
Oleh: Elfia Prihastuti
(Praktisi Pendidikan)
Linimasanews.id—Kenestapaan tak kunjung beranjak dari Gaza Palestina. Hantaman bom yang berdentum setiap saat, hancurnya rumah untuk berteduh dan sarana umum bahkan hilangnya ribuan nyawa belumlah cukup memuaskan Zionis menyaksikan penderitaan muslim Palestina. Derita itu kini telah berganti menjadi keluh sunyi dari perut-perut kosong yang menjerit perih dalam diam. Kini kelaparan telah menjadi senjata yang cukup mematikan.
Sejak Zionis Israel melumpuhkan bantuan kemanusiaan di Gaza pada 2 Maret 2025, sungguh hal ini makin menambah krisis kemanusiaan di bumi para nabi. Bahkan setelah blokade itu telah berjalan 80 hari, Zionis Israel hanya mengizinkan 9 truk bantuan untuk 2,4 juta penduduk Gaza. Padahal 2,4 juta jiwa itu sepenuhnya menggantungkan pada bantuan kemanusiaan (Tempo.co, 19/05/2025).
Akibat dari blokade tersebut, setidaknya lebih dari 65.000 anak-anak terancam meninggal karena kelaparan. Ekskalasi kekerasan yang dilakukan Israel, blokade bantuan kemanusiaan untuk kaum muslim Gaza, pendudukan Israel di gaza melahirkan sebuah kemungkinan terjadinya ‘nakba kedua’. Nakba (Malapetaka) juga terjadi pada tahun 1948. Sekitar 750.000 warga Palestina diusir dari tanahnya sendiri dalam rangka pendirian Negara Israel (Metro, 10/05/2025).
Kepengecutan Zionis Israel
Zionis Israel telah lama menciptakan gerbang neraka di bumi Gaza Palestina. Kementerian kesehatan Palestina menyatakan setidaknya dalam perang genosida yang dilancarkan Israel terhadap penduduk Gaza sejak Oktober 2023, telah menewaskan 53.272 jiwa. Sungguh tak terhitung jumlah penduduk Palestina yang tewas pada masa serangan-serangan Zionis Israel sebelumnya.
Zionis Israel tak henti-hentinya melakukan serangan. Tindakan Hamas selalu dijadikan alasan untuk melakukan serangan balasan. Menurut cendikiawan muslim Ustaz Ismail Yusanto, narasi tersebut adalah playing victim. Sebab secara logika, Zionis Israel juga menyerang Tepi Barat yang tidak ada Hamas di wilayah tersebut. Serangan itu mengakibatkan ratusan orang meninggal.
Kekejian zionis juga tampak dalam penggusuran, penghancuran rumah-rumah, perluasan pemukiman lama, dan mendirikan pemukiman baru. Sengeri apa pun neraka yang diciptakan Zionis Israel, ternyata tidak mampu menggerakkan warga Palestina meninggalkan Gaza. Ditambah lagi opini menyesatkan agar rakyat melakukan evakuasi ke negara-negara tetangga. Menganggap Zionis Yahudi begitu kuat sehingga tidak mungkin bisa dilawan.
Upaya-upaya Zionis Israel agar warga Palestina meninggalkan tanah airnya bagai mencabut akar yang terlanjur tumbuh dalam di bawah tanah. Tidak ada alasan bagi mereka untuk pergi. Mereka merasa harus menjaga bumi yang diberkahi. Bumi tempat Isra’ Mi’raj nabi Muhammad saw. Mereka pun sedang berada di medan jihad.
Kondisi ini membuat Zionis Israel kehilangan akal dan memperdalam kekejiannya. Mereka mulai menggunakan kelaparan sebagai alat genosida untuk mengosongkan tanah para nabi. Mereka memblokade bantuan makanan, mengebom dapur umum, menjatuhkan rudal di tengah-tengah orang yang antre makanan dan mengambil makanan.
Sebab senjata canggih, bom dahsyat yang dimiliki, perjanjian-perjanjian licik tak lagi ampuh menggoyahkan keyakinan muslim Palestina untuk bertahan di bumi para nabi. Krisis kelaparan yang terjadi di Gaza mengonfirmasi bahwa sejatinya Zionis Yahudi sangat pengecut dan lemah. Mereka tak sekuat narasi-narasi yang didengungkan.
