadap Palestina
Sebagian besar penduduk di dunia mulai menyadari akan kebejatan tentara zionis Israel dalam menghancurkan penduduk Palestina. Namun, mereka hanya bisa melakukan aksi-aksi bela Palestina dalam menunjukkan dukungannya. Sekalipun bukan muslim, tetapi dengan rasa kemanusiaan penduduk di wilayah Eropa dan Amerika juga melakukan aksi.
Negara-negara Barat, seperti Inggris dan Prancis yang selama ini mendukung zionis Israel, sekarang mulai melakukan tarik ulur terhadap dukungannya. Hal ini dilakukan setidaknya untuk meredam berbagai tekanan, baik dari internal ataupun eksternal yang mulai banyak bermunculan. Sebab, bagaimanapun juga pemerintahan Barat turut andil dan bertanggung jawab dalam menciptakan situasi yang makin parah di wilayah Gaza.
Selain berbagai aksi bela Palestina, konferensi-konferensi terkait Gaza juga makin bermunculan di berbagai tempat dan negara dengan tuntutan yang sama, yaitu pengiriman tentara (jihad) dan khilafah. Salah satunya, konferensi dunia untuk Palestina yang dilakukan di Istanbul Turki pada tanggal 27 April 2025, yang mengangkat tema “Kemenangan untuk Gaza adalah tanggung Jawab umat” (nasional.sindonews.com, 28/4/2025).
Ketakutan Barat terhadap Khilafah (Pemerintahan Islam)
Krisis yang terjadi di Gaza justru membuka peluang yang lebih lebar atas kesadaran umat Islam akan kewajiban serta urgensi khilafah. Hal ini sangat disadari oleh Barat selaku pihak-pihak yang memusuhi Islam. Kondisi ini menjadikan segala upaya yang dilakukan oleh Barat dalam rangka menghadang isu khilafah menjadi sia-sia. Artinya, krisis di Gaza telah menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat, sekaligus sebagai penanda terbitnya fajar khilafah.
Masa depan negara-negara Barat juga akan merasa terancam ketika zionis mengalami kekalahan dalam peperangan melawan tentara-tentara Palestina. Mereka menggunakan narasi terkait ancaman kebangkitan khilafah dalam rangka melegalkan tindakannya dan menguatkan fobia di tengah-tengah negara Barat serta para penguasa negeri-negeri Arab yang menjadi antek-antek Barat. Menurut mereka, kebangkitan khilafah merupakan mimpi buruk.
Ketakutan negara-negara Barat akan tegaknya Khilafah ini tampak dari berbagai pernyataan para pemimpin negara-negara Barat yang secara terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya akan penyebaran ideologi Islam dan gagasan tentang khilafah. Karenanya, sejak saat itu berbagai proyek global dalam bentuk teror berbasis kerja intelegen terjadi di mana-mana, dengan target memonsterisasi dan mengkriminalisasi ajaran khilafah dan pengembannya agar terasingkan dari umat (muslimahnews.net, 08/05/2025).
Khilafah adalah Keniscayaan
Meskipun tegaknya khilafah merupakan sebuah keniscayaan dalam sejarah, tetapi wajib bagi para pengemban dakwah untuk senantiasa lebih masif lagi dalam menggencarkan dakwah penegakan khilafah di semua kalangan masyarakat. Semua itu dilakukan hingga terwujudnya opini umum di tengah-tengah masyarakat atas kesadaran umum tentangnya.
Dakwah yang dilakukan untuk menyebarkan opini tersebut wajib mengikuti metode dakwah Rasulullah dengan cara penyadaran berbasis akidah Islam, hingga terbentuk dukungan yang sangat kuat dari umat untuk mendorong adanya perubahan yang mendasar. Perubahan tersebut akan diperlihatkan dengan dibaiatnya seorang khalifah untuk memimpin seluruh umat Islam di penjuru dunia.