
Oleh: Siti Zulaikha, S.Pd. (Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi)
Linimasanews.id—Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan telah memutus kontak langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, sebuah sinyal hubungan yang memanas antara keduanya.
Kabar tersebut disampaikan jurnalis koresponden media Israeli Army Radio, Yanir Cozin, dalam unggahannya di X (dulu Twitter), sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Jumat (9/5/2025). Cozin menuturkan, Trump mengambil keputusan tersebut karena dia meyakini Netanyahu telah memanipulasinya.
Dilansir dari NBC News, Minggu (11/5/2025), hubungan antara Trump dan Netanyahu memanas karena perselisihan dalam mengatasi berbagai tantangan, seperti Hamas di Gaza, Houthi, dan Iran. Netanyahu melihat peluang untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran, sedangkan Trump melihat peluang untuk menghilangkan ancaman Iran memperoleh senjata nuklir dengan membuat kesepakatan
Pemerintah Israel gagal memberikan rencana dan jadwal konkret untuk menangani Iran dan kelompok pemberontak Houthi di Yaman. Kondisi tersebut dianggap sebagai salah satu sumber memburuknya hubungan AS-Israel. Pemerintah Netanyahu telah gagal menawarkan proposal konkret mengenai Gaza (kompas.com, 12/5/2025).
Fakta politik yang terjadi antara Trump dengan Netanyahu menggambarkan bahwa persatuan musuh-musuh Islam sejatinya hanyalah semu. Mereka tetap terikat pada kepentingan masing-masing. Mereka memang bersatu dalam memusuhi Islam dan kaum muslimin, namun mereka tetap mengutamakan kepentingan kelompoknya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman, “Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbentang atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal.” (QS. Al-Hasyr: 14)
Maka dari itu, umat Islam harus menyadari bahwa umat Islam sejatinya memiliki kekuatan yang besar jika dibangun atas akidah Islam untuk melawan musuh-musuh Islam. Hal ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat serta umat Islam terdahulu.
Ketika dakwah di fase Makkah, Rasulullah dan para sahabat belum memiliki institusi negara. Kekuatan akidah yang mereka miliki terpancar melalui ketabahan dan ketangguhan menghadapi berbagai penyiksaan, pemboikotan, serta ancaman dari kafir Quraisy. Salah satu teladannya ialah sahabat Bilal bin Rabah. Bilal disiksa oleh majikannya Umayyah bin Khalaf, namun kekuatan akidah dan keimanan Bilal mampu membuat Umayyah letih menyiksanya.
Pada fase dakwah di Madinah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat telah berhasil memiliki institusi negara Islam yang dibangun berlandaskan akidah Islam. Negara Islam ini mampu menunjukkan dan menaklukkan dua imperium besar kala itu, yakni Romawi dan Persia di bawah kekuasaan Islam. Negara Islam ini pun dilanjutkan oleh para sahabat dan generasi selanjutnya yang kemudian dikenal dengan nama negara Khilafah.
Sepanjang Khilafah berdiri, kaum muslimin memiliki institusi politik yang menjaga kaum muslimin dari musuh-musuh Islam. Khilafah adalah junnah (perisai) umat Islam. Sifat junnah ini mampu menggetarkan hati musuh-musuh Islam, sampai-sampai mereka ciut hanya dengan mendengar tentara kaum muslimin tersebut. Mereka lebih baik menghindari konflik dengan negara khilafah daripada bertatap muka dengan pasukan kaum Muslimin di medan perang. Itulah yang dirasakan oleh pasukan Romawi, Persia, Pasukan Salib, Bangsa Eropa, dan Barat terhadap Khilafah.
Hadirnya Khilafah di tengah umat adalah modal besar yang mampu menghancurkan musuh Islam. Syariat ini harus terus-menerus dibangun hingga umat tersadar terhadap modal besar itu. Tentu saja upaya penyadaran ini perlu kerja jamaah Islam ideologis, yang menjadikan akidah Islam sebagai pengikatnya. Jamaah dakwah ini akan membimbing umat untuk menapaki jalan perjuangan yang sudah dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam.
Persatuan umat yang berjuang dan berdakwah mengikuti metode dakwah Rasulullah bersama jamaah Islam ideologi akan menghantarkan tegaknya kepemimpinan Islam yang dengan itu akan tegak Khilafah. Khilafah akan memimpin dunia, menjadi negara adidaya yang akan meninggikan kalimat Allah dan menjadi pelindung umat Islam. Dengan itu, perkara mengalahkan Amerika Serikat dan koloninya, termasuk membebaskan Palestina dengan jihad, akan mampu dilakukan.