
Oleh: Nafeesa Taqiya
Linimasanews.id—Penderitaan yang dialami rakyat Palestina telah sampai pada batas di luar nalar manusia. Blokade ketat dan hujan mesiu membuat kaum muslimin di sana bertaruh nyawa setiap hari, antara syahid terkena peluru, rudal, dan ledakan bom Israel atau syahid karena tidak ada apapun yang bisa dimakan. Kini, satu dari lima warga Gaza kelaparan sedang nyawa terus berguguran akibat serangan Israel (aljazeera.com, 12-14/5/25).
Dari Nu’man bin Basyir, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebiadaban Zionis Israel telah dipertontonkan dengan jumawa pada dunia sejak Oktober 2023 silam. Namun, para penguasa negara Barat dan pemimpin negeri-negeri muslim masih sibuk dalam retorika dan silat lidah mereka di sidang PBB dan forum-forum internasional lainnya. Tak ada satu solusi kongkrit pun yang dihasilkan selain kecaman dan desakan untuk gencatan senjata. Padahal, pendudukan Israel di tanah Palestina telah dimulai sejak perjanjian Balfour tahun 1917. Artinya, penderitaan rakyat Palestina telah berlangsung lebih dari 1 abad lamanya tanpa ada langkah berarti dari dunia internasional untuk menghentikannya.
Maka memilih bertahan dalam solusi dua negara (two-nation state) adalah sebuah kekonyolan. Seba, Zionis Israel akan terus merangsek membumihanguskan tanah Palestina hingga berhasil merampas keseluruhannya. Gencatan senjata hanyalah ilusi untuk memberi Zionis Israel waktu mengumpulkan kekuatan kembali untuk menyerang Palestina.
Tak banyak yang sadar, bahwa tanah yang diimpikan Zionis Israel, yang disebut the Greater Israel, tidak hanya mencakup Palestina, tetapi membentang dari Sungai Nil hingga Eufrat, memuat juga seluruh wilayah Yordania serta sebagian wilayah Mesir, Suriah, Lebanon, Irak, dan Arab Saudi (mepei.com). Peta the Greater Israel atau Israel Raya ini bahkan terpasang pada emblem seragam tentara Israel Defence Force dan menuai banyak kecaman setelah diunggah di platform X (kompas.com, 22/6/24). Jika Israel tidak dihentikan, bukan hanya Palestina yang akan mereka kuasai, tetapi juga negeri-negeri muslim lainnya.
Sayangnya, negeri-negeri muslim kini terpecah belah dalam sekat-sekat negara bangsa. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar, tapi sama sekali tak ‘bertaring’ menghadapi Israel. Padahal, dalam Ranking Kekuatan Militer tahun 2025 yang dipublikasikan The Global Firepower tercatat ada 3 negara Muslim yang menempati posisi 13 teratas di dunia bahkan di atas German dan Israel, yakni Turki (ke-9), Pakistan (ke-12), dan Indonesia (ke-13) disusul Iran, Mesir, dan Saudi Arabia pada posisi ke 16, 19, dan 24 (globalfirepower.com).
Kemudian sejak 2015, telah berdiri aliansi kekuatan militer 42 negeri muslim yang tergabung dalam The Islamic Military Counter Terrorism Coalition (IMCTC) yang berpusat di Arab Saudi. Sayangnya, kekuatan sedemikian besar hanya diarahkan untuk mengikuti agenda ‘konter-terorisme’ Barat, khususnya AS, yg islamophobic.
Para pemimpin negeri Muslim ini mengabaikan panggilan jihad melawan Israel yang baru-baru ini diserukan persatuan ulama internasional International Union Of Muslim Scholars (IUMS). Dikutip Middle East Eye (4/4/2025), Ali Al Qaradaghi, Sekjen IUMS mengatakan, “Ketidakmampuan pemerintah Arab dan Islam dalam membela Gaza saat sedang dihancurkan, menurut hukum Islam merupakan kejahatan besar terhadap saudara-saudara kita yang tertindas di Gaza.”