Penguasa Muslim di Sekitar Israel Tetap Diam
Palestina terus bersimbah darah. Rakyat Palestina berkali-kali memohon bantuan terhadap saudara muslim. Namun, mereka selalu menemui kekecewaan karena abainya kaum muslim melakukan pembelaan. Bahkan kerapkali yang ada adalah bentuk pengkhianatan. Catatan sejarah yang ada telah merekam berbagai diamnya penguasa muslim dan pengkhianatan mereka, diantaranya:
– Amerika memasuki wilayah teluk dan membangun pangkalan militer di Hijaz atas izin rezim penguasa muslim teluk.
– Alih-alih membela sikap rakyat Palestina yang menentang keberadaan Zionis Israel, Raja Yordania Abdullah malah menyerukan agar Pemerintah Persatuan Palestina yang baru harus mengakui Israel dan meninggalkan tindakan kekerasan bila ingin diakui.
– Saudi Arabia mengeluarkan fatwa tentang bolehnya berdamai dengan Zionis Israel yang secara tidak langsung merupakan pengakuan terhadap Negara Israel.
– Beberapa Negara Arab dan negeri-negeri Islam lainnya secara terbuka atau diam-diam berhubungan dengan Zionis Israel.
– Dari sejarah diketahui Raja Abdullah (Transjordan), Raja Farauk (Mesir), memiliki hubungan yang erat dengan Inggris dan Amerika Serikat.
Itu hanyalah sekelumit pengkhianatan yang dilakukan oleh penguasa muslim. Ternyata memang kaum muslim Palestina tidak bisa bergantung pada pihak lain, baik kepada organisasi dunia yang bernama Perserikatan Bangsa-bangsa ataupun penguasa negeri-negeri muslim lainnya. Mereka hanyalah pengkhianat bagi saudaranya.
Walaupun sejatinya amatlah mudah bagi para penguasa itu menghadapi kepengecutan Zionis Yahudi. Tidak dengan mengirim bantuan melainkan mengirim tentara ke Palestina untuk membebaskan Palestina. Sehingga tidak ada lagi penjajahan, dan tidak ada lagi kelaparan. Namun sayang semua itu hanyalah sebuah angan-angan bagi muslim Palestina. Sebab, penguasa muslim di sekitar mereka adalah pengkhianat.
Khilafah dan Jihad Penyelamat Palestina
Maka sebenarnya tidak ada harapan lagi untuk menyelamatkan masyarakat Gaza dari kelaparan akibat penjajahan kecuali dengan jihad fisabilillah. Kekuatan umat Islam harus dikerahkan di Gaza untuk menyelamatkan kaum muslim sekaligus mengusir penjajah Zionis dari bumi Palestina. Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah yang mengusir Yahudi Bani Qoinuqa’ di Madinah karena mereka telah melanggar perjanjian dan membunuh seorang muslim.
Al Qur’an juga memerintahkan jihad defensif atas invasi musuh terhadap negeri-negeri muslim. Allah berfirman,
فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْۖ وَاتَّقُ
“Siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu.” (QS. Al-Baqarah: 194)
Oleh karena itu, fardhu ain hukumnya atas penduduk Palestina dan mereka yang tinggal di sekitar Palestina untuk melangsungkan perang secara nyata terhadap orang Yahudi sampai terwujudnya pembebasan Palestina secara sempurna. Sedangkan kaum muslimin sedunia terkena hukum wajib kifayah apabila penduduk Palestina dan mereka yang tinggal di sekitar Palestina belum mampu mewujudkan pembebasan tersebut.
Maka jihad tetap fardhu kifayah hukumnya atas setiap kaum muslimin dan muslimah di seluruh dunia dan kewajiban itu merambat kepada kaum muslimin yang terdekat dari mereka. Jika untuk pembebasan menyeluruh atas tanah Palestina diperlukan keterlibatan kaum muslimin di seluruh dunia maka hukumnya wajib ain atas setiap muslim dan muslimah di seluruh dunia untuk memerangi Israel dan mengusirnya dari tanah Palestina
Di sinilah dibutuhkan satu komando dari seorang khalifah. Kebutuhan ini jelas menuntut persatuan umat Islam di seluruh dunia dalam sebuah institusi politik bernama Daulah Islamiyah. Karena hanya Khilafah yang mampu menjadi junnah umat Islam. Akan tetapi, institusi pemersatu umat Islam saat ini tidak ada karena dihancurkan oleh Barat.
Untuk mewujudkannya butuh perjuangan. Tentu perjuangan untuk mengembalikan Islam menjadi pemimpin dunia bukanlah hal yang mudah. Namun umat tak perlu risau karena rasulullah telah mencontohkan dengan dakwah pemikiran bersama partai ideologisnya saat itu. Oleh karena itu, arah perjuangan harus mengikuti metode dakwah rasul dan dilakukan bersama partai ideologis. Wallahualam bisawab.