Dunia Islam saat ini dipertontonkan kemunafikan yang luar biasa dari para pemimpin negeri muslim. Di berbagai liputan media kita melihat, Erdogan, misalnya, dengan lantang mengutuk Israel dan menuntut mereka menghentikan genosida di Palestina, tapi di balik layar, Turki masih menjalin hubungan dagang yang sangat mesra dengan Israel (tradingeconomics.com). Kutukan terhadap Israel juga disampaikan Mesir, Iran, Saudi Arabia, dan Yordania (aljazeera.com, 15/3/25).
Namun, hubungan baik antara Israel dengan negeri-negeri Timur Tengah tersebut seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Mesir, Yordania, Oman, Moroko, Bahrain, dan Sudan telah lama terjalin, meliputi kerjasama ekonomi hingga militer (trtworld.com).
Begitu pula dengan negeri-negeri muslim lain seperti Kazakhstan dan Azerbaijan yang menjadi pemasok utama minyak ke Israel sampai ratusan ribu barrel per hari (thecradle.co, 31/1/24).
Di Indonesia pun, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat hingga 2024 kemarin, Indonesia masih mengimpor barang dari Israel, dan jumlahnya bahkan melonjak dari tahun sebelumnya menjadi 205% (cnbcindonesia.com, 17/9/24).
Sungguh ironis. Di Palestina, kaum muslim terjajah dan terusir dari tanahnya sendiri hingga satu abad lamanya, namun di belahan bumi yang lain, saudara seimannya, para pemimpin negeri muslim sibuk asik masyuk dengan penjajahnya. Mereka punya sumber daya ekonomi dan pertahanan militer yang kuat, tetapi tidak digunakan untuk menolong saudaranya yang tertindas, malah justru memperkuat negara kafir penjajah secara ekonomi dan militer karena takut kehilangan posisi dan kekuasaannya. Allah Swt. berfirman dalam QS. An Nisa ayat 139,
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”.
Makna auliya (أَوْلِيَاءَ) dalam ayat ini adalah walijah (وَلِيجةُ) yakni “orang kepercayaan, yang khusus dan dekat” (lihat Lisaanul ‘Arab). Auliya dalam bentuk jamak dari wali (ولي) juga dimaknai orang yang lebih dicenderungi untuk diberikan pertolongan, rasa sayang dan dukungan (Aysar, At Tafasir, 305). Menjadikan orang kafir sebagai auliya artinya lebih memilih pro, loyal, dan cinta terhadap mereka dibandingkan terhadap sesama mukmin. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah Taala menyematkan sifat ‘munafik’ kepada orang-orang semacam ini. Mereka bermuka dua.
Ketika tidak ada orang mukmin, orang munafik berkata kepada orang kafir: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah main-main’ (yaitu ketika orang munafik menampakkan seolah setuju terhadap orang mukmin). Maka Allah pun membantah sikap mereka dengan ayat ini.
Sesungguhnya kemenangan orang-orang mukmin atas orang kafir telah Allah janjikan di dalam Al-Qur’an. Hanya saja, dibutuhkan kesadaran global dari kaum muslimin untuk bersatu di bawah satu kepemimpinan yang tegak secara independen, jauh dari intervensi orang-orang kafir, di atas sunnah Rasulullah saw., yakni Khilafah.
Firman Allah Swt. dalam surah An-Nur ayat 55 berbunyi,
وَعَدَ اللَّـٰهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدُ فِئُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. ‘Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik.”
Palestina dan negeri-negeri muslim yang terjajah lainnya akan terbebas dengan tegaknya Khilafah Islamiyah yang akan mengomando tentara-tentara muslim untuk berjihad mengusir para kafir penjajah. Khilafah akan menjadi perisai yang melindungi kehormatan dan keamanan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
“Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim)
Wallahu a’lam